Semua tulisan dari Doddy Irawan

Kombinasi Fotografi dan Musik Lokal, Suguhan Variatif ala Alienation #2

Kamarmusik.net, JAKARTA – Setelah tahun lalu sukses “menerbangkan” para pencinta musik gigs, belum lama ini Alienation kembali hadir dengan hal nggak kalah menarik. Project Vade sebagai penggagas acara ini mengemas Alienation 2016 dengan konsep asyik, memadukan kegiatan fotografi dan gigs musik musisi lokal kota Bandung.

Konsep Alienation #2 ini lebih bervariatif dan mengundang banyak komunitas di Bandung, terutama komunitas fotografi. Salah satu dari komunitas yang diajak bekerjasama adalah Stereo Snap. Media yang udah 3 tahun meliput berbagai acara musik lokal, nasional, maupun international itu memberikan workshop pada hari pertama (12/8).

Pada hari kedua, komunitas yang udah mengikuti workshop di challange untuk mempraktekkan apa yang mereka pelajari langsung di gigs Alienation #2. Pada hari ketiga sampai seminggu kemudian, hasil foto yang dari komunitas fotografi yang sudah dikurasi oleh Stereo Snap dipamerin selama 6 hari (14/08–19/08).

Parade Band-Band Keren Menggebrak Panggung Alienation #2

Alienation #2 diawali oleh hujan yang memaksa acara ditunda sejenak. Setelah hujan reda, suasana jadi pecah oleh band pembuka, Eyenapatna. Membuka dengan intro sedikit pelan, namun lama-lama teriakan dari vokalis Eyenapatna membuat suasana semakin ramai. Lewat single “UPHEAVEL”, Eyenapatna berhasil membius penonton. dalam alunan melodi yang terdengar.

Suasana makin meriah saat PROJECT VADE membagikan Mixtape gratis di Alienation #2 yang dinamai “Project VADE : MIXTAPE Vol.2”. Mixtape ini dibuat sebagai bentuk nyata mencari band-band potensial untuk penerus skena musik di Bandung. Banyak sekali genre yang ada, dari pop sampai metal. Penampil kedua di panggung Alienation #2 itu Maraha. Band ini menarik hati para wanita lewat lagu-lagu pop mereka, salah satunya “Telecaster”.

Kemudian dilanjutkan band metal, Helliost. Dengan musik yang hampir mirip dengan Lamb Of God, Helliost tampil garang di panggung Alienation #2 membawakan single “Ablution”. Semua mata tertuju pada penampilan band ini, karena band sekelas Helliost berkenan meramaikan gigs yang line up nya nggak ada band yang semetal mereka.

Terus juga ada penampilan The Fox and The Thieves, yang baru-baru ini tampil di Baybeats Festival, Singapura. Meski hujan mengguyur, mereka tetap melanjutkan penampilan sampai selesai. Pada penghujung acara ada satu line up yang cukup melegenda di genre musik post rock, yaitu Flukeminimix.

Band ini sukses menutup acara dengan membuat semua penonton tercengang. Mereka hanya berbicara lewat alunan musik instrumentalnya dan aksi panggung seperti membanting gitar sampai merobek t-shirt yang dipakai oleh salah satu gitaris Flukeminimix. Keren, Flukeminimix bisa menaikkan emosi penonton sedemikian rupa tanpa suara vokal.

(@edofumikooo)

Terjadi Kejutan Saat The Rain Syuting Video Musik Berkunjung ke Kotamu

Kamarmusik.net, JAKARTA – Siapa yang udah punya album Jabat Erat The Rain dan dengar lagu “Berkunjung ke Kotamu”? Cihuy lah buat yang udah beli CD nya. Masak rela melewatkan CD berisi trilogi 18 November: “Terlatih Patah Hati”, “Gagal Bersembunyi” dan “Penawar Letih”. Hits yang menggelinding tahun 2013 sampai 2015, melambungkan karier Indra Prasta (vokal, gitar), Iwan Tanda (gitar), Ipul Bahri (bass) dan Aang Anggoro (drum).

Sekarang, Kamar Musik mau nanya lagi nih. Boleh ya, hehe. Siapa yang udah dengerin single terbaru “Berkunjung ke Kotamu”? Kalau udah, gimana.. gimana? Akui aja kalau lagunya keren. Buat yang belum sempet dengerin, buru deh kepoin lagunya. Lewat single “Berkunjung ke Kotamu”, The Rain memberi kejutan lewat warna musik yang merupakan campuran nuansa 60-an dan 90-an. Lumayan fresh lho untuk ukuran barisan lagu populer saat ini.

Beli albumnya, udah. Selanjutnya kamu harus cari tahu seperti apa sih video musik “Berkunjung ke Kotamu”. The Rain sampai bela-belain syuting selama 2 hari di 2 tempat berbeda lho demi memuaskan kebutuhan visual para penggemarnya. Demi pembaca setia, Kamar Musik pun siap sharing keseruannya.

Suasana Tahun 1972, Retro Abisss

Yupss… Indra cs memutuskan menggarap video musik dengan konsep retro. Mencoba setia, The Rain kembali menggandeng Abdi Muda, sutradara muda yang sebelumnya menggarap video musik “Penawar Letih”. Videonya pun dibuat dengan berlatar tahun 1972. Sebuah konsep yang membuat tim produksi kerepotan mencari lokasi yang mendukung. Lebih-lebih syuting dilakukan pada hari kerja agar nggak mengganggu jadwal panggung The Rain.

Memakai Wig dengan Tunggangan Mobil Klasik

Untuk adegan ngeband, The Rain tampil dengan dandanan lawas. Setelan jas lengkap dengan dasi kupu-kupu, lalu memakai wig ala The Beatles.

“Kalau nungguin rambutnya panjang dulu, bisa tahun depan baru syuting,” kata Indra Prasta, sambil tertawa.

Di luar adegan ngeband, video ini seperti potongan sebuah film yang bercerita tentang perjalanan The Rain keluar kota selama 2 hari. Mereka membawa alat musik dengan menempuh jalur darat. Dua buah mobil klasik digunakan dalam adegan perjalanan ini. Sebuah Morris lawas ala Mr. Bean dan Volvo produksi tahun 1968. Nemu aja yaaa…

Hadirnya Tamu Istimewa di Klip Berkunjung ke Kotamu

Melengkapi kejutan video musik “Berkunjung ke Kotamu”, The Rain menghadirkan tamu istimewa yang juga merupakan idola keempat personel The Rain sepanjang masa: Fadly Padi, yang sekarang jadi vokalis Musikimia. Kemunculan Fadly juga unik dan heroik. Fadly tiba-tiba muncul sebagai penyelamat The Rain di saat mobil yang mereka tumpangi mogok di tengah jalan. Masih ada hal-hal nggak terduga yang terjadi di ujung video musiknya lho.

(@edofumikooo)

Video Live Session Pahlawanku, Cara Ujung Titik Apresiasi Kemerdekaan

Kamarmusik.net, JAKARTA – Semua pasti merindukan suasana kemerdekaan. Nah… belum lama ini Ujung Titik merilis karya terbaru mereka yaitu video live session lagu “Pahlawanku”. Ini merupakan salah satu single dari album Tekstular milik band indie asal Kota Malang tersebut.

Video yang didokumentasikan oleh Zarry Bannonk dan Dejay ini dibuat untuk mengapresiasi hari ulang tahun Republik Indonesia sekaligus ajang pemanasan sebelum melaunching album perdana mereka .

Bung Karno Jadi Inspirasi Buat Ujung Titik

“Lagu Pahlawanku terinspirasi dari salah satu karya Bung Karno yang berjudul Naar De Republiek Indonesia. Sayang, nama beliau sulit kita temui dalam buku-buku kurikulum sekolah formal. Bahkan beliau mati tragis dibunuh oleh bangsanya sendiri” lontar Riqar Manaba, sang vokalis sekaligus penulis lirik.

Untuk pengambilan gambar, Ujung Titik merekam aksi video mereka di Campfire, Malang.

“Video live session ini merupakan ekspresi kami dalam merayakan Hari Kemerdekaan, sekaligus memperkenalkan single yang rencananya bakal rilis dalam waktu dekat,” tambah Aden Asharie, gitaris Ujung Titik.

Ujung Titik emang hanya terdiri dari 2 personel: Aden Asharie dan Riqar Manaba. Nggak jarang mereka disangka duo. Namun mereka menegaskan lebih nyaman disebut band karena mereka lebih sering tampil atraktif dalam format band dengan bantuan beberapa additional player. No problem, yang penting terus kreatif dalam berkarya.

(@edofumikooo)

Demi Kesempurnaan Mau Kamu Cuma Kamu, Govinda Lalui 13 Kali Revisi

Kamarmusik.net, JAKARTA – Yeeaay, Govinda baru aja merilis single baru nih. Track berjudul “Mau Kamu Cuma Kamu” ini resmi dirilis tanggal 26 Agustus kemarin melalui program pemutaran serentak di radio seluruh Indonesia. Niwey, lagu ini nyurhatin apa sih?

Sebelum Kamar Musik beberin lebih dalam, kamu harus tahu kalau “Mau Kamu Cuma Kamu” ini merupakan single ketiga dari album kedua yang bakal dirilis oleh Ifan (vokal), Ade (gitar), Luki (bass), dan Jeje (drum).

Baiklah, kita langsung ke intinya. “Single ini bercerita tentang semangat dan keyakinan seseorang dalam mendapatkan pujaan hatinya. Walaupun sang pujaan hati belum memberikan respon yang baik, bahkan acuh tak acuh, tapi dia tetap yakin bisa mendapatkan cinta dari sang pujaan hati,” buka Ifan, khusus kepada Kamar Musik.

Oh iya, kita throwback yukss. Band yang dulu bernama Domino ini seolah bikin siklus tahunan dalam merilis single. Sebelum “Mau Kamu Cuma Kamu”, Govinda menelurkan “Mantan Terbaik” (2014) dan “Terbiasa Sendiri” (2015).

Kira-kira apa keunikan di balik single anyar ini ya? ” Banyak sekali. Mulai dari proses kreatif, lagu ini adalah lagu pertama yang tercipta dari semua personil Govinda. Masing-masing personel memberikan kontribusi dalam tercipta nya single ini. Proses rekaman juga memakan waktu yang cukup lama. Hal ini karena setiap personil mencoba mengeksplor sound yang ingin ditempatkan dalam aransemen lagu ini,” ungkap produser band Avanindra itu.

Natasha Wilona jadi model video musik “Mau Kamu Cuma Kamu” nya Govinda

“Luki merekam instrumen bass nya di Bandung. Ade dan Jeje merekam instrumen gitar dan drum di Yogya bersama co producer kami, Ferry Efka. Saya merekam nada suara di Jakarta, dibantu oleh Irvan Nat, sebagai vocal director. Setelah itu proses mixing dan mastering kembali dikerjakan oleh Ferry Efka di Yogya,” urai musisi asal Pontianak ini.

Untuk syuting video musik “Mau Kamu Cuma Kamu”, Govinda mempercayakan penggarapannya ke sutradara Agus Riyadi Saputra dan tim Tujuh Semut. Sementara cewek cantik yang menjadi model videonya adalah Natasha Wilona.

Ternyata, ada fakta mengejutkan lain yang bikin lagu ini layak untuk dinikmati sambil menyeruput secangkir kopi.

“Proses mixing yang paling menyita waktu cukup lama. Butuh waktu dan energi untuk mencapai kata puas dari seluruh personel Govinda. Single ini clear setelah melalui fase 13 kali revisi,” ungkap pemilik Kedai Kopi Melayu ini.

Semoga job manggung kalian mengalir deras ya setelah single ini meluncur. Album keduanya, ditunggu juga lho 🙂

(@edofumikooo)

Lagi Galau dan Putus Asa? Resapi Nih Survival Mode nya Arkenstoned

Kamarmusik.net, JAKARTA – Pernah nggak sih kamu merasa galau luar biasa karena nggak mampu menemukan jalan keluar dari sebuah masalah? Woles! Seberat apapun problem kamu, udah tersedia solusinya kok. Biar galaunya nggak berkepanjangan, Kamar Musik mau ngasih sedikit pencerahan nih. Dengerin deh lagu “Survival Mode” nya milik Arkenstoned. Semoga bisa membantu kamu untuk tetap semangat dalam memperjuangkan hidup.

Balutan distorsi dan hantaman keras nan liar disertai nada harmonisasi menjadi pengiring lirik kemarahan menjadi suguhan single pertama grup band mathcore asal Jakarta ini. Penggabungan progressive, jazz dan hardcore yang merujuk ke unsur metalcore terasa sangat kental di track ini. Omong-omong, siapa sih mereka?

Kenalan Dulu Lah Sama Arkenstoned

Nah, Arkenstoned terdiri dari Arga Hermann (Vokal), Indra Rockcat (gitar), Swara Wimayoga (bass), Radit Nugroho (gitar), dan Sobron Haki (drum). Band ini mulai kasak-kusuk menjahit aransemen musiknya pada tahun 2012 lalu.

Saat itu baru 3 nama hadir. Pertama, Indra Rockcat. Cowok ini merintis karier musik sebagai gitaris session player beberapa musisi seperti Viky Sianipar, Judika, dan Melly Mono. Kedua, Swara Wimayoga yang akrab dikenal sebagai bassist band J-Rocks. Ketiga, Sobron Haki yang merupakan pemain drum band death metal Jakarta, Panic Disorder.

Pada tahun 2014, Arga Hermann (eks Beauty Kill The Beastbergabung mengisi posisi vokalis. Di tengah rekaman, Radit Nugroho (End Of Journeydiajak gabung demi memenuhi konsep aransemen 2 gitar pada musik Arkenstoned.

Berkerja sama dengan Iphe Topan sebagai produser dan bernaung di bawah Three Sixty Musik, “Survival Mode” bakal dilepas dalam format digital. Sebenarnya sih proses rekaman udah berlangsung sejak pertengahan tahun 2014. Berhubung ada beberapa hal, proses pengerjaan lagu ini sempat tertunda.

Niwey, nama band ini unik juga ya. Apa kira-kira filosofinya? Nama Arkenstoned diambil dari nama batu yang terlibat dalam cerita fiksi populer dunia. Arkenstoned adalah sebuah batu yang mampu bersinar terang namun mempunyai sisi gelap seperti menggambarkan keadaan dunia sekarang ini.

Jadi, meluncurnya “Survival Mode” ini menjadi perkenalan Arkenstoned kepada industri musik ekstrem di Indonesia. Kalau nggak ada badai menghadang, debut album mereka akan dirilis pada penghujung tahun 2016 nanti.

(@edofumikooo)

Patah Hati dan Cinta Masa Lalu Bakal Mewarnai Tema Album Baru B.A.G

Kamarmusik.net, JAKARTA – Bulan depan, tanggal 20 September 2016, grup band B.A.G akan berusia 13 tahun. Radit (vokal), Andi (gitar), Epoy (bass), Wanted (gitar), dan Iman (drum) bakal bikin kejutan untuk penggemarnya. Terutama buat mereka yang sering patah hati dan susah move on dari cinta masa lalu.

Kira-kira apa yaaa? Album baru! Ya sebuah full album bakal digelontorkan oleh grup band asal Lampung ini. Album studio ke-3 B.A.G ini bakal memuat 12 lagu. Biar afdol, Kamar Musik siap menghadirkan obrolan seru bareng Andi. Personel yang dari awal emang gape dan langganan dalam menggubah lagu.

“Kegiatan B.A.G sekarang lagi proses penggarapan album ke-3. Alhamdulillah, udah masuk ke tahap mixing dan mastering. Cukup memakan waktu lama sih dalam membuat album ini. Take nya sih sebentar, yang lama itu proses editing nya,” lontar Andi yang tanggal 4 Agustus kemarin umurnya bulat 30 tahun.

Apa yang bikin orang harus nengok dan merapat untuk menyimak lebih intim album baru kalian?

“Sekarang B.A.G lebih mengusung musik-musik era 80-an, cuma kami kemas secara modern. Kebetulan lagunya ciptaan aku semua. Seluruh lagu juga aku yang ngedit semua. Ngeditnya pun juga di studio sendiri,” jelas songwriter yang karyanya lagi laris diburu oleh para penyanyi Indonesia.

Cinta Pada Pandangan Pertama vs Patah Hati

Kakak kandung Iman B.A.G itu melanjutkan cerita bahwa di album ini akan ada selusin track yahud.

“Ya, album ke-3 kami berisi 12 lagu. Ada 10 lagu baru dan 2 lagu lama yang diaransemen ulang dengan versi serta nuansa yang berbeda. Lagu-lagu B.A.G masih bercerita tentang cinta. Baik itu cinta pada pandangan pertama, cinta masa lalu, perpisahan, sampai tentang patah hati,” celetuk Andi yang dipercaya menggarap OST film Winter in Tokyo yang serentak diputar di seluruh bioskop Indonesia pada tanggal 11 Agustus kemarin.

Album ke-3 ini katanya sih bikin beage freaks (julukan fans B.A.G) rada penasaran. Soalnya di album ini nggak lagi dibuai oleh suara vokalis terdahulu, Alosh. Cukup menantang sih untuk bagaimana menghidupkan kembali B.A.G dengan kehadiran Radit, sang vokalis baru.

“Mudah-mudahan, tahun ini bisa rilis albumnya deh. Bulan depan, mungkin kami akan merilis single baru terlebih dahulu,” tutup Andi. Semoga dilancarkan ya semua rencana kalian…

(@edofumikooo)

Tipe Cowok yang Harus Segera Diputusin versi Dewi Luna di Lagu Solaria

Kamarmusik.net, JAKARTA – Tiap hari, selalu bilang cinta. Tiap ketemu, selalu mengumbar sayang. Giliran serius ditantangin untuk melamar, eh itu cowok malah ngacir. Cowok tipe begini nih wajib diwaspadai. Mau enaknya doang. Pas diungkit soal pernikahan, keluar ribuan alasan. Pernah nemuin cowok kayak gini? Ketimbang sakit hati, lebih baik diputusin aja. Kegalauan itu yang kemudian diterjemahkan Dewi Luna lewat lagu berjudul “Solaria”.

Ia merasa capek menghadapi cowok yang punya tipe mirip Solaria karena jiper dalam menerima tantangan. Hal itu lah yang membuat penyanyi asal Cimahi Jawa Barat ini hendak memutuskan hubungan cintanya.

Laki-Laki Nggak Punya Nyali = Solaria

“Capek juga ya memiliki hubungan dengan lelaki yang tergolong jenis Solaria. Oh iya, Solaria itu kependekan dari Sok Laki tapi nggak kayak pRia. Tampan sih. Keren juga. Sayangnya dia nggak punya nyali begitu ditantang untuk melamar,” ungkap penyanyi yang bersama Nagaswara sebelumnya meluncurkan single “Ayank Kamu Ayank Aku Juga” dan “Uget Uget” tersebut.

Apa iya wanita kelahiran 16 Agustus 1988 ini pernah mengalami trauma dengan cowok tipe Solaria? Dewi Luna sih nggak mau ngaku. Ia bilang hanya mengaplikasikan lagu yang diciptakan oleh Don Kinol.

“Mungkin ini pengalaman penciptanya kali ya. Syairnya unik, gampang dicerna, cengkok Sunda modern di bagian kata Solaria juga easy listening. Pokoknya nyaman untuk didengerin berulang-ulang,” ungkap Dewi Luna tertawa.

Penyanyi bernama lengkap Dewi Tikasari ini bukan pemain baru di dunia tarik suara lho. Dewi Luna pernah tergabung di trio Sailormoon pada tahun 2010. Group vokal cewek ini sempat menelurkan 2 single bernuansa melayu yaitu “OMG” dan “Remove Namaku”. Sayang, trio Sailormoon nggak berumur panjang. Dewi yang mulai bernyanyi sejak kecil memutuskan untuk tampil solo. Debut single pun ia rilis, judulnya “Bodo Tapi Jago”.

Dewi Luna lahir dari keluarga TNI. Meski ia bukan dari kalangan musisi, tapi keluarganya tetap mendukung karier bernyanyinya. Berbagai perlombaan menyanyi pun ia ikuti. Bahkan, di usianya yang masih kelas 3 SD, Dewi sudah bisa menghasilkan uang dari talenta nyanyinya. Untuk bisa menembus industri rekaman, bukan hal yang mudah baginya. Wanita pemilik paha dan kaki indah ini sampai pernah berjualan kelapa dan nangka muda segala.

Ia banyak berharap lagu “Solaria” dan lagu-lagu lain yang telah di perdengarkan dapat menghibur seluruh masyarakat Indonesia, terutama para penikmat musik dangdut modern.

(@edofumikooo)

Wima J-Rocks: Seorang Bassist Ibarat Seekor Kucing

Kamarmusik.net, JAKARTA – Ada sebuah lelucon yang pernah diucapkan John Paul Jones, bassist Led Zepellin saat menerima penghargaan Rock and Roll Hall Of Fame 1995, “Thank you to my friends for finally remembering my phone number,”. Seperti halnya lelucon yang cerdas, ada kebenaran yang bisa kita pelajari dari lelucon tersebut.

Bassist atau pemain bass adalah personil yang paling sering dilupakan atau dikesampingkan dibandingkan personil lainnya. Namun sebenarnya, suka atau tidak, keberadaan seorang bassist di sebuah band sangat vital.

Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa ada banyak alasan kuat mengapa sebuah musik membutuhkan suara bass. Karena itu, sudah seharusnya kita mulai menghormati keberadaan pemain bass mulai sekarang.

Seorang bassist memiliki peran penting membangun sebuah harmoni dan arah melodi dari sebuah musik. Dalam sebuah melodi lagu, bass biasanya berperan sebagai chord. Namun note bass itu sendiri tidak selalu menunjukkan sebuah chord dasar, karena bass dapat mengontrol sebuah harmoni chord melalu notesnya. Keren kan..

Benarkah Posisi Gitaris Lebih Favorit Ketimbang Bassist?

Wima J-Rocks: Seorang Bassist Ibarat Seekor Kucing

Dibutuhkan kriteria khusus bagi seseorang untuk menjadi pemain bass, itulah mengapa jumlahnya lebih jarang dibanding gitaris. Banyak orang bisa memainkan alat musik bass, tapi itu tidak lantas menjadikan orang itu sebagai seorang bassist. Ada beberapa kualitas tertentu yang dimiliki oleh pemain bass, yaitu rendah hati dan percaya diri.

Sementara sang gitaris berdiri di depan panggung bergerak gila selayaknya rockstar memainkan melodi-melodi yang seringkali membuat para penonton histeris. Di belakangnya, sang bassist dengan rasa nyaman dan penuh percaya diri membuat sebuah alur musik. Tapi, pemain bass dapat mengambil alih posisi depan selayaknya pemain lead gitar jika diinginkan. Hal tersebut bisa kita liat dari sosok Bootsy Collin yang dengan percaya diri mengklaim area depan tengah panggung dengan bass bentuk bintangnya.

Kelihatannya memang mudah menjadi bassist. Kamu cukup memainkan not satu per satu, berdiri di garis belakang, enjoy the song and chill out. Namun sebenarnya hal yang utama dari pemain bass adalah menjaga ritem dan melodi dari sebuah lagu agar tetap berjalan semestinya, melalui ketepatan timing dan notes yang dimainkan. Hal tersebut yang membuat perannya menjadi sangat penting dalam sebuah band.

Kamu pernah dengar gitar dan drum akustik bermain bersama tanpa sound bass di dalamnya? Its awfull! Keberadaan bassist dibutuhkan sebagai mediator sempurna di band agar player lain dapat tetap berada di posisinya.

Karena perannya yang begitu penting, mereka akan terlihat percaya diri saat memegang “powerful weapon” di tangannya. They know how to use it. Maka dari itu, tidak mungkin seorang pemain bass tidak terlihat cool.

Saat di atas panggung, seorang bassist ibarat seekor kucing. Mereka cenderung mengamati, namun tidak akan terpengaruh dengan apa yang orang lain kerjakan. They have their own business.

Seorang bassist mencintai dan menyadari bahwa hal yang terpenting untuk dikerjakan adalah untuk meyakinkan orang lain merasakan sesuatu, berdansa mengikuti groove dari sebuah ritem. Boleh dikatakan pemain bass bisa menjadi seorang teman yang baik bagi semua orang.

Teks: Swara Wimayoga – @s_wimayoga
Editor: Doddy Irawan

Cerita Seru Lagu Satu Kata dan Bocoran Album 3 Dekade Ita Purnamasari

Kamarmusik.net, JAKARTA – Happy Birthday Ita Purnamasari. Tanggal 15 Juli lalu, Ita Purnamasari genap berusia 49 tahun. Siapa yang menyangka kalau istri musisi Dwiki Dharmawan ini tetap terlihat awet muda. Kualitas vokalnya masih terjaga dan bertenaga. Coba deh kamu dengerin single terbaru yang baru ia luncurkan, “Satu Kata”.

Ya, memang ini bukanlah lagu baru. Dahulu, single “Satu Kata” pernah dipopulerkan oleh sebuah band bernama Adegan, dengan Hari Mukti sebagai vokalisnya. Lagu ini sendiri merupakan buah karya cipta Gilang Ramadhan dan Wisnu Soerjono. Oleh Ita Purnamasari, “Satu Kata” dinyanyikan kembali dengan aransemen musik kekinian. Dwiki Dharmawan mempercantik aransemennya dengan sentuhan orkestrasi profesional, Czech Symphoni Orchestra.

Apa hubungan istimewa antara lagu “Satu Kata” dengan Ita Purnamasari? Sebuah momen besar akan terjadi dalam waktu dekat. Pertama, single ini merupakan bagian album The Best Ita Purnamasari yang diberi judul 3 Dekade. Kedua, bakal berlangsung sebuah konser akbar yang menandakan perjalanan karier Ita Purnamasari di industri musik Indonesia selama 30 Tahun. Ketiga, terbitnya sebuah buku yang masih belum bisa dibeberkan lebih jauh.

Seperti apa dan bagaimana album 3 Dekade nantinya? Kamar Musik akan menampilkan cuplikan interview seru bersama penyanyi bernama lengkap Dyah Purnamasari ini.

“Persiapan untuk album 3 Dekade yang pasti ada satu lagu terbaru yang kami recycle dari lagu penyanyi cowok tahun 90-an. Judulnya Satu Kata. Lagu itu terpilih dari hasil rembukan pihak label, saya, dan Mas Dwiki. Nggak gampang menyanyikan lagu yang pernah populer Kebetulan, saya suka dengan lagu ini dan cocok dengan karakter vokal saya. Lagunya enak dan liriknya dalem banget,” jelas penyanyi kelahiran Surabaya 15 Juli 1967 tersebut.

Ternyata Ini Makna di Balik Lagu Satu Kata Ita Purnamasari

“Ceritanya kurang lebih begini. Ibaratnya ada 2 orang yang hampir setiap hari ketemu. Mereka saling menyukai, tapi terasa susah untuk mengungkapkan perasaannya. Tiap hari mereka ngobrol, tapi pas mau mengutaraka isi hati kok sulit banget. Mulut kayak terkunci,” celetuk Ita Purnamasari saat menjelaskan esensi dari lirik lagu “Satu Kata”.

Bagaimana pemilahan aransemen untuk menyesuaikan lagu tersebut dengan tarikan vokal Ita Purnamasari?

“Untuk menjangkau pendengar di industri musik sekarang, musiknya harus dibuat kekinian. Mas Dwiki membalut aransemennya dengan orkestra modern,” terang penyanyi yang juga tergabung di Grup Syiar Voice dan 3 Dara.

Okey, lanjut ke pemilihan lagu-lagu untuk album 3 Dekade. Bagaimana peraih BASF Awards tahun 1991 itu memilih puluhan lagu keren yang pernah ia bawakan? Ita Purnamasari pernah melejitkan aneka lagu hits macam “Cintaku Padamu”, “Sanggupkah Aku”, “Penari Ular”, “Bidadari yang Terluka”, “Ku iNgin Kau Ada Disini”, “Biarkan”, “Selamat Tinggal Mimpi”, “Rindu Sampai Mati”, dan masih banyak lainnya.

“Di album The Best nanti, ada sekitar 15 sampai 20 lagu hits saya yang lama. Lumayan pusing juga sih memilih lagu dari saya mulai berkarier di industri musik tahun 1986. Caranya ya kami meeting dan duduk bersama sambil merundingkan mana lagu enak yang bagus untuk dimasukkan ke album,” beritahu Ita Purnamasari sambil tertawa.

Apa nih hal yang fans wajib dengar begitu album ini beredar di pasaran?

“Saya mau memberitahu kalau saya masih ada, terus bernyanyi, dan nggak berhenti berkarya. Hampir 8 tahun saya nggak merilis lagu baru, di luar album religi yang rilis pada tahun 2013 dan 2015. Lewat album dan Insya Allah konser 3 Dekade, saya ingin mengajak fans lama saya reunian dan bernostalgia sekaligus mengenalkan karya-karya saya kepada anak muda,” lontar penyanyi cantik yang juga pernah menjadi Gadis Sampul di masa mudanya.

Lalu, bagaimana Ita Purnamasari menatap step-step perjalanan panjang karier bernyanyi selama 30 tahun di industri musik? Tongkrongin artikel Kamar Musik selanjutnya, okaaay….

(@edofumikooo)

Mencoba Mengerti Fase Molor Panjang Munculnya Album Ke-6 Shaggydog

Kamarmusik.net, JAKARTA – Kalo ada band Indonesia keren yang tetap konsisten, Kamar Musik nggak ragu menyebut nama Shaggydog. Bayangkan, grup band asal Yogyakarta ini udah berkarier dengan mengusung genre musik reggae selama hampir 2 dekade. Penggemar fanatik karya-karya mereka nggak hanya tersebar luas di Indonesia, tapi juga mewabah sampai ke benua Amerika dan Eropa. Urusan go international? Jangan ditanya lah ya.

Shaggydog udah puluhan kali menjelajah panggung-panggung besar di Eropa. Terakhir, mereka menghentak di festival musik internasional South by South West (SXSW) di Austin, Texas, Amerika Serikat, pada pertengahan bulan Maret 2016 lalu. Dalam festival tersebut, Shaggydog perform sebanyak 2 kali, yaitu tanggal 17 Maret di Flamingo Cantina, dan tanggal 19 Maret di Russian House.

Jejak perjalanan Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik, dan Yoyo kemudian direkam lewat sebuah film dokumenter berjudul Shaggydog Goes SXSW 2016. Video berdurasi 20 menitan itu hasil karya Boris, videographer Malaria House. Video itu mengcapture perjalanan di balik panggung, mulai dari keberangkatan sampai aksi membagikan flyer jadwal gig di jalanan. Shaggydog juga bertemu langsung dengan praktisi musik dan film kelas dunia. Mereka sempat bertukar pikiran dengan Baauer, produser lagu Harlem Shake dan bertemu tim produksi film City of God.

Untuk bisa tampil sebagai band undangan dalam festival sekaliber SXSW itu nggak gampil lho. Shaggydog terpilih dari 8000-an demo lagu yang masuk ke pihak penyelenggara festival. Ketika mengirimkan demo, mereka sekaligus menjelaskan ragam aktivitas sosial yang dilakukan. Di antaranya kampanye perlindungan satwa dan gelar duta orangutan yang pernah mereka sandang.

Cihuynya lagi niy, Shaggydog memanfaatkan momen luar biasa tersebut untuk membuat video musik berjudul “Rock Da Mic”, sebuah lagu yang bakal mejeng di album ke-6 mereka nanti. Lagu berbahasa Inggris yang diracik selama 1 bulan itu rampung pada penghujung tahun 2015 lalu. Selidik punya selidik, ternyata “Rock Da Mic” merupakan lagu yang paling sering dibawakan ketika proses rekaman album baru.

Muncul Pertanyaan Klasik, Kapan Keluarnya Album Anyar Shaggydog?

Coba deh direnungkan, mereka udah 7 tahun lho nggak melempar album baru. Yuk kita kilas balik. Mulai dari album Shaggydog (1999), Bersama (2001), Hot Dogz (2003), Kembali Berdansa (2006), dan terakhir Bersinar (2009). Sebuah ketidakwajaran kalau melihat siklus band ini dalam merilis album penuh. Biasanya dalam 2 atau 3 tahun, Shaggydog punya album baru. Ini, udah 7 tahun!

Tapi tenang, kawan! Mereka begitu bukan karena mandeg dalam berkarya, melainkan callingan panggung offair Shaggydog yang terus mengucur kayak air mancur. Hembusan album ke-6 bakal meluncur terdeteksi dari timeline Twitter mereka. Heru cs udah melakukan sesi foto untuk sampul album anyar mereka. Kangen juga kan menyimak gelondongan karya ciamik dari band pelantun hits “Kembali Berdansa”, “Hey Cantik”, “Jalan Jalan”, “Berteman Angin”, “Lagu Rindu”, “Cobalah Mengerti” “Lagu Reggae”, “Honey”, “Date”, dan “Special Buat Kamu”.

Dari hasil kasak-kusuk, banyak tema baru yang mereka angkat di album baru. Salah satunya, tema sosial soal pemilihan presiden. Band yang terbentuk tanggal 1 Juni 1997 ini juga bakal menggaet sederet musisi untuk berkolaborasi. Sebut saja Sujiwo Tedjo, Iwa K, dan Tony The Weed yang merupakan pemain harmonika asal Jepang. Biasanya nih yang produksi albumnya molor begini, hasilnya sih dijamin keren permanen…

(@edofumikooo)