Arsip Tag: festival musik

Perjuangan Respect 86 Menerobos Industri Rekaman Selama 9 Tahun (1)

Kamarmusik.net, JAKARTA – Bertahun-tahun langganan menjuarai puluhan ajang festival musik, kuintet asal Pekanbaru ini akhirnya naik kelas jadi band rekaman. Album bertitel Future ibarat kado terindah persembahan band Respect 86. Masa depan yang diidamkan untuk eksis di industri musik Indonesia, kini berada dalam genggaman.

Sebagai nomor perkenalan, band yang terbentuk tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 ini menyuguhkan single keren berjudul “Di Antara Kita”. Tanggal 19 April 2017 kemarin, track andalan Respect 86 diperdengarkan secara berantai di ratusan radio seluruh tanah air. Video musiknya pun udah bisa dinikmati bareng-bareng di YouTube. Bahkan 9 materi lagu bergenre modern rock yang mejeng di album Future juga udah bisa didonlot secara legal di iTunes.

Kenalan Yukss Sama Personel Band Respect 86

Perjuangan Respect 86 Menerobos Industri Rekaman Selama 9 Tahun (1)

Sebelum mengulas kisah tersembunyi di balik single “Di Antara Kita” dan lagu-lagu lain di album Future, Kamar Musik mau ajak kamu kenalan sama member Respect 86. Mereka adalah Hendra Rifan Novianto a.k.a Enda (vokal), Wahyu Clinton a.k.a Clinton (gitar), M. Diego Afisyah a.k.a Diego (bass), Andhika Putra Nugraha a.k.a Dhika (drum), dan Hendri Triswandi a.k.a Angga (kibor). Gaya musik mereka terinfluence dari genre alternatif dan modern rock.

Enda, misalnya. Cowok kelahiran Pekanbaru, 13 Desember 1989 ini terinspirasi oleh Armand Maulana ‘GIGI’, Jared Letto ‘Thirty Seconds to Mars’, Chris Martin ‘Coldplay’, dan Danny O’ Donoghue ‘The Script’. Sementara, Dika lebih terpengaruh oleh para pendekar di scene Electronic Dance Music. Cowok kelahiran Pekanbaru, 6 Januari 1995 ini mengagumi Hardwel, Zedd, dan Cash Cash.

Gimana dengan Diego? Cowok kelahiran Medan, 15 Agustus 1995 yang aktif di dunia modelling ini terpengaruh musik Coldplay, Red Hot Chili Peppers, The Script, dan band Jepang One Ok Rock. Sebelas dua belas sama Angga. Cowok kelahiran Rengat, 31 Mei 1989 ini terinfluence oleh musisi Negeri Matahari Terbit macam Kitaro, Light Bringer, dan Abingdon Boys School. Kalau Clinton condong ke ranah british. Cowok kelahiran Pekanbaru, 19 November 1994 ini terpengaruh oleh Coldplay, One Republic, Ed Sheeran, sampai Zayn Malik.

Kisah di Balik Lagu “Di Antara Kita” yang Suerrr Bikin Baper  

Perjuangan Respect 86 Menerobos Industri Rekaman Selama 9 Tahun (1)
Lagu “Di Antara Kita”, kisah nyata Enda yang tergoda untuk mendua.

Pasti ada alasan kuat mengapa track “Di Antara Kita” terpilih sebagai single jagoan. Selidik punya selidik, ini real story dari drama cinta LDR sang vokalis. Bikin kepo kan?

“Ini benar-benar pengalaman pribadi aku pada tahun 2011. Waktu itu pacarku, Amanda, lagi kuliah di Singapore. Ada sebuah masalah yang menyebabkan kami jadi mis komunikasi. Di tengah kegalauanku, ada cewek lain yang mengisi kehampaan itu. Hubungan kami pun semakin erat sampai akhirnya aku dan dia jadian,” kenang Enda.

Para pejuang LDR pasti pernah deh mengalami momen galau kayak gini. Merajut cinta dari jarak jauh, emang gampang-gampang susah. Antara menjaga kesetiaan dan godaan perselingkuhan yang menjadi ujian berat.

“Ternyata aku sadar bahwa cewek itu hanya pelarian dalam kesendirian. Hubungan kami pun hanya bertahan selama sebulan. Setelah Amanda kembali ke Indonesia, aku berusaha menguatkan kembali hubungan kami yang sempat renggang. Apalagi Amanda merupakan pasangan yang telah mendampingi aku dengan setia selama bertahun-tahun. Dari awal ngeband sampai sekarang kami telah memiliki album,” curcol Enda.

Ilmu dan pesan penting nih buat kita semua. Mendua itu cuma kesenangan sesaat dan pelarian itu bikin hubungan jadi berantakan. Ketika muncul orang ketiga, pastikan langkahmu secara matang. Tetap setia atau nekat mendua?

Sederet Nama Musisi Beken yang Ikut Berkontribusi di Album Future 

Perjuangan Respect 86 Menerobos Industri Rekaman Selama 9 Tahun (1)
Clinton, gitaris Respect 86 yang lagi berjuang dengan skripsinya.

Sebagai pendatang baru di industri musik Indonesia, Respect 86 udah well prepared. Kehadiran mereka nggak hanya bermodalkan satu single doang. Belasan amunisi terbaik siap dihidangkan. Setelah proses seleksi, mereka bulat memutuskan kalau debut album mereka berisikan 9 lagu. Di antaranya adalah “Wanita Terbaik”, “Hanya Kamu”, “Kagum”, “Arti Hidupku”, “Masih Cemburu”, “Dan Hilang”, “Temukan Aku”, “Di Antara Kita”, dan “Kau Luar Biasa”.

Keunikan lain album ini, ada lagu yang dibuat di Pekanbaru dan juga di Jakarta. Lagu yang direkam di kampung halaman adalah “Masih Cemburu”, “Dan Hilang”, “Arti Hidupku”, dan “Kau Luar Biasa”. Sisanya direkam di Jakarta.

“Proses rekaman debut album ini kurang lebih memakan waktu setahun yaitu mulai tahun 2014 sampai 2015. Awal-recording, kami banyak beradaptasi supaya ego bermusik selama di festival nggak terbawa saat rekaman untuk kebutuhan industri. Kami harus cerdas meramu musik yang tadinya kencang dibikin jadi lebih smooth,” jelas Dhika.

Oh iya, music director Respect 86 pun berbeda. Kalau di Pekanbaru, mereka dikawal oleh Rizon. Sementara di Jakarta, mereka dibimbing oleh Budhy Haryono. Supaya nggak terlihat pincang, ke-9 lagu tersebut di balance kembali di Royale Studio, Jakarta. Untuk proses mixing dan mastering, Respect 86 memercayakannya pada Indra Q.

Nama besar musisi lain yang dilibatkan dalam rekaman album Future adalah Sandy Canester dan Alam Urbach.

“Kami juga dibantu Sandy Canester. Dia jadi vocal director untuk lagu ‘Di Antara Kita’ dan ‘Temukan Aku’. Sementara Alam Urbach mengisi part DJ untuk lagu ‘Temukan Aku’. Kami masih kaget dan nggak terpikir terjun sampai sejauh ini. Bertahun-tahun jadi band festival, sekarang bisa merekam karya-karya kami dalam sebuah album. Sebuah penantian panjang dari tahun 2008 sampai sekarang dengan personel yang sama,” imbuh Enda.

 

 

Makin seru ya cerita perjuangan mereka? Biar nggak penasaran, tongkrongin bagian ke-2 di artikel berikutnya yaaa.

edofumikooo

Kombinasi Fotografi dan Musik Lokal, Suguhan Variatif ala Alienation #2

Kamarmusik.net, JAKARTA – Setelah tahun lalu sukses “menerbangkan” para pencinta musik gigs, belum lama ini Alienation kembali hadir dengan hal nggak kalah menarik. Project Vade sebagai penggagas acara ini mengemas Alienation 2016 dengan konsep asyik, memadukan kegiatan fotografi dan gigs musik musisi lokal kota Bandung.

Konsep Alienation #2 ini lebih bervariatif dan mengundang banyak komunitas di Bandung, terutama komunitas fotografi. Salah satu dari komunitas yang diajak bekerjasama adalah Stereo Snap. Media yang udah 3 tahun meliput berbagai acara musik lokal, nasional, maupun international itu memberikan workshop pada hari pertama (12/8).

Pada hari kedua, komunitas yang udah mengikuti workshop di challange untuk mempraktekkan apa yang mereka pelajari langsung di gigs Alienation #2. Pada hari ketiga sampai seminggu kemudian, hasil foto yang dari komunitas fotografi yang sudah dikurasi oleh Stereo Snap dipamerin selama 6 hari (14/08–19/08).

Parade Band-Band Keren Menggebrak Panggung Alienation #2

Alienation #2 diawali oleh hujan yang memaksa acara ditunda sejenak. Setelah hujan reda, suasana jadi pecah oleh band pembuka, Eyenapatna. Membuka dengan intro sedikit pelan, namun lama-lama teriakan dari vokalis Eyenapatna membuat suasana semakin ramai. Lewat single “UPHEAVEL”, Eyenapatna berhasil membius penonton. dalam alunan melodi yang terdengar.

Suasana makin meriah saat PROJECT VADE membagikan Mixtape gratis di Alienation #2 yang dinamai “Project VADE : MIXTAPE Vol.2”. Mixtape ini dibuat sebagai bentuk nyata mencari band-band potensial untuk penerus skena musik di Bandung. Banyak sekali genre yang ada, dari pop sampai metal. Penampil kedua di panggung Alienation #2 itu Maraha. Band ini menarik hati para wanita lewat lagu-lagu pop mereka, salah satunya “Telecaster”.

Kemudian dilanjutkan band metal, Helliost. Dengan musik yang hampir mirip dengan Lamb Of God, Helliost tampil garang di panggung Alienation #2 membawakan single “Ablution”. Semua mata tertuju pada penampilan band ini, karena band sekelas Helliost berkenan meramaikan gigs yang line up nya nggak ada band yang semetal mereka.

Terus juga ada penampilan The Fox and The Thieves, yang baru-baru ini tampil di Baybeats Festival, Singapura. Meski hujan mengguyur, mereka tetap melanjutkan penampilan sampai selesai. Pada penghujung acara ada satu line up yang cukup melegenda di genre musik post rock, yaitu Flukeminimix.

Band ini sukses menutup acara dengan membuat semua penonton tercengang. Mereka hanya berbicara lewat alunan musik instrumentalnya dan aksi panggung seperti membanting gitar sampai merobek t-shirt yang dipakai oleh salah satu gitaris Flukeminimix. Keren, Flukeminimix bisa menaikkan emosi penonton sedemikian rupa tanpa suara vokal.

(@edofumikooo)