Arsip Tag: band indie

Heals, Band Keren Asal Bandung Ini Masih Suka Mentas di Acara Sunatan

Kamarmusik.net, JAKARTA – Kota Bandung emang juara deh dalam melahirkan musisi tangguh dan jempolan. Heals, contohnya. Karya musik grup shoegaze ini layak banget untuk dinikmati secara luas. Paling anyar, single ketiga mereka yang berjudul “Myselves’. Padu padan shoegaze Jepang dengan racikan alternative ala Foo Fighters.

Heals merupakan kuintet yang memiliki personel Alyuadi Febryansyah (vokal/gitar), Reza Arinal (vokal/gitar), Muhammad Ramdhan (gitar), Octavia Variana (vokal/bass), dan Adi Reza (drum). Di akun Instagram @healsmusic, mereka juga membuka diri lho kalau ada yang mengundang tampil di acara wedding, sunatan, dan hajatan lainnya.

Mereka menceritakan penggalan proses terciptanya lagu “Myselves” yang dianggap masih sangat konvensional.

“Awalnya humming dulu, lalu direkam di handphone. Setelah tersimpan lumayan lama, akhirnya lagu itu ditumpahkan ke gitar dan disebar ke yang lain deh,” beritahu Alyuadi.

Proses lahirnya lagu “Myselves” boleh diibaratkan ala mahasiswa yang menggarap skripsi sistem kebut semalam.

“Bahkan, liriknya baru ditulis begitu kami mau merekam vokal,” lontar Octavia, satu-satunya personel paling cantik, yang menambahkan Heals juga menggunakan metode serupa waktu menciptakan singel kedua, “Wave”.

Persamaannya lagi nih, lagu “Myselves” dan “Wave” yang rilis sambung menyambung di tahun 2016 ini disertai artwork karya pelukis Arin Dwihartanto.

Imajinasi super liar dari Heals yang ada di lagu “Myselves”

Heals, Band Keren Asal Bandung Ini Masih Suka Mentas di Acara Sunatan

“Kami berfantasi tentang kondisi manusia yang memiliki dua jiwa di dalam raganya. Kemudian, kedua jiwa itu malah jatuh cinta satu sama lain,” Alyuadi gantian mengisahkan cerita menarik di balik hadirnya lagu “Myselves”.

Karya-karya mereka identik dengan distorsi riff gitar yang berlapis, suara dan efek yang unik. Belum lagi alunan vokal yang tenang sekaligus melodius. Dalam perjalanan musiknya, Heals banyak dipengaruhi oleh band macam Amusement Parks On Fire, My Vitriol, Cocteau Twins, Anne, The Depreciation, Tokyo Shoegazer dan Real Estate.

Perjuangan Heals bukan hasil yang didapat secara instan lho. Karya pertama mereka diluncurkan di ujung tahun 2014 lalu, judulnya “Void”. Tiga lagu telah meluncur dan lumayan dapat apresiasi yang positif. Hal ini yang kemudian bikin penasaran, apakah Heals akan memproduksi album penuh pertama mereka? Sepertinya sih, iya…

(@edofumikooo)

Sajama Cut Terinspirasi Foto-Foto Makanan Untuk Video Musik Terdampar

Kamarmusik.net, JAKARTA – Belum lama ini Sajama Cut telah merilis single “Terdampar”. Demi menggencarkan promo, grup indie yang terbentuk di Jakarta tahun 1999 ini meluncurkan video musik “Terdampar”.

Marcel Thee (vokal) , Dion Panlima Reza (gitar), Randy Apriza Akbar (bass), Hans Citra Patria (kibor),  dan Banu Satrio (drum)  secara pede mengutarakan kalau video musik “Terdampar” dibikin dengan gaya yang jauh berbeda ketiumbang video musik mereka sebelumnya. Sajama Cut memberi amanah ke Telebising (Dmaz Brodjonegoro dan TB Putera) untuk menyutradarai video musik ini. Media sosial seperti Instagram dijadikan sebagai bahan inspirasi.

Foto-Foto Makanan Jadi Referensi Video Musik Anyar Sajama Cut

Sajama Cut Terinspirasi Foto-Foto Makanan Untuk Video Musik Terdampar
Ini lho tim kreatif di balik hadirnya video musik “Terdampar” Sajama Cut.

“Idenya sih karena kami sering lihat foto-foto makanan di media sosial yang selalu jadi top angle. Kayaknya lucu juga kalau hall itu diaplikasikan ke sebuah video musik,” papar salah satu sutradara, TB Putera.

Marcell Thee mengaku sangat hepi bisa berkolaborasi dengan Telebising dalam membuat video musik “Terdampar”.

“Jadi waktu kami kemarin me-remake ‘Terdampar’, kami terpikir kenapa nggak kerjasama aja dengan TB Putera untuk membuat sebuah konsep video yang kreatif. Syukur-syukur hasilnya seru banget. Menurut gue, keterlibatan Dmaz, Lala Bohang (model), dan Anggun ‘Goenrock’ Adi (DOP) benar-benar menambah unsur mautnya video musik ini,” tutur sang vokalis yang menambahkan proses penggarapan video musik “Terdampar” rampung hanya dalam waktu sekitar 10 jam aja.

FYI, Sajama Cut berhasil mencuri perhatian penikmat musik di dalam maupun di luar negeri. Band rock ini juga berpartisipasi di beberapa soundtrack kayak Janji Joni dan JKT: SKRG. Beberapa single mereka mampu menembus top chart di berbagai radio nasional. Sebut saja “Less Afraid”, “Fallen Japanese”, “Alibi”, “Fatamorgana”, dan lainnya.

Sajama Cut juga telah bekerja dengan beberapa musisi dan videografer dari Amerika Serikat, Inggris, Luxembourg, Jerman, Singapura, Jepang, Norwegia, Swedia, dan Belanda. Mereka juga eksis di banyak konser band kelas dunia seperti Asobi Seksu, MGMT, The Whitest Boy Alive, Ruins Alone, Ken Stringfellow, dan The Radio Dept.

Album Hobgoblin yang rilis medio tahun 2015 kemarin secara kilat menjual habis cetakan pertamanya lebih dari 1000 kopi. Album itu dirilis dalam format vinyl, CD, dan kaset. Keunikan lain, di album itu Sajama Cut berkolaborasi dengan para pelukis, ilustrator, penulis puisi, videografer dan sutradara sebagai bentuk kampanye promosinya.

(@edofumikooo)

Video Live Session Pahlawanku, Cara Ujung Titik Apresiasi Kemerdekaan

Kamarmusik.net, JAKARTA – Semua pasti merindukan suasana kemerdekaan. Nah… belum lama ini Ujung Titik merilis karya terbaru mereka yaitu video live session lagu “Pahlawanku”. Ini merupakan salah satu single dari album Tekstular milik band indie asal Kota Malang tersebut.

Video yang didokumentasikan oleh Zarry Bannonk dan Dejay ini dibuat untuk mengapresiasi hari ulang tahun Republik Indonesia sekaligus ajang pemanasan sebelum melaunching album perdana mereka .

Bung Karno Jadi Inspirasi Buat Ujung Titik

“Lagu Pahlawanku terinspirasi dari salah satu karya Bung Karno yang berjudul Naar De Republiek Indonesia. Sayang, nama beliau sulit kita temui dalam buku-buku kurikulum sekolah formal. Bahkan beliau mati tragis dibunuh oleh bangsanya sendiri” lontar Riqar Manaba, sang vokalis sekaligus penulis lirik.

Untuk pengambilan gambar, Ujung Titik merekam aksi video mereka di Campfire, Malang.

“Video live session ini merupakan ekspresi kami dalam merayakan Hari Kemerdekaan, sekaligus memperkenalkan single yang rencananya bakal rilis dalam waktu dekat,” tambah Aden Asharie, gitaris Ujung Titik.

Ujung Titik emang hanya terdiri dari 2 personel: Aden Asharie dan Riqar Manaba. Nggak jarang mereka disangka duo. Namun mereka menegaskan lebih nyaman disebut band karena mereka lebih sering tampil atraktif dalam format band dengan bantuan beberapa additional player. No problem, yang penting terus kreatif dalam berkarya.

(@edofumikooo)

Vespunk: Boleh Kere dan Terbatas, Tapi Jangan Pasrah dan Malas!

Kamarmusik.net, JAKARTA – Vespunk, uhmmm… unik juga namanya. Awalnya adalah sebuah komunitas penyuka vespa bernama Scooterhood yang berdiri tahun 2013. Lambat laun, seiring berkembangnya komunitas ini, ocehannya nggak lagi berkutat di seputar Vespa. Urusan musik pun, akhirnya dihajar juga. Vespunk, sebuah band yang menyuarakan kegelisahan hati para personelnya melalui musik punk, lahir di tengah-tengah Scooterhood.

Satu album udah dirilis secara mandiri oleh band yang digawangi oleh Wawah (vokal), Ledu dan Matto (gitar), Fahri (drum), dan Farre (bass). Namun karena infrastruktur terbatas a la band-band indie, karya mereka hanya bisa dijual saat kebetulan sedang manggung atau ketika sedang eksis di acara komunitas vespa.

“Kami sih, realistis aja lah. Bikin yang bisa kami bikin. Rekam pas rezekinya ada. Jual pas emang momennya cocok buat jualan. Udah bisa berkarya, plus masih ada orang yang mau beli album kami, itu udah pencapaian yang luar biasa buat gue pribadi,” ujar Ledu sambil menyeruput kopi dingin sisa kemarin malam.

Selain berkarya, upaya promosi untuk menggenjot eksistensi adalah keniscayaan.

“Kami selalu update kegiatan Vespunk di sosial media. Misal, waktu kami bikin video musik ‘Love More’. Siapa pun yang nge-share, akan kami kasih stiker. Ada gimmick juga, dong. Masa udah punya album, nggak ada usaha promosi sama sekali. Kere dan terbatas sih, boleh. Tapi jangan pasrah dan malas! Ya, gimana pun, upaya-upaya sederhana itu adalah hal realistis yang bisa kami lakukan dengan bujet dan infrastruktur yang seadanya itu,” jelas Wawah.

Ketika ditanya soal rencana ke depan, anggota Vespunk yang datang paling belakangan, Farre, menjawab,

“Saat ini yang bisa kami lakukan adalah melangkah kecil, tapi kontinyu. Kami coba manage hal-hal kecil ini. Nyokap gue pernah nasehatin, Lo gimana mau jadi gede, kalo ngurus hal kecil aja kagak becus. Jadi, ya, langkah-langkah kecil kayak yang diceritain Wah tadi yang coba kami urus. Kalo bisa jadi band dengan pengaruh besar, ya, bagus. Tapi kalo pun akhirnya cuma jadi band dengan pengaruh kecil, ya, itu nggak jelek. Hahaha.”

Video-video Vespunk bisa dicari di kanal Vespunk Scoots dan Scooterhood Forum

Vespunk: Boleh Kere dan Terbatas, Tapi Jangan Pasrah dan Malas!

Isinya cukup banyak, meski video-video tersebut digarap dengan treatment sederhana.

“Itu kami bikin sendiri. Syuting-syuting sendiri dan edit-edit sendiri. Tapi seiring berjalannya waktu, banyak juga sih anak-anak multimedia yang mau bantuin kami,” tegas Matto yang di setiap pengerjaan video paling sering kebagian jatah pegang kamera dan bahkan menyunting.

“Jadi intinya, bergerak,” celetuk Fahri sang penabuh drum tiba-tiba.

“Sekecil apa pun cita-cita lo, kalo lo diem aja mah, kagak bakal kesampean. Bergerak! Apalagi kalo cita-cita lo gede, ya kudu bergerak makin rajin dan makin dinamis. Jangan ngemis. Jangan minta-minta. Usaha sendiri. Uji sampai sejauh mana kapabilitas mental dan fisik bisa kami geber. Kalo gue sih, karena gue bukan orang berjiwa memble ye, parameter-nya, selama gue masih bernyawa, gue akan berusaha terus. Kalo gue udah mati, ya, baru gue stop.”

Stop dari Vespunk, Bang Fahri? Gokil juga loyalitasnya. Sampai mati???

“Bukan. Bukan itu maksud gue. Gue lagi berusaha keras pengin beli rumah. Tadi barusan curcol aja,” tukas Fahri sambil cengar-cengir.

Oalaaah, Bang. Baiklah kalau begitu. Semoga rumahnya bisa terbeli melalui karier bersama Vespunk. Sukses terus!

Teks : Indaka Zikri

Editor : Doddy Irawan