Arsip Tag: gitar

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar

Kamarmusik.net, JAKARTA – Tanggal 30 November sampai 2 Desember 2017 kemarin boleh jadi momen yang nggak akan pernah dilupakan oleh para pencinta gitar di seluruh Indonesia. Sebuah event gitar besar bertajuk Hiend Guitar Experience 2017 kembali diselenggarakan di Plaza Semanggi. Ya, ini adalah event kedua nasional yang digagas oleh Djuned, owner Hiend Guitar, setelah sukses dengan acara yang diadakan pada 11-14 Mei 2017 lalu.

Event gitar kedua ini digelar dengan skala yang lebih besar. Paramaternya adalah jumlah gitaris yang dihadirkan lebih rame. Booth yang disediakan panitia jauh lebih banyak. Satu hal istimewa dari Hiend Guitar Experience 2017 kedua dihadiri oleh gitaris beken dari band legendaris Guns N’ Roses, yaitu Ron “Bumblefoot” Thal.

“Acara ini konsepnya sederhana dan mulia yaitu ingin mengumpulkan seluruh gitaris hebat di Indonesia dan mempertemukan para penggemar gitar baik yang pemula maupun profesional di sebuah tempat. Kami ingin para pecinta gitar datang, menikmati acara, dan bisa bertukar pikiran dengan pengunjung lain maupun gitaris idolanya,” tutur Djuned, sang penggagas acara, saat ditemui Kamar Musik di acara Hiend Guitar Experience 2017.

Bergabungnya Semua Kompetitor Toko dan Distributor Gitar

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Aksi memukau Six Strings Indonesia yang bikin mata semua penonton enggan berkedip (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

Djuned menambahkan nggak banyak event besar yang memiliki segmentasi tertentu untuk sebuah instrumen musik diadakan di Indonesia. Pagelaran akbar ini nggak hanya menyuguhkan gitar-gitar PRS saja, namun ada berbagai merek gitar, amplifier gitar, boutique pedals efek, sampai case baik dari merek lokal maupun impor.

“Dalam acara ini kami nggak memandang dia kompetitor atau bukan. Semua pemilik toko gitar dan distributor gitar kami ajak bergabung. Kalau ditanya untung atau rugi, yang kami pikirkan bukan itu. Totally, acara ini loose money. Berhubung gue gitaris dan penggemar gitar, visi misinya ya ini arena kumpulnya gitaris. Tak ada saing-saingan dan nggak ada pengkotak-kotakkan genre musik juga,” urai pengusaha sukses bernama lengkap Djuned Kusuma ini.

Silaturahminya Para Gitaris Hebat dan Multi-Talented

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Djuned, sang penggagas acara ini berharap tahun depan event gitar ini bisa kembali berlangsung dalam skala yang lebih besar (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

Hiend Guitar Experience 2017 dibuka mulai Kamis 30 November 2017. Gitaris Kantoran dipercaya untuk membuka kemegahan event ini. Lalu dilanjutkan dengan aksi menawan pasutri yang sangat menginspirasi, Endah n Rhesa. Duo gitaris band Nidji, Ramadhista Akbar dan Andi Ariel Harsya ikutan beraksi. Setelah DeGils, tontonan cadas diperagakan oleh Pradikta Wicaksono ‘Yovie & Nuno’, dan penampilan super ciamik dari Ron ‘Bumblefoot’ Thal.

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Klinik gitar yang ciamik diperagakan Aria Baron, eks gitaris GIGI yang juga personel Six Strings Indonesia (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

Pada hari kedua, Jumat 1 Desember 2017, Bumblefoot kembali menghibur ratusan penonton dengan klinik gitar yang atraktif. Tomo Widayat, yang beken dikenal sebagai additional player Sheila on 7, juga memperlihatkan kepiawaiannya sebagai gitaris. Setelah Areyoualone, giliran Gugun vokalis Gugun Blues Shelter yang tampil memukau. Selanjutnya Iga Massardi ‘Barasuara’, menunjukkan harmonisasinya dengan kawalan Ibrahim ‘Baim’ Imran.

Semakin malam, venue makin penuh karena penonton sangat menanti aksi Six Strings. Baim kembali unjuk gigi bersama Eross Candra, Aria Baron, Dewa Budjana, dan Tohpati. Eross yang selama ini jarang bernyanyi, ditantang mengeluarkan suara empuknya. Gitaris Sheila on 7 itu mampu menghibur penonton dengan jokes segarnya. Penonton banyak yang antre ingin berswafoto bersama Six Strings minus Dewa Budjana yang pulang lebih dahulu.

Owner Hiend Guitar sedikit memberi bocoran soal rahasia kesuksesan acara yang dikonsep dalam waktu singkat ini.

Event ini persiapannya super kebut, hanya seminggu. Beda dengan yang Mei kemarin, persiapannya sampai sebulan. Selama ini mungkin nggak ada yang mau berkorban untuk mengumpulkan para gitaris dan artis dalam jumlah sebanyak ini. Seluruh artis yang datang termasuk Ron Thal kami bayar secara profesional,” imbuh Djuned.

Lebarannya Para Gitaris

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Eross Candra ternyata tak hanya jago main gitar dan bikin lagu, tapi berbakat juga jadi MC (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

Hiend Guitar Experience 2017 seakan jadi obat kerinduan berkumpulnya para gitaris. Bagaimana tidak, cuma di acara ini gitaris dan para musisi bisa sharing ilmu dan seru-seruan bareng. Ajang ini sekaligus sebagai media silaturahmi para gitaris untuk bertemu teman baru. Berkaca dari kemeriahan itulah, Pongki Barata dalam akun Instagramnya menyebut event gitar tanggal 30 November sampai 3 Desember 2017 sebagai Lebarannya para Gitaris.

Bener sekali, ini semacam lebarannya para Gitaris. Mereka ketemuan, tanpa jarak, kumpul kumpul hore buat kesenangan yang sama, yaitu kayu yang di senarin hahaha.. Tidak pernah saya liat ada pameran gitar seperti ini, hangat, atmosfirnya santai tapi informatif. Dan yang penting, banyak gitar-gitar impian di depan mata! Hampir semua ‘jagoan pergitaran’ datang ke sini. Dari musisi profesional, newbie, pedagang gitar online, legend, sampai bapak-bapak yang mau beliin anaknya yang baru belajar gitar. Feels like home, man haha,” tulis Pongki.

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Hanya di acara ini pengunjung bisa melihat dan mencoba langsung berbagai merek dan jenis gitar canggih (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

Benar adanya. Dua hari terakhir, pengunjung yang datang makin menyemut. Pada hari Sabtu 2 Desember 2017, bintang yang tampil nggak kalah kece. Mulai dari 2invasion, Gredy Ryan, Alena, Rendy Pandugo, Dwiki, Baron Clinic, Divaldi Addina Azhar Reza, Baken Nainggolan ‘Siksakubur’ sampai Regatta.

Menyaksikan skill luar biasa Bumblefoot Dari Jarak Super Dekat

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Acara ini makin terasa istimewa dengan kehadiran Ron “Bumblefoot” Thal (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

Hari terakhir lebih petjaaah lagi. Acara dibuka oleh pasutri Cressentia Murniastuti dan Cornelius Prapaska dari See n See Guitar, Indranesia, Nissan Fortz, Zendhy Kusuma dan Denny Chasmala, Dediv Musila, Adli Noor, John Paul Ivan, Edwin ‘Cokelat’, dan ditutup oleh aksi luar biasa dari Aldy ‘Kanda Brothers’. Pemoles band Kanda Brothers, Once Mekel kebagian tampil mendampingi Ronald Jay Blumenthal alias Ron Thal yang adu keren dengan Andre Dinuth.

“Perbedaan Hiend Guitar Experience bulan Desember dengan Mei kemarin adalah, skalanya 3-4 kali lebih besar. Saya senang acara ini berlangsung meriah, meski kami harus nombok. Tapi bukan itu yang kami titikberatkan. Berkumpulnya semua gitaris di sini jauh lebih berharga. Gue berharap event gitar tahun depan akan lebih rame dan keren,” harap musisi gitar kelahiran Jakarta 17 Agustus 1979 tersebut.

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Selama 4 hari, pengunjung bisa melihat secara dekat para gitaris terkenal Indonesia unjuk kebolehannya (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

edofumikooo

 

 

Wima J-Rocks: Seorang Bassist Ibarat Seekor Kucing

Kamarmusik.net, JAKARTA – Ada sebuah lelucon yang pernah diucapkan John Paul Jones, bassist Led Zepellin saat menerima penghargaan Rock and Roll Hall Of Fame 1995, “Thank you to my friends for finally remembering my phone number,”. Seperti halnya lelucon yang cerdas, ada kebenaran yang bisa kita pelajari dari lelucon tersebut.

Bassist atau pemain bass adalah personil yang paling sering dilupakan atau dikesampingkan dibandingkan personil lainnya. Namun sebenarnya, suka atau tidak, keberadaan seorang bassist di sebuah band sangat vital.

Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa ada banyak alasan kuat mengapa sebuah musik membutuhkan suara bass. Karena itu, sudah seharusnya kita mulai menghormati keberadaan pemain bass mulai sekarang.

Seorang bassist memiliki peran penting membangun sebuah harmoni dan arah melodi dari sebuah musik. Dalam sebuah melodi lagu, bass biasanya berperan sebagai chord. Namun note bass itu sendiri tidak selalu menunjukkan sebuah chord dasar, karena bass dapat mengontrol sebuah harmoni chord melalu notesnya. Keren kan..

Benarkah Posisi Gitaris Lebih Favorit Ketimbang Bassist?

Wima J-Rocks: Seorang Bassist Ibarat Seekor Kucing

Dibutuhkan kriteria khusus bagi seseorang untuk menjadi pemain bass, itulah mengapa jumlahnya lebih jarang dibanding gitaris. Banyak orang bisa memainkan alat musik bass, tapi itu tidak lantas menjadikan orang itu sebagai seorang bassist. Ada beberapa kualitas tertentu yang dimiliki oleh pemain bass, yaitu rendah hati dan percaya diri.

Sementara sang gitaris berdiri di depan panggung bergerak gila selayaknya rockstar memainkan melodi-melodi yang seringkali membuat para penonton histeris. Di belakangnya, sang bassist dengan rasa nyaman dan penuh percaya diri membuat sebuah alur musik. Tapi, pemain bass dapat mengambil alih posisi depan selayaknya pemain lead gitar jika diinginkan. Hal tersebut bisa kita liat dari sosok Bootsy Collin yang dengan percaya diri mengklaim area depan tengah panggung dengan bass bentuk bintangnya.

Kelihatannya memang mudah menjadi bassist. Kamu cukup memainkan not satu per satu, berdiri di garis belakang, enjoy the song and chill out. Namun sebenarnya hal yang utama dari pemain bass adalah menjaga ritem dan melodi dari sebuah lagu agar tetap berjalan semestinya, melalui ketepatan timing dan notes yang dimainkan. Hal tersebut yang membuat perannya menjadi sangat penting dalam sebuah band.

Kamu pernah dengar gitar dan drum akustik bermain bersama tanpa sound bass di dalamnya? Its awfull! Keberadaan bassist dibutuhkan sebagai mediator sempurna di band agar player lain dapat tetap berada di posisinya.

Karena perannya yang begitu penting, mereka akan terlihat percaya diri saat memegang “powerful weapon” di tangannya. They know how to use it. Maka dari itu, tidak mungkin seorang pemain bass tidak terlihat cool.

Saat di atas panggung, seorang bassist ibarat seekor kucing. Mereka cenderung mengamati, namun tidak akan terpengaruh dengan apa yang orang lain kerjakan. They have their own business.

Seorang bassist mencintai dan menyadari bahwa hal yang terpenting untuk dikerjakan adalah untuk meyakinkan orang lain merasakan sesuatu, berdansa mengikuti groove dari sebuah ritem. Boleh dikatakan pemain bass bisa menjadi seorang teman yang baik bagi semua orang.

Teks: Swara Wimayoga – @s_wimayoga
Editor: Doddy Irawan

Celoteh Gitaris Irvan Borneo Soal Session Player dan Bocoran Album Baru

Kamarmusik.net, JAKARTA – Gaung Irvan Borneo sebagai gitaris keren ternyata bukan hanya di Indonesia lho. Seperti Kamar Musik bilang di artikel sebelumnya, penggemar klub sepakbola Barcelona ini juga terkenal di luar negeri. Yaaa… nama Irvan Borneo masuk di kompilasi album instrumental Guitar Republicks Volume 1.

Gitaris Indonesia yang Mejeng di Album Kompilasi Luar Negeri

Di album gitar yang didistribusikan di Singapore tersebut, ia satu-satunya gitaris Indonesia yang disandingkan dengan gitaris Yunani (Theodore Ziras) dan Inggris (Irene Ketikidi). Musisi kelahiran Kotabaru, Kalimantan Selatan itu disejajarkan dengan gitaris top Singapore (Addy Cradle, Khalid Mobin) dan Malaysia (Norzamri, Along Exist).

“Aku juga kaget dapat email dari yang merencanakan album itu (Jaybon). Mereka mau bikin album kompilasi gitar dengan menghadirkan gitaris-gitaris dari berbagai negara,” ungkap Irvan tentang keterlibatannya di album itu.

Irvan Borneo dan Persiapan Album Solo Gitar

Cowok yang berkontribusi di dalam album solo pertama Ari Lasso itu sekarang tengah menyiapkan album kedua.

“Aku sangat serius dalam mengerjakan album kedua ini. Main gitar itu menyenangkan, tapi lebih mantap lagi ketika dia punya album solo gitar. Banyak senior seperti mas Bontot (Tohpati, red) menyemangati aku dalam merampungkan album ini,” papar gitaris bernama lengkap Rahmat Irvansyah ini.

Lalu bagaimana teknis persiapan Irvan Borneo dalam usaha menuntaskan rekaman albumnya nanti?

“Sejauh ini aku masih mengumpulkan dana sendiri. Aku bakal mencari studio yang bagus dan session player yang oke untuk produksi album ini. Di album ini aku mau melebarkan market. Aku berharap orang yang nggak suka gitar pun, menjadi suka ketika dia mendengar album kedua ini,” ceplos Irvan yang ultah setiap tanggal 4 November ini.

Session Player di Mata Ivan Borneo

Kita doakan bersama deh, supaya album keduanya bisa selesai dengan sempurna. Lalu, bagaimana dengan karier yang saat ini ia jalani sebagai session player? Selain pernah mengiringi KLA Project, Irvan juga lagi asyik-asyiknya menjadi session player untuk Anji. Ada nggak sih rambu yang wajib ditaati untuk seorang session player?

“Ya, aku jalan bareng Anji sejak ia menjadi penyanyi solo. Session player itu tugasnya melayani. Ketika aku bekerja dengan Anji misalnya, ya kita harus profesional dan bijaksana. Aku nggak memandang musik secara sempit. Artinya session player itu nggak boleh melulu mengedepankan ego dan harus berpikir lebih universal,” terang Irvan.

(@edofumikooo)

Kolaborasi Seksi Baim dan Gugun Blues Shelter dalam Let There Be Light

Kamarmusik.net, JAKARTA – Album kolaborasi trio power blues Gugun Blues Shelter dan Baim ini terjadi dari beberapa kali obrolan santai mereka di atas panggung. Ketika ide kemudian diwujudkan, semua pihak menyambut hangat. Kita sebagai pendengar, bisa ikut merasakan vibe positif yang mereka bangun sampai album ini selesai.

Album Let There Be Light dibuka dengan lagu “Bank Robber’s Blues”. Irama riang blues yang memiliki riff catchy, cukup memberi gambaran pada apa yang akan anda temui dalam album ini. Ketika vokal Baim dan Gugun masuk menyanyikan bait demi bait, semakin terasa deh komposisi blues yang nakal dan menggugah.

Kolaborasi Menggetarkan Pop yang Seksi dan Blues yang Nakal

Nggak perlu menduga-duga lagi, album ini akan penuh dengan riff–riff gitar yang tajam dan menggetarkan. Pertukaran nada-nada solo dari Baim dan Gugun sangat menarik untuk disimak. Secara sound, terutama buat penggemar Gugun Blues Shelter atau Baim, pendengar bisa membedakan mana tarikan solo dari masing masing gitaris. Baim banyak menggunakan fuzz dan midsound, sementara Gugun konsisten dengan distorsi khasnya.

Jangan khawatir, segmen adu jago di album ini akan tetap terasa hahaha. Pendengar dijamin nggak bakal merasa bosan, tapi justru semakin tertarik untuk sama-sama berekplorasi dalam harmoni gitar masing-masing.

Kawalan seksi ritem yang ketat dan padat dari Jono (bass) dan Bowie (drum) membuat lagu-lagu di album Let There Be Light kian solid dan seksi. Nggak heran, menurut saya mereka memang duo ritem yang sangat andal di negeri ini.

Lagu “Don’t Say Goodbye” dan “It’s You” sangat berpotensi jadi hits dan mampu menjangkau segmen pendengar yang lebih luas lagi. Dua lagu ini, menurut saya, bisa sedikit banyak menggambarkan hasil kolaborasi seksi antara Baim dengan Gugun Blues Shelter. Sebuah titik tengah di mana Baim yang banyak bermain di wilayah pop bertemu dengan Gugun Blues Shelter yang sangat kental dengan nuansa blues.

Let There Be Light, sungguh sebuah album kolaborasi yang mencerahkan 🙂

(@edofumikooo)

Belajar Yuk Mengenal DI BOX oleh Ronny Gearhunter

Kamarmusik.net, JAKARTA –  Hi guys… gua di sini coba membahas seputar penggunaan DI BOX di gitar yang dijawab oleh Albert Prio. Percakapan yang terjadi di sela-sela persiapan live sebuah band di Surabaya. Semoga artikel ini bisa membantu teman-teman tentang fungsi DI Box dan penggunaannya di saat kita lagi live.

Q = Apa sih fungsi DI Box terutama untuk di gitar?

A = DI Box artinya Direct Injection Box. Fungsinya buat merubah koneksi unbalanced -10dB menjadi +4dB. Nah apaaan tuh? Gini gua jelasin.. Signal unbalanced itu signal yg berasal dari sumber / instrument ber-impedance tinggi (1megaohms) seperti: electric bass / electric gitar dengan pickup passive. Jika melewati kabel yg sangat panjang dari gitar langsung ke mixer FOH (mis: >7meter kabel) maka signal akan mengalami cacat dan di FOH akan terdengar distort dan peak. Dalam perkembangan selanjutnya maka DI Box itu dipakai dalam live performance ataupun recording dengan tujuan membuat signal balanced +4dB dengan impedance 600ohms yang menghasilkan signal audio yang terbagi menjadi signal phase +, signal phase – & ground. Connector yg digunakan adalah XLR or Cannon type or jack mic

Q = Lah terus gimana tuh ceritanya DI box dengan speaker simulator??

A = Begini loh, gua ini termasuk penggila DI box terutama yang ada Cabinet Simulatornya. Sebagai engineer live gua mau cerita2 sedikit dulu nih untuk mempermudah pengertian Cabinet Simulator. Menurut gua ada 2 cara gimana suara ampli dan gitar bisa sampe ke mixing console (mixer) dan akhirnya ke FOH speakers:

  1. Speaker gitar diberi mic atau kita kenal dengan istilah ditodong. Aplikasi selama ini menurut pengalaman the best adalah todong mic di center cone dari speaker. Beberapa mic fave gua yaitu: Shure KSM32, Sennheisser MD421, Audix i5, ADK A51
  2. Direct Injection Box, pemakaiannya ada 4 cara:
    1. Pertama dengan cara guitar –> multifx atau stomboxes —> masuk ke input DI box –> lalu jack XLR masuk ke FOH sementara direct output dari DI Box masuk input ampli. Kalo cara yg pertama ini elo pasti ga dapet tone/karakter dari ampli elo tentunya karena yang di proses ke FOH cuma bersumber dari Gitar dan efek elo doang, tapi kadang2 helpful untuk manipulasi tone guitar yg drastis di FOH.
    2. Kedua bisa juga guitar –> multifx/stomboxes –> amp input. Lalu DI boxnya diambil dari fx send amp / line recording out. Ini membantu terutama untuk aplikasi di ampli2 combo. Cuma untuk cara kedua ini kita ndak akan bisa dapet suara cabinet dari ampli nya. Yang kita dapet cuma suara preamp dari ampli nya
    3. Ketiga bisa dari speaker out ampli elo. Jadi pemasangan DI Box dari head/combo speaker out –> DI box input –> DI box XLR jack nya masuk ke FOH, lalu untuk direct outnya dari DI Box ke speaker/cabinet (untuk ampli tube jangan lupa pastikan line direct out dari DI Box betul2 connect ke speaker ya kalo ndak bisa amplinya jebol..). Cara kedua ini elo pasti dapet tone dari preamp ampli + reactance cabinet elo.
    4. Keempat dengan pake 2 channel yaitu penggabungan dari DI box + Mic dengan cara miking. Ini cara yg paling ndak gua suka sebenernya. Ada kendala out of phase antar 2 signal dari DI Box dan mic todong-nya. Sometimes elo pasti denger suara gitar elo penyek ndak ada bottom atau suara low-nya (kalo 2 channel td dicombine 50%-50%) itu OUT OF PHASE…. welcome!!

Q = Terus gimana aplikasi kalau digabung dengan pemakaian efek atau stompbox? Bisa ndak direct dari efek dll?

A = Bisa aja, itu yang gua maksud cara nomer 1 yang tadi di atas gua terangin. Cara gitu gua pernah pake buat vocal mic-nya Bams, dia pake DD-3 buat vocalnya (waktu jaman masih awal karir dia). Sebenernya DI box yg bagus itu respon freq-nya dari 20Hz-20.000Hz sama kyk peralatan audio professional lainnya (mixer, headphones, speakers,dll). Kalo elo colok stompboxes yg tanpa simulator/emulator/amp modelling ke mixer or DI box tanpa simulator dijamin suara gitar elo pasti DANGDUTZZZ….

 

Q = Loh kenapa???

A = Karena freq suara gitar elektrik yg kita denger di amplifier berkisar antara 80Hz-8000Hz. Dan memang speaker gitar di design kayak gitu. Coba aja kalo gitar kita masukin ke speaker hi-fi pasti kelebaran suaranya alias DANGDUTZZZ, kayak fuzz. Low-nya terlalu rendah, high-nya terlalu sharp. Coba aja paling gampang sekali-kali colok gtr elo ke amp keyboard. Nah, stompbox or multifx yg non-simulator dibuat dengan frekuensi yg kelebaran (20Hz-20KHz), jadi kalo elo colok langsung ke mixer or DI box yg polos tanpa Speaker / Cabinet Simulator pasti dijamin DANGDUTZZ yoooo…pasti audience bilang “man, suara gitarnya kok aneh siiihhh???”

Q = Yang bener gimana??

A = Sekarang udah ada teknologi Cabinet Simulator or DI box with Cabinet Simulator. DI box tersebut memiliki kemampuan untuk frekwensi input-nya dipersempit untuk range suara gitar / ampli gitar (80Hz-8KHz). Beberapa contoh DI Box yang ada Cabinet Simulator nya antara lain: HK Redbox (MKlll, Pro, Classic), Voodoolab Cabtone, Palmer, Behringer Ultra-G, dll. Plus sekarang jg udah ada amp modelling fx kayak: Line6 POD, Digitech GNX, ZOOM dll juga…. nah yg kayak begini kalo langsung pake DI box yg polos masih tergolong aman suaranya, karena emang udah disesuaikan frekuensinya biar ndak kelebaran. MIC100 itu juga termasuk Preamp/DI box, asik juga tuh. Gua dulu pake buat bandnya Marcell tapi yang versi benerannya yaitu ART Studio V3 kalo ga salah.

Trus ada trik lagi nih.. Kalo ada FX non simulator masuk ke DI box polos trus dari DI-nya gua lempar ke Graphic EQ 31-band trus dishape biar freq-nya ga kelebaran alias dipotong2-in aja freq yg anehnya bisa ndak??? Bisa aja kok dan prinsipnya emang begitu..

Q = Oh ya melenceng dikit nih… kadang gitaris pake 2 channel ngapain ya? Terus kadang pake 2 Mic atau 2 DI Box.. Ngapain ya ribet amet deh??

A = Gini… gua seneng ama suara gitar yang stereo waktu live mixing. Stereo beda denga Split. Kalo cuma OD/distortion polos dari 1 buah ampli masuk ke channel FOH lalu di panning Left-Right dengan 2 channel di Mixer itu namanya splitter. Beda dengan stereo ya hehe… Kenapa beda karena tetep aja karakter suaranya 1 bukan 2. Kalau yang namanya stereo itu karakter 2 suara yang secara bersamaan dibunyikan. Itu baru stereo guys…

Kenapa pake 2 mic??? Awalnya gw suka ngeliat setup live band2 metal bule, bagian simplenya mereka pake 2 channel di Mixer yang pake sistem todong 1 mic condenser dan 1 mic dynamic. So…gua ikut2-an haha… Begitu ada uang gua coba beli beberapa condenser.. ternyata enak, freq responnya lbh lebar dari SM57. Dengan berbagai pengalaman gua di live mixing akhirnya gua bisa menjawab mengenai mitos ‘condenser itu kan sensitf, ga bocor mas? Ternyata itu mitos salah besar, justru condenser covered areanya lebih bagus dari dynamic, no coil compression!! Gua waktu nanganin Gudang Garam Rock Festival di beberapa kota, sama Tony Subarkah gw dikasi tau kalo SHURE KSM32 one of the best guitar cabinet mic. Beli lagi deh heehe.. memang ternyata yg ini paling ok, ga rewel ama kabinet guitar. Terakhir gua beli Audix i5 dari temen gw. Mic dynamic yang responnya fat dan mid focused ke high nyam..nyam… hehehe….

Nah kembali ke pertanyaan awal, kena 2 channel ya untuk gitar? Kok ribet ya? Nah gini bro…  Kalo menurut gw suara gitar di FOH (untuk band rock/metal) ndak cukup 1 channel. Suara gitar elo dijamin kalah ama snare drums. Buat format band gua pasti minta 2-channel buat gitar. Gua mau ambil stereo wide-nya di FOH, variasi freq-nya jg. Trus masing2 peletakan mic-nya tetap pake cara favorit gua, selalu todong di tengah cone axis(90 derajat). Pengalaman gua nih untuk band rock kayak St.Loco, gua pake miking 2-channel yaitu 1 mic condenser Shure KSM32 + 1 mic dynamic Audix i5 or Shure SM57. Untuk Seringai treatment gw pake 2-channel DI box, Palmer PDI-03 & HughesKettner RedBox MKIII. Untuk band semi alnternative rock biasanya cukup satu channel saja hehe pake Behringer Ultra-G murah meriah bagus… Benaran loh Behringer bener2 bagus dan solusi murah untuk pemakaian DI Box terutama di gitar. Ini DI Box yang paling ndak rewel untuk dipakai dengan sistem apa pun juga hehe…..

Jadi bro saran gua adalah kalau mau main live, banyak hal  yang mesti dipikirin dan dipersiapkan dengan baik. Kalo cuma plug n play, I wish you luck ^^

(@edofumikooo)

 

Mau Tahu Seperti Apa Rahasia Sound Gitar Eross Candra?

Kamarmusik.net, JAKARTA – Siapa tak kenal Eross Candra, gitaris asal Yogyakarta yang tergabung dalam grup band Sheila on 7 ini telah memiliki banyak lagu hits. Pencipta lagu yang lahir pada 3 Juli 1979 ini salah satu gitaris yang concern dan konsisten terhadap gitar dan sound yang dihasilkan. Sejak album pertama Sheila on 7 rilis, suara gitar Eross yang cenderung bright dan overdrive mewarnai musik Indonesia.

Dalam setiap aksinya, overdrive sound selalu menjadi pilihan utama Eross Candra

Ampli gitar pun selalu dalam posisi drive. Tak ketinggalan tubescreamer pedal favorit Eross yang di gunakan untuk memboost agar mendapatkan sustain yang lebih panjang saat lead gitar.

“Posisi kob drive arah jam 10, tone jam 1 dan level jam 3 !”, tegas nya saat ditanya mengenai setting pada tubescreamernya. Sedangkan untuk mendapatkan sound clean ia mematikan tubescreamer dan menutup separuh volume di gitarnya.

Dalam pemilihan gitar untuk rekaman, Eross sangat selektif memilih gitar apa yang cocok untuk irama dan lagu yang direkamnya. Untuk isian rhytm, Eross banyak menggunakan gitar akustik. Gitar akustik andalannya saat ini ialah Gibson Western Country yang merupakan Sheryl Crow signature series.

Pada sesi gitar elektrik untuk lagu-lagu upbeat Eross lebih memilih memakai Les Paul Custom 1972 miliknya untuk menghasilkan suara gitar yang responsif. Seperti yang terdengar pada lagu “Sahabat Sejati” (album Kisah Klasik Untuk Masa Depan), “Seberapa Pantas” (07 Des), dan “Radio” (507).

Untuk lagu yang medium beat, Eross memilih gitar Fender untuk mendapat karakter bright dan crunch. Dengan gitar vintage, ia menggunakan Fender Telecaster 1967 dan Stratocaster 1971 seperti yang ada di lagu “Kita” (album Sheila on 7), “Dan” (Sheila on 7), “Bertahan di Sana” (Jalan Terus-The Best of), dan “Betapa” (Menentukan Arah).

Di “Hari Bersamanya” (Berlayar), Eross juga menggunakan gitar bariton Fender Bajo Sexto pada lead gitar lagu “Pasti Ku Bisa” (Berlayar).

Dalam setiap panggung, Eross sering menggunakan Fender Telecaster reissue 52 “Sephia” dengan pertimbangan keringanan dan body balance. Bagi fans Eross Candra yang ingin memiliki sound khas nya, bulan November 2012, Artist Endorser gitar merk Squire akan melaunching produk terbaru, “Squire Telecaster Eross Candra Series”.

Penulis : Aldy Kanda

Editor : Doddy Irawan

1000 Gitar Untuk Anak Indonesia, Oleh Vidi Rosen

Kamarmusik.net, JAKARTA – Seperti teman-teman ketahui, beberapa waktu lalu Gerakan 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia telah dibentuk dan puluhan gitaris papan atas tergabung di gerakan ini. Tujuan akhir dari gerakan ini adalah membagikan 1000 gitar akustik kepada anak-anak tidak mampu tanpa membedakan usia, suku, ras, agama.

Ke 1000 gitar ini didistribusikan secara nasional melalui 100 rumah singgah di seluruh Indonesia, pesantren, panti asuhan, penjara anak anak, dan lain sebagainya. Kegiatan ini sendiri dibantu oleh Majalah Musik Roling Stones dan juga program TV Kick Andy. Di dalam cover albumnya disebutkan bahwa album ini didukung oleh 60 gitaris dan puluhan musisi pendukung lainnya yang sama sekali tidak dibayar. KEREN….!!!

Bicara soal materi yang ada di album ini, menurut gue, secara overall sangat menarik. Secara kualitas emang di atas rata rata, tidak heran juga mengingat nama-nama yang tergabung di dalamnya memang merupakan jaminan mutu.

Beberapa nama yang ada di album ini antara lain Baron, Baim, Didi Crow, Iman & Sony dari J-Rocks, Ernest, Aziz Jamrud, Ovy & Jikun /rif, Pay, Deny Chasmala, Eross Candra, Kin, Jarwo, Taraz The Rock, Piyu, Dewa Budjana, Eet, Baim, John Paul Ivan, dan masih segudang lagi yang terus terang tangan gue bakal pegel kalo ditulis semua di sini.

In general, album ini terdiri dari 2 CD dan masing masing CD ada 11 lagu, total ada 22 lagu. Karena memang temanya tentang gitar, isinya nggak jauh-jauh dari gitar. Ada instrumental tetapi ada juga yang menggunakan vokal, yang membuat semua terdengar menjadi suatu kesatuan adalah instrumen yang paling menonjol adalah gitar. Bahkan di beberapa lagu yang ada vokalnya, temanya ya masih guitar juga. Pokoknya buat guitar freak, album ini cocok lah.

Kalau ditelaah lebih dalam, album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia sebenarnya ada 3: gitar, cinta pada sesama, kehidupan, serta SHREEDING! Beberapa lagu membuat gue kaget ternyata kemampuan bangsa kita maut juga.

Album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia, Oleh Vidi Rosen

Ada beberapa lagu yang menonjol di CD 1 antara lain “Masa Kecil” nya Dewa Budjana yang menurut gue sangat cool dengan nuansa sitarnya, fusion abis. “Sesuatu yang Indah” juga menarik, Piyu dan Stephan Santoso membawakan lagu instrumental dengan sangat baik, gue merasa denger lagu Padi tapi dibawakan oleh Marty Friedman. Keren!

Tohpati juga tidak mau kalah dengan lagu yang berjudul “Pergi Sekolah”. Dia membuat sound gitar akustiknya terdengar sangat menyenangkan, kalau enggak tahu gue pikir lagi dengerin Earl Klugh atau Acoustic Alchemy.

Di lagu “Hayal”, Edwin Marshal benar-benar membuat kita seperti sedang menghayal hehehe. Sound nya sepintas mirip kakak sepupu gue, Andy Timmons. Memang harus gue akui dengan lapang dada sebagai vokalis pop dengan kemampuan shredding yang cukup baik adalah Baim dengan lagu yang berjudul “Hope”.

John Paul Ivan dengan “State Of Play” nya juga tampil nggak kalah menarik, riff-riff dengan sound Les Paulnya memberi warna cukup unik untuk disimak. Permainan solonya sendiri jadi seperti dengerin Dough Aldridge hehehe.
Di lagu terakhir yang berjudul “Comfortable With You”, kita bisa mendengar permainan Adithya Pratama yang cukup manis. Bukan gitar yang mengiringi gitaris, tetapi suara vokal yang terdengar sebagai pengiring lagu.

Overall untuk lagu-lagu instrumental gitar di CD 1, meskipun berbeda-beda setelah didengarkan beberapa kali, tetap ada benang merah di musiknya (kecuali yang akustic ya). Pemilihan sound  membuat album ini tidak terdengar belang-belang dan seperti satu kesatuan. Untuk yang akustik justru menjadi penambah warna yang menarik.

Lagu yang ada vokalnya juga tidak kalah menarik. Lagu “1 Gitar 1000 Nada” yang dibawakan Aliansi Guitar Indonesia cocok sekali sebagai pembuka album ini. Liriknya tentang gitar dan yang buat gue takjub di solo sound gitar nya beda-beda. Setelah gue lihat di keterangannya, ada Baron, Eross Candra, Dewa Budjana, Baim, Cella, Piyu, Gugun, dan Kin. Dengerin sendiri dijamin pusing. Lagunya enak dan yang nyanyi Pongki Barata, Baim, dan Kin.

Ada 3 lagu lagi yaitu “Lights From Heaven” yang merupakan lagu dari Suhu Eet Syahrani, dahsyat euy!!! HEAVY METAL khas ala Eet. Vocalnya sendiri diisi oleh Eet (di covernya ditulis begitu). Gue bingung ternyata sang suhu bisa nyanyi juga ya???? Dibantu oleh Ervin Nanzabakri dan Adit RK.

Lagu “Berbagi Cinta” yang dibawakan oleh Endah, Sashi, Fia, Riry, dan Qoqo juga bikin kepala ngangguk-ngangguk. Jadi inget Wilson Phillip di tahun 90-an. Bolehlah buat istirahat atau persiapan sebelum mendengar lagu-lagu full shred di track-track selanjutnya. Terakhir lagu “Biar Tuhan Ikut Bernyanyi” yang dinyanyikan Boris P Simanjuntak membawa kita ke masa Slank di tahun 90an. Pokoknya dengerin CD satu nggak perlu pake mikir enjoy abis.

Di CD 2 gue sempet terkaget-kaget karena ternyata tipe musik yang ada di dalam CD ini lumayan berbeda dengan lagu-lagu yang ada di CD 1. Kalau di CD 1 nuansanya lebih classic rock, nah di CD ini banyak lagu yang menggunakan synthesizer, modern banget deh pokoknya (menurut ukuran gue) tetapi tetap asik.

Lagu “(Not) Vintage Generation” dari Ariel Harsya dan Rama Akbar benar benar menyegarkan otak dan telinga gue setelah lumayan panas mendengarkan CD 1. Sangat ceria dan menyegarkan. Instrumental pop ceria tahun 80-an, ada punknya, dikasih rock, plus dikasih pengiring vokal. meriahlah, susah menggambarkannya.

Lagu “U.F.O” yang dibawakan oleh Coki Netral mengingatkan gue sama teman lama gue Mr Joe Satriani, full shred abis. Kayak dengerin gitaris bule hehehe. Mantep nih lagu. Abis dengerin lagu ini makin yakin ternyata gitaris Indonesia nggak kalah sama orang bule. Sementara lagu “Discord” dari Ernest dan DJ Osvaldo Nugroho lebih ajib.

Gue demen banget, dengan sound distortion yang lebih kencang dari lagu “(Not) Vintage Generation” tetapi beat disko yang lebih bersemangat. Sound Ernest di lagu ini bagus banget. Cuma kenapa gue inget Maxim yang pianis itu ya, waktu denger lagu ini? Hehehe

Yang lumayan unik adalah lagu “Conference All Generation” nya Thomas Ramdhan. Lagu ini instrumental dari yang mengisi gitarnya juga nama-nama pendekar seperti Pay, Deny Chasmala, Agam Hamzah, dan Putsky RIP. Lagu funk dengan distortion tebal dan gebukan drum dengan teknik dan kecepatan tinggi. Bisa bikin kepala goyang-goyang.

Biar lebih lengkap, maka di album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia ini, Eross Candra bikin lagu ala lagu tradisional perkawinan Jewish hehehe dengan judul “Tentang Jakarta” yang model model ska gitu plus suara terompet dan distortion cempreng ala telecaster dan sound twangky ala The Ventures/The Shadow di tahun 60-an. CD 2 ini berwarna abis!

Kin di lagu “Papa Main Guitar Ya?” bikin gue inget Marty Friedman pasca dia pindah ke Jepang, minimalis tetapi dengan sound distortion yang gagah. Ini namanya lagu full program tetapi full seni juga, di akhir lagu ada suara anak kecil, Papah Main Guitar ya??? Hehehehe lutunaaaa …..

Lagu “Contagious” dari Ovy dan Jikun lain lagi ceritanya, kalau tadi gue cerita bahwa di CD 1 shredding nya lebih kenceng tetapi lagu ini bisa dibilang termasuk yang paling galak di seluruh album. 80’s rocknya Ovy kedengaran banget. Langsung semangat gue menyala lagi denger gitar ngebut diiringi double bass drum. Semangat deh

Jarwo Naif dengan lagu “Syria” juga cukup enak di dengar. Lagu ini sebenarnya lebih pas di CD 1. Berbeda dengan ketika bersama Naif, kali ini dia tampil dengan lagu yang megah dan melodius tetapi nafas rocknya amat terasa.

Untuk lagu yang berisi vokal juga keren-keren, “Aku Peduli” milik Baron dan 24 gitaris Indonesia juga enak untuk didengar. Heavy Metal 80-an dengan nuansa yang lebih modern gitu deh. Hampir mirip juga dengan lagu “Tentang Jakarta” dari Ridho Hafiedz dan Ovy, ballad rock yang enak didengar. Biar slow tetapi dibalut sound distortion seperti lagu slow rock metal 80-an. Pas di kuping hehehehe.

Biar nggak pusing dengerin lagu kenceng, maka di album ini ada juga lagu “Love Lullaby” kepunyaan Irfan Aulia dan Badai Kerispatih. Dari namanya sudah ketahuan dong lagunya kayak apa. Enak juga di album yang keras ternyata terselip lagu ballad yang adem.

Album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia sangat menarik dan bagus, nilainya 4,5 dari skala 5. Menurut gue, sayang kalau kita nggak punya. Plus kalau beli album ini maka akan dapat pahala karena kita udah ikut nyumbang. Sebaliknya yang bajak album ini bakal kualat karena udah merampas hak anak-anak nggak mampu. Saran gue BELI!

SALUT BUAT PONGKY BARATA DAN TEMAN-TEMAN GITARIS YANG TERLIBAT DI ALBUM INI!!!

Penulis: Vidi Rosen (gitaris dan aktif sebagai moderator di www.bengkelmusik.com)

Editor: Doddy Irawan