Arsip Tag: piyu

The Row Hadirkan Penjaga Hati, Apa yang Seru dari Project Baru Rowman Ungu Ini?

Kamarmusik.net, JAKARTA – Horeee, akhirnya Rowman memiliki proyek musik baru di luar band Ungu. Untuk merealisasikan project bernama The Row ini, Babeh (sapaan akrab Rowman), menggandeng Ayu Angels dan Rendra. Sebuah single berjudul “Penjaga Hati” pun telah meluncur di radio-radio nasional pada akhir bulan September lalu.

Pastinya, project anyar Rowman ini beda telak dengan warna musik khas band Ungu. The Row memilih genre musik yang lagi kekinian, Electro Dance Music (EDM). Sang drummer pun melabuhkan hatinya kepada dua musisi yang emang lagi menekuni musik tersebut: Ayu Angels (vocal dan DJ Set), dan Rendra (gitar dan synth programmer).

Rowman ingin mengeksplor musik lebih luas untuk industri musik Indonesia. Konsep The Row yaitu menggabungkan instrumen analog dan electronic music yang dikemas rapi, bukan sekadar Live PA yang umum dijumpai.

Ingat lho, ini bukan The Row yang pernah merilis lagu berjudul “Hancur” beberapa tahun silam. Bukan juga The Row, kuartet rock asal kota Granada, Andalusia, Spanyol. The Row yang satu ini memiliki penyanyi yang tergolong cerdas dan multi-talented. Pemilik nama asli Paraestheesia Humaning Ayu ini merupakan calon dosen yang akhirnya memutar haluan masa depannya untuk menjadi penyanyi, DJ, MC, dan model.

Simak yukss petikan wawancara cihuy Kamar Musik bersama The Row yang diwakilkan oleh si cantik Ayu Angels.

Cerita dong ide kreatif seputar terbentuknya The Row?

Idenya berawal dari pembicaraan saya, Rendra, dan Rowman yang tadinya hanya ingin punya project untuk mengisi waktu luang. Namun akhirnya kami ketemu dengan management yang sering ngurusin Rowman. Akhirnya kami berpikir kenapa nggak sekalian bikin single aja buat The Row. Akhirnya jadilah karya perdana The Row dengan single berjudul “Penjaga Hati”

Kapan obrolan itu akhirnya diseriusin menjadi band?

Awal Juni (2016)

Genrenya kenapa harus EDM, apa mumpung lagi musim?

Nggak bisa dipungkiri, memang alasan pertama lagi musim. Tapi hak kami sebagai musisi kan memberikan karya yang Insya Allah bisa diminati penikmat musik Indonesia tanpa melupakan identitas Rowman sebagai drummer Ungu. Makanya kami mengkombinasikan band tapi yang bernuansa electro.

Apa Alasan agar project ini penting untuk dikepoin orang?

Musiknya unik. Indonesia banget tapi dikemas dengan musik yang modern. Udh gitu konsep kami kombinasi karena saya pegang DJ dan vokal, sementara Rendra pegang DJ dan gitar.

Kenapa The Row? Udah ada band dengan nama ini di dalam dan luar negeri, bukan?

Ya, karena frontman kami bernama Rowman dan ini merupakan pure project pertama Rowman. Jadi biar teringat aja sih hahaha…

Bahas ya tentang single perkenalan “Penjaga Hati”?

Single kami merupakan recycle dari lagu Mas Ari Lasso ciptaan Mas Piyu yang sempet booming waktu itu. Jadi kami berharap bisa mengulang kesuksesan lagu tersebut, amin.

Kalau ada jadwal bentrok, apakah The Row yang akan didahulukan?

Semua sudah dikondisikan dengan management, karena kami diurus dengan management yang sama.

Apakah ini sebatas project-an yang menggebu di awal, lalu hilang kemudian?

Kami tetap berharap untuk bisa berkarya bersama The Row sampe akhirnya nanti ada masa di mana kami harus berhenti.

Selain “Penjaga Hati”, udah ada berapa materi lagu yang udah siap secara matang?

Sudah, tunggu saja di awal tahun 2017. Amin

Apa 3 rencana besar yang mau kalian realisasikan dalam waktu dekat?

Album, tour keliling Indonesia, dan berkolaborasi dengan artis legend Indonesia.

(@edofumikooo)

1000 Gitar Untuk Anak Indonesia, Oleh Vidi Rosen

Kamarmusik.net, JAKARTA – Seperti teman-teman ketahui, beberapa waktu lalu Gerakan 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia telah dibentuk dan puluhan gitaris papan atas tergabung di gerakan ini. Tujuan akhir dari gerakan ini adalah membagikan 1000 gitar akustik kepada anak-anak tidak mampu tanpa membedakan usia, suku, ras, agama.

Ke 1000 gitar ini didistribusikan secara nasional melalui 100 rumah singgah di seluruh Indonesia, pesantren, panti asuhan, penjara anak anak, dan lain sebagainya. Kegiatan ini sendiri dibantu oleh Majalah Musik Roling Stones dan juga program TV Kick Andy. Di dalam cover albumnya disebutkan bahwa album ini didukung oleh 60 gitaris dan puluhan musisi pendukung lainnya yang sama sekali tidak dibayar. KEREN….!!!

Bicara soal materi yang ada di album ini, menurut gue, secara overall sangat menarik. Secara kualitas emang di atas rata rata, tidak heran juga mengingat nama-nama yang tergabung di dalamnya memang merupakan jaminan mutu.

Beberapa nama yang ada di album ini antara lain Baron, Baim, Didi Crow, Iman & Sony dari J-Rocks, Ernest, Aziz Jamrud, Ovy & Jikun /rif, Pay, Deny Chasmala, Eross Candra, Kin, Jarwo, Taraz The Rock, Piyu, Dewa Budjana, Eet, Baim, John Paul Ivan, dan masih segudang lagi yang terus terang tangan gue bakal pegel kalo ditulis semua di sini.

In general, album ini terdiri dari 2 CD dan masing masing CD ada 11 lagu, total ada 22 lagu. Karena memang temanya tentang gitar, isinya nggak jauh-jauh dari gitar. Ada instrumental tetapi ada juga yang menggunakan vokal, yang membuat semua terdengar menjadi suatu kesatuan adalah instrumen yang paling menonjol adalah gitar. Bahkan di beberapa lagu yang ada vokalnya, temanya ya masih guitar juga. Pokoknya buat guitar freak, album ini cocok lah.

Kalau ditelaah lebih dalam, album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia sebenarnya ada 3: gitar, cinta pada sesama, kehidupan, serta SHREEDING! Beberapa lagu membuat gue kaget ternyata kemampuan bangsa kita maut juga.

Album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia, Oleh Vidi Rosen

Ada beberapa lagu yang menonjol di CD 1 antara lain “Masa Kecil” nya Dewa Budjana yang menurut gue sangat cool dengan nuansa sitarnya, fusion abis. “Sesuatu yang Indah” juga menarik, Piyu dan Stephan Santoso membawakan lagu instrumental dengan sangat baik, gue merasa denger lagu Padi tapi dibawakan oleh Marty Friedman. Keren!

Tohpati juga tidak mau kalah dengan lagu yang berjudul “Pergi Sekolah”. Dia membuat sound gitar akustiknya terdengar sangat menyenangkan, kalau enggak tahu gue pikir lagi dengerin Earl Klugh atau Acoustic Alchemy.

Di lagu “Hayal”, Edwin Marshal benar-benar membuat kita seperti sedang menghayal hehehe. Sound nya sepintas mirip kakak sepupu gue, Andy Timmons. Memang harus gue akui dengan lapang dada sebagai vokalis pop dengan kemampuan shredding yang cukup baik adalah Baim dengan lagu yang berjudul “Hope”.

John Paul Ivan dengan “State Of Play” nya juga tampil nggak kalah menarik, riff-riff dengan sound Les Paulnya memberi warna cukup unik untuk disimak. Permainan solonya sendiri jadi seperti dengerin Dough Aldridge hehehe.
Di lagu terakhir yang berjudul “Comfortable With You”, kita bisa mendengar permainan Adithya Pratama yang cukup manis. Bukan gitar yang mengiringi gitaris, tetapi suara vokal yang terdengar sebagai pengiring lagu.

Overall untuk lagu-lagu instrumental gitar di CD 1, meskipun berbeda-beda setelah didengarkan beberapa kali, tetap ada benang merah di musiknya (kecuali yang akustic ya). Pemilihan sound  membuat album ini tidak terdengar belang-belang dan seperti satu kesatuan. Untuk yang akustik justru menjadi penambah warna yang menarik.

Lagu yang ada vokalnya juga tidak kalah menarik. Lagu “1 Gitar 1000 Nada” yang dibawakan Aliansi Guitar Indonesia cocok sekali sebagai pembuka album ini. Liriknya tentang gitar dan yang buat gue takjub di solo sound gitar nya beda-beda. Setelah gue lihat di keterangannya, ada Baron, Eross Candra, Dewa Budjana, Baim, Cella, Piyu, Gugun, dan Kin. Dengerin sendiri dijamin pusing. Lagunya enak dan yang nyanyi Pongki Barata, Baim, dan Kin.

Ada 3 lagu lagi yaitu “Lights From Heaven” yang merupakan lagu dari Suhu Eet Syahrani, dahsyat euy!!! HEAVY METAL khas ala Eet. Vocalnya sendiri diisi oleh Eet (di covernya ditulis begitu). Gue bingung ternyata sang suhu bisa nyanyi juga ya???? Dibantu oleh Ervin Nanzabakri dan Adit RK.

Lagu “Berbagi Cinta” yang dibawakan oleh Endah, Sashi, Fia, Riry, dan Qoqo juga bikin kepala ngangguk-ngangguk. Jadi inget Wilson Phillip di tahun 90-an. Bolehlah buat istirahat atau persiapan sebelum mendengar lagu-lagu full shred di track-track selanjutnya. Terakhir lagu “Biar Tuhan Ikut Bernyanyi” yang dinyanyikan Boris P Simanjuntak membawa kita ke masa Slank di tahun 90an. Pokoknya dengerin CD satu nggak perlu pake mikir enjoy abis.

Di CD 2 gue sempet terkaget-kaget karena ternyata tipe musik yang ada di dalam CD ini lumayan berbeda dengan lagu-lagu yang ada di CD 1. Kalau di CD 1 nuansanya lebih classic rock, nah di CD ini banyak lagu yang menggunakan synthesizer, modern banget deh pokoknya (menurut ukuran gue) tetapi tetap asik.

Lagu “(Not) Vintage Generation” dari Ariel Harsya dan Rama Akbar benar benar menyegarkan otak dan telinga gue setelah lumayan panas mendengarkan CD 1. Sangat ceria dan menyegarkan. Instrumental pop ceria tahun 80-an, ada punknya, dikasih rock, plus dikasih pengiring vokal. meriahlah, susah menggambarkannya.

Lagu “U.F.O” yang dibawakan oleh Coki Netral mengingatkan gue sama teman lama gue Mr Joe Satriani, full shred abis. Kayak dengerin gitaris bule hehehe. Mantep nih lagu. Abis dengerin lagu ini makin yakin ternyata gitaris Indonesia nggak kalah sama orang bule. Sementara lagu “Discord” dari Ernest dan DJ Osvaldo Nugroho lebih ajib.

Gue demen banget, dengan sound distortion yang lebih kencang dari lagu “(Not) Vintage Generation” tetapi beat disko yang lebih bersemangat. Sound Ernest di lagu ini bagus banget. Cuma kenapa gue inget Maxim yang pianis itu ya, waktu denger lagu ini? Hehehe

Yang lumayan unik adalah lagu “Conference All Generation” nya Thomas Ramdhan. Lagu ini instrumental dari yang mengisi gitarnya juga nama-nama pendekar seperti Pay, Deny Chasmala, Agam Hamzah, dan Putsky RIP. Lagu funk dengan distortion tebal dan gebukan drum dengan teknik dan kecepatan tinggi. Bisa bikin kepala goyang-goyang.

Biar lebih lengkap, maka di album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia ini, Eross Candra bikin lagu ala lagu tradisional perkawinan Jewish hehehe dengan judul “Tentang Jakarta” yang model model ska gitu plus suara terompet dan distortion cempreng ala telecaster dan sound twangky ala The Ventures/The Shadow di tahun 60-an. CD 2 ini berwarna abis!

Kin di lagu “Papa Main Guitar Ya?” bikin gue inget Marty Friedman pasca dia pindah ke Jepang, minimalis tetapi dengan sound distortion yang gagah. Ini namanya lagu full program tetapi full seni juga, di akhir lagu ada suara anak kecil, Papah Main Guitar ya??? Hehehehe lutunaaaa …..

Lagu “Contagious” dari Ovy dan Jikun lain lagi ceritanya, kalau tadi gue cerita bahwa di CD 1 shredding nya lebih kenceng tetapi lagu ini bisa dibilang termasuk yang paling galak di seluruh album. 80’s rocknya Ovy kedengaran banget. Langsung semangat gue menyala lagi denger gitar ngebut diiringi double bass drum. Semangat deh

Jarwo Naif dengan lagu “Syria” juga cukup enak di dengar. Lagu ini sebenarnya lebih pas di CD 1. Berbeda dengan ketika bersama Naif, kali ini dia tampil dengan lagu yang megah dan melodius tetapi nafas rocknya amat terasa.

Untuk lagu yang berisi vokal juga keren-keren, “Aku Peduli” milik Baron dan 24 gitaris Indonesia juga enak untuk didengar. Heavy Metal 80-an dengan nuansa yang lebih modern gitu deh. Hampir mirip juga dengan lagu “Tentang Jakarta” dari Ridho Hafiedz dan Ovy, ballad rock yang enak didengar. Biar slow tetapi dibalut sound distortion seperti lagu slow rock metal 80-an. Pas di kuping hehehehe.

Biar nggak pusing dengerin lagu kenceng, maka di album ini ada juga lagu “Love Lullaby” kepunyaan Irfan Aulia dan Badai Kerispatih. Dari namanya sudah ketahuan dong lagunya kayak apa. Enak juga di album yang keras ternyata terselip lagu ballad yang adem.

Album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia sangat menarik dan bagus, nilainya 4,5 dari skala 5. Menurut gue, sayang kalau kita nggak punya. Plus kalau beli album ini maka akan dapat pahala karena kita udah ikut nyumbang. Sebaliknya yang bajak album ini bakal kualat karena udah merampas hak anak-anak nggak mampu. Saran gue BELI!

SALUT BUAT PONGKY BARATA DAN TEMAN-TEMAN GITARIS YANG TERLIBAT DI ALBUM INI!!!

Penulis: Vidi Rosen (gitaris dan aktif sebagai moderator di www.bengkelmusik.com)

Editor: Doddy Irawan