Arsip Tag: baim

The Dance Company Genap Berusia 9 Tahun, Ini Kesan dan Pesan Para Personelnya

Kamarmusik.net, JAKARTA – Happy Birthday The Dance Company! Yaaa, Selasa kemarin (13/12) band yang baru meluncurkan single “Dance With You” ini genap berusia 9 tahun. Bagaimana Ariyo Wahab a.k.a Riyo (vokal), Baim a.k.a Bebe (gitar & vokal), Pongki Barata a.k.a Wega (bass & vokal) dan Nugie a.k.a Embot (drum & vokal) menjaga kekompakan mereka selama hampir 1 dekade?

Melalui akun Instagram pribadinya, Pongki Barata turut meluapkan suka citanya terhadap band ini,

pongki_barata Selamat Ulang Tahun ke 9 @thedancecompanyband !!! Still enjoying the ride. Let’s make more money ! Hahahaha

Nggak kalah ketinggalan dengan Nugie. Di akun Instagram pribadinya, ia menggaungkan slogan 3 L,

nugietrilogy Let’s grow old together guys..Happy 9th Anniversary my TDC..the 1 and only kinda band in the world..larissssss…langgeeeeng…legennnnnd…love you Wega BeBe Riyo Nedoy😍😍😍

Nggak gampang lho menyatukan 4 kepala yang semuanya memiliki skill bermusik di atas rata-rata. Bukan perkara mudah juga untuk mengemas perbedaan cara pandang dan ego musikalitas mereka menjadi sebuah kesatuan. Namun, The Dance Company mampu membuktikan bagaimana cara mengolah segala bentuk perdebatan untuk melahirkan sederet karya yang sangat dinantikan.

Sejak mulai beredar tahun 2009, The Dance Company telah menghasilkan album The Dance Company (2009) TDC for Kids (2010), dan Happy Together (2014). Kalau nggak ada hambatan, tahun 2017 nanti kuartet ini akan merilis album bertitel Keliling Dunia.

The Dance Company Genap Berusia 9 Tahun, Ini Kesan Para Personelnya

Belum lama ini Pongki pernah menuangkan kesannya tentang The Dance Company melalui akun Twitter  Baik itu soal keunikan setiap personel, membuat lagu, cara menyatukan pendapat, sampai dalam hal mengelola band. Berikut Kamar Musik rangkum segelintir cuitannya.

“Yah namanya jg hahaha.. unik2 semua isinya. Semuanya tau harus ngapain. No particular leader. Semua punya peran.”

“Bikin band kayak mengelola negara. Semua pendapat harus punya tempat, didengarkan, dipertimbangkan, lalu diputuskan. Nah kptusan itu yg lama.”

“Band seperti tidak pernah bermasalah dlm songwriting. Lagu kita banyak. Tapi kita sgt concern trhdp yg kita rilis.”

“Satu lagi. Kerelaan utk menerima masukan dr teman se band jg harus diasah. Gak selalu bisa lho.”

Soal The Dance Company, Ariyo Wahab juga mengemukakan curhatannya. Ternyata…

“The Dance Company itu kayak bukan sebuah band, melainkan sebuah kebahagiaan dan sebuah pengertian. Kalau di band lain mungkin ada salah satu personelnya yang tidak bisa menerima sesuatu. Di sini, nggak ada sama sekali. Kami jalani apa yang menurut kami bahagia,” Ariyo buka-bukaan.

“Aku bukan memuji, karena aku udah melaluinya sendiri. Toleransi satu sama lain sangat tinggi. Ketika kami ditemukan, setiap personel udah di tahap yang nggak mikirin, ‘wah, lo mana nih kontribusinya?’ Semua yang penting ikut berkarya dan merasakan bahagia. Itu yang susah ditemukan di band lain,” beber musisi yang ulang tahun setiap tanggal 1 Juli ini.

The Dance Company Genap Berusia 9 Tahun, Ini Kesan Para Personelnya

Hal senada juga dilontarkan oleh Nugie. Ia bangga berkelana bersama The Dance Company.

“Saya memilih apa yang saya suka dan saya menyukai apa yang saya pilih. Begitu juga band ini, yang mungkin hanya ada 1 di dunia. Band yang semua personelnya adalah penyanyi dan semuanya sukses dengan karier solo masing-masing. Band ini bukan main-main,” lontar aktor film Sang Pemimpi ini.

Baim juga mengeluarkan unek-uneknya. Dari seabrek project musik yang pernah ia lalui, suami Artika Sari Devi ini jujur mengatakan bahwa nggak ada yang seasyik kebersamaan di The Dance Company.

“Ya, konsentrasi saya yang paling besar ya untuk The Dance Company. Band yang paling leluasa dan santai ya, cuma ini, Alhamdulillah, kami selalu sama-sama baik itu dalam menciptakan lagu maupun mengaransemen musik,” jelas salah satu personel Six Strings tersebut.

Bukan hanya mereka berempat yang hepi dengan The Dance Company. Masyarakat Indonesia pun wajib bangga memiliki band yang mengusung slogan 3 L: Laris, Langgeng, Legend.

“Kami ini bukan lagi remaja, tapi masih punya kesempatan dikasih panggung. Puji Tuhan masih banyak orang yang mengundang The Dance Company. Semua kerja keras kami terbayar karena kami mengawalinya dengan serius dan nggak main-main,” imbuh aktor film Nada Untuk Asa itu.

“Kami memulai kebersamaan yang menyenangkan ini sejak tahun 2009. Berarti sudah 7 kali tahun baru dan cuma sekali kami nggak melewatkan tahun secara bersama,” tutup musisi yang telah menghasilkan ratusan lagu hits ini.

( )

Nugie Coba Mengurai Mata Rantai Karya Seni, Iklim Industri, dan Apresiasi

Kamarmusik.net, JAKARTA – Apa sih hubungan paling signifikan antara musisi, karya seni, dan industri? Yupss, apresiasi. Tanpa mendapatkan apresiasi, segenap pengorbanan yang dicurahkan musisi dalam memproduksi karya seni bercita rasa tinggi seakan nggak berarti. Selamat menikmati hidangan Topik Musik kami bersama Nugie.

Obrolan menarik ini mengalir begitu cair ketika Nugie melampiaskan keluh kesahnya seputar situasi industri musik terkini. Minimnya apresiasi terhadap seniman musik membuat adik kandung Katon Bagaskara ini dongkol bukan main. Perdebatan sengit pun terjadi ketika grup band The Dance Company ingin merilis album studio ke-3 mereka.

Nugie ngotot untuk tidak merilis album Keliling Dunia dengan segera. Pria yang ultah setiap tanggal 31 Agustus ini berpendapat bahwa The Dance Company sebaiknya menerapkan strategi merilis single per single saja. Apakah band yang ia bentuk bersama Ariyo Wahab, Baim, dan Pongki Barata ini positif nggak bakal meluncurkan album?

Sikap Tegas Nugie Menyikapi Karya Seni, Suasana Industri, dan Apresiasi

“Sebelum merilis single ‘Dance With You’, kami sempat tarik ulur soal konsep dalam merilis karya. Saya pokoknya nggak mau merilis album, tapi hanya single. Mengapa? Situasi industri saat ini lagi nggak enak. Percuma bikin album dengan banyak lagu, tapi promosinya nggak efektif. Yang dirilis masal paling cuma 1-2 lagu, terus nasib lagu lainnya gimana? Sayang kalau konsentrasi dengan produksi yang bagus, tapi hasilnya nggak diapresiasi,” sesal Nugie.

Rekan-rekannya di The Dance Company yang awalnya memperdebatkan, perlahan ikut menyepakatinya.

“Karya seni harus punya kelas tersendiri. Jangan disamakan dengan produk masif seperti sabun. Ketimbang karya jadi sia-sia, lebih baik dimatangkan strateginya. Kami udah punya 3 lagu, nambah 1 lagu, lalu muncul 1 lagu lagi. Lima lagu ini mewakili kami sekarang. Akhirnya muncul kesepakatan. Boleh ngeluarin album, asal harganya mahal sekalian. Itu nanti, setelah single demi single rilis. Pak Rahayu Kertawiguna dari Nagaswara pun setuju,” jelasnya.

‘Trauma’ yang Membuat Pemikiran Nugie Berubah Soal Konsep Merilis Karya Seni

Sikap Tegas Nugie Menyikapi Karya Seni, Suasana Industri, dan Apresiasi

Kegalauan Nugie bukan tanpa alasan. Sekitar 3,5 tahun lalu The Dance Company merilis album kedua mereka berjudul Happy Together. Sayang, gaung album itu nggak sekencang waktu mereka meluncurkan album The Dance Company tahun 2009 lalu. Banyak lagu di album Happy Together nggak dipromosikan dengan maksimal, bahkan mengendap begitu saja. Sejak itu, The Dance Company terpaksa memilih jalur independen alias no label.

“Album Happy Together, jujur nggak menjadi sesuatu yang dikenal masyarakat. Padahal kami selalu ngeluarin apa yang sesuai dengan selera masyarakat. Lagu-lagu di album tersebut sebetulnya punya kans luar biasa untuk meledak. Untuk itu di album ini, kami harus meramu langkah biar kedongkolan itu bisa diendapkan,” curcol Nugie.

Seiring perjalan waktu The Dance Company dipertemukan kembali dengan Pak Rahayu. Nagaswara kemudian memberikan kebebasan penuh kepada kami dalam berkarya alias nggak ada ikut campur sama sekali. Berangkat dari kepercayaan itu, Nugie dkk kembali ‘rujuk’ dengan label yang mendukung mereka sejak zaman “Papa Rock n Roll”.

“Kami bilang ke Nagaswara boleh mengeluarkan album tapi sekalian yang deluxe package. Mau laku cuma 50 atau 100 keping, ya nggak papa. Dari situ kami bisa melihat seberapa besar apresiasi masyarakat terhadap The Dance Company,” ulas Nugie yang pernah berakting di film Sang Pemimpi, Hati Merdeka, dan Jendral Soedirman.

Sebenarnya nggak ada alasan untuk kamu nggak memiliki album Keliling Dunia. Album yang bakal dikemas sangat menarik ini nggak hanya berisi 5 track keren, tapi juga banyak bonus plus plus yang bisa didapatkan.

“Band ini nggak main-main lho. Band yang semua personelnya adalah vokalis, semuanya berkarier solo, kemudian merger dalam sebuah band. Yang kayak gini nggak ada lagi di dunia, boleh di googling. Maka dari itu, saya nggak mau diapresiasi secara ecek-ecek. Aku menularkan kepercayaan diri ke teman-teman. Prinsip hepinya harus sama-sama,” ceplos musisi yang memiliki kepedulian sangat tinggi terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ini.

(@edofumikooo)

 

Berantem, Strategi The Dance Company Menyehatkan Kualitas Bermusik?

Kamarmusik.net, JAKARTA – Setelah melalui tahap perdebatan dan berantem argumentasi, akhirnya The Dance Company bulat memilih lagu “Dance With You” sebagai single pertama di album ke-3 mereka. Hari ini, Senin (21/11), lagu bernuansa Electronic Dance Music tersebut diputar secara serentak di 100 radio lebih di seluruh Indonesia.

Track “Dance With You” merupakan satu dari 5 judul lagu yang bakal mejeng di album berjudul Keliling Dunia. Ini merupakan rangkaian hasil musyawarah antara Ariyo Wahab (vokal), Baim (gitar, vokal), Pongki Barata (bass, vokal), Nugie (drum, vokal), dengan CEO label Nagaswara, Rahayu Kertawiguna.

Kamar Musik siap menyajikan liputan yang mungkin luput dari fokus pemberitaan media-media mainstream.

Kilasan Seputar Single Dance With You

Berantem, Strategi The Dance Company Menyehatkan Kualitas Bermusik?

Mungkin banyak pengamat maupun penikmat musik yang terperangah dengan adonan musik kekinian yang dihadirkan The Dance Company di lagu “Dance With You”. Latah kah mereka tren musik yang berkembang, atau?

“Lagu ini temanya lebih ke dance. Tujuan kami ya membuat orang senang ketika mendengarkan lagu ini. The Dance Company merupakan band yang nggak pernah menggenrekan sebuah musik. Ketika membuat lagu ini, ya mengalir begitu aja. Kalau orang menilai sound nya mirip dengan lagu-lagu masa kini yang beredar, ya sah-sah aja,” jelas Baim.

Menyoal latah tadi, ada baiknya kita sejenak kembali ke awal The Dance Company saat merilis album pertama pada tahun 2009. Di saat orang marak merilis lagu-lagu melayu, menurut Baim, mereka justru melawan arus dengan mengeluarkan “Papa Rock N Roll”. Hasilnya, lagu itu booming! The Dance Company pun eksis sampai sekarang.

Yang pasti, lagu ini paling unggul dalam hearing season antara label dengan The Dance Company. Setelah lagu terpilih, kemudian digarap deh video musiknya. Syutingnya dilakukan pada pertengahan bulan November kemarin di Jalan Puyuh, Bintaro. Video musiknya disutradarai oleh Eman Pradipta dan Whulandary Herman dipercaya sebagai model yang tepat untuk merepresentasikan suasana fun dari lagu “Dance With You”.

“Ada orang yang pengin meluapkan kegembiraan dengan cara mengajak berdansa. Mas Eman memvisualisasikan dengan cara ‘menggila’ di panggung. Nggak heran kalau setting dekorasinya a la sebuah party di club,” ceplos Pongki.

Pembuatan video musik ini nyaris saja batal karena lokasi untuk syuting dilanda banjir.

“Seneng sekali, akhirnya syuting video musiknya berjalan baik. Malam sebelum hari H, kami sempat deg-degan. Lokasi rumah yang dipakai sebagai tempat syuting banjirnya sampai se dengkul orang dewasa. Tadinya nyaris di cancel. Beruntung banjir cepat surut dan kami bersyukur bisa melalui syuting dengan lancar,” beritahu Pongki.

Adu Argumen, Berantem-Berantem Kecil, dan Silang Pendapat

berantem-strategi-the-dance-company-menyehatkan-kualitas-bermusik-kamar-musik-tdc

Berantem dan beda pendapat itu justru saling menguatkan. Ini rahasia kekompakan mereka. Apalagi, kata Nugie, The Dance Company merupakan satu-satunya band di dunia yang semua personelnya para penyanyi yang memiliki prestasi lewat sederet album solonya. Demikian halnya, ketika mereka menggodok 5 lagu baru untuk album ini.

“Tadi dikasih tahu Baim, ternyata kami melakukan siklus 3 tahunan dalam melahirkan album. Nggak pernah kepikiran sama sekali dengan konsep itu sih. Lebih ke kebutuhan repertoar lagu baru pada saat manggung. Boleh jadi, saya yang paling kenceng dalam berargumen di grup ini. Bagaimana visi dan misi bermusik, juga tentang kebutuhan untuk mengeluarkan single dan album,” lontar Nugie.

“Kami sempat tarik ulur soal konsep album. Berkaca dari situasi industri musik dan berangkat dari pengalaman album Happy Together, aku pribadi sih nggak mau langsung merilis album. Cukup keluarin single demi single aja. Sayang kan kalau konsentrasi membuat produksi yang bagus, tapi hasilnya malah nggak diapresiasi. Bikin banyak lagu untuk album tapi yang kedengeran cuma 1, itu juga belum tentu,” lanjut adik kandung Katon Bagaskara itu.

“Dari yang awalnya hanya mau rilis 3 lagu, nambah 1 lagu, eh ternyata dapat 5 lagu. Aku akhirnya setuju dengan catatan. Kalau mau rilis album, harus dikemas bagus dengan harga mahal sekalian. Nggak papa kalau misalnya nanti hanya laku 100 keping. Setidaknya, itu lah bentuk nyata apresiasi masyarakat terhadap karya musik,” tegas Nugie.

Pilih Mana, Kalem Tapi Minim Karya atau Sering Berantem Tapi Produktif?

Berantem, Strategi The Dance Company Menyehatkan Kualitas Bermusik?

Begitu juga sikap Ariyo Wahab tentang perbedaan pemikiran dan fase berantem-berantem kecil dalam sebuah band.

“Kalau dibanding 2 album sebelumnya, sekarang frekuensi berantem nya lebih sering. Menurut saya, beda pendapat itu wajar untuk sebuah kemajuan. The Dance Company ini produk yang bagus sekali. Ibaratnya, pelopor yang belum pernah ada di Indonesia. Karya-karyanya juga sangat fresh dan ditunggu oleh masyarakat. Jangan gara-gara berantem, terus sebuah band harus berhenti berkarya,” timpal penyanyi yang telah membintangi 9 judul film ini.

“Dari 5 lagu yang ada, punya keunikan masing-masing. Kami menyuguhkan musik yang sesuai selera kami tanpa ada batasan genre. Saya pikir ‘Dance With You’ menjadi spirit baru yang lebih fresh setelah ‘Papa Rock N Roll’ dan ‘Happy Together’. Mudah-mudahan karya-karya kami mendapat apresiasi bagus dari masyarakat,” imbuh Ariyo.

Sisi lain yang nggak kalah cihuy dibongkar oleh Pongki Barata. Awalnya, bukan “Dance With You” yang dijagokan.

“Benar. Harusnya bukan ini lagu yang mau dimajukan lebih dahulu. Waktu kami meeting dengan label, tiba-tiba ada suasana yang membuat semua terperangah dengan ‘Dance With You’. Saat hearing, Pak Rahayu mengemukakan argumennya untuk memilih lagu yang terdengar seperti musik kekinian. Ya nggak masalah juga, apalagi Nugie dan Ariyo penggemar musik elektronik. Ini sesuatu yang baru buat kami dan patut untuk dicoba,” papar Pongki.

(@edofumikooo)

The Dance Company Libatkan Miss Universe di Video Klip Dance With You

Kamarmusik.net, JAKARTA – Makin kekinian, fresh, dan dijamin bikin pangling! Sebuah konsep kece dihadirkan The Dance Company melalui single terbaru mereka, yaitu “Dance With You”.

Ariyo Wahab a.k.a Riyo (vokal), Ibrahim Imran a.k.a Bebe (gitar, vokal), Stefanus Pongki Tri Barata a.k.a Wega (bass, vokal), dan Agustinus Gusti Nugroho a.k.a Embot (drum/vokal) mendadak ber EDM ria di single perkenalan album studio ke-3 mereka. Tanggal 21 November, “Dance With You” diputar serentak di seluruh radio di Indonesia.

Serius, Ada Miss Universe di Video Klip Anyar The Dance Company?

The Dance Company Libatkan Miss Universe di Video Klip Dance With You

Lewat lagu ini, The Dance Company ingin mengobarkan semangat senang-senang kepada seluruh pecinta musik tanah air. Video musiknya digarap dengan suasana serba fun oleh sutradara Eman Pradipta. Model video musiknya pun nggak sembarangan – Whulandary Herman – yang mewakili Indonesia di Miss Universe 2013 di Moskow, Rusia.

“Lagu ‘Dance With You’ ini bermaksud membuat semua orang bisa senang-senang dengan berdansa. Kami memilih model yang mampu merepresentasikan konsep itu.  Peran ini dimainkan dengan sempurna oleh Whulandary Herman,” lontar Eman, sosok bersahaja yang menyutradarai hampir seluruh video musik The Dance Company.

The Dance Company Libatkan Miss Universe di Video Klip Dance With You

Penuturan Eman Pradipta apa adanya. Putri Indonesia tahun 2013 ini berhasil mengimbangi antara suasana energik lagunya dan keceriaan visualnya. Kehadiran cewek kelahiran Padang Panjang, 26 Juni 1989 itu, sukses membuat keempat personel The Dance Company nggak jaim lagi saat harus nge-dance.

“Ya, bintang klip The Dance Company kali ini yaitu Putri Indonesia tahun 2013. Ini semua berkat istri Baim. Dia yang mengkondisikan Whulandary Herman menjadi model video klip kami. Pokoknya dengerin deh single terbaru dan hasil dari video musik ‘Dance With You’ yaaa,” pesan Pongki Barata.

Apa Semua Lagu di Album ke-3 Bernuansa Electronic Dance Music?

The Dance Company Libatkan Miss Universe di Video Klip Dance With You

Boleh dibilang, The Dance Company merupakan kuartet yang nggak pernah mengkotak-kotakkan genre musik. “Dance With You” pasti bikin nengok karena memang beda dari hits mereka sebelumnya macam “Papa Rock N Roll”, “Coba Kau Bayangkan”, “So Far Away”, dan lainnya.The Dance Company Libatkan Miss Universe di Video Klip Dance With You

“Dari dulu, kami nggak pernah latah mengikuti tren. Dari 5 lagu yang ada di album ini, musiknya variatif. Kebetulan pas hearing dengan Nagaswara, yang terpilih adalah ‘Dance With You’. Saat bikin lagu ini, sound yang muncul ya mengalir gitu aja. Nggak pernah terpikir kalau banyak yang bilang seperti Electronic Dance Music,” timpal Baim yang mengutarakan kalau video musik ini mengisahkan tentang ketertarikan seorang pria terhadap wanita.

Ini Penjelasan Sutradara Seputar Konsep Video Musik “Dance With You”

The Dance Company Libatkan Miss Universe di Video Klip Dance With You

“Konsepnya sederhana, video ini menggambarkan secara langsung apa isi lagu ‘Dance With You’. Semua personel The Dance Company merupakan musisi yang sangat mampu memberikan emosi dan rasa pada setiap lagu ketika mereka performing,” terang pria dari Ulut Bulu Production yang juga jadi sutradara layar lebar berjudul Anak Kos Dodol.

Konsepnya sederhana, video ini menggambarkan secara langsung apa isi lagu 'Dance With You'. Semua personel The Dance Company merupakan musisi yang sangat mampu memberikan emosi dan rasa pada setiap lagu ketika mereka performing

“Untuk itu saya memberikan ruang itu dengan membangun set party (monochrome set) warna silver dan mereka bermain band di dalam set itu dengan emosi atau rasa mereka masing-masing,” sambung Eman yang sebelumnya menyutradai Wali, Astrid, Dewa Budjana, Shaggydog, KLA Project, dan proyek solo personel The Dance Company.

(@edofumikooo)

Kolaborasi Seksi Baim dan Gugun Blues Shelter dalam Let There Be Light

Kamarmusik.net, JAKARTA – Album kolaborasi trio power blues Gugun Blues Shelter dan Baim ini terjadi dari beberapa kali obrolan santai mereka di atas panggung. Ketika ide kemudian diwujudkan, semua pihak menyambut hangat. Kita sebagai pendengar, bisa ikut merasakan vibe positif yang mereka bangun sampai album ini selesai.

Album Let There Be Light dibuka dengan lagu “Bank Robber’s Blues”. Irama riang blues yang memiliki riff catchy, cukup memberi gambaran pada apa yang akan anda temui dalam album ini. Ketika vokal Baim dan Gugun masuk menyanyikan bait demi bait, semakin terasa deh komposisi blues yang nakal dan menggugah.

Kolaborasi Menggetarkan Pop yang Seksi dan Blues yang Nakal

Nggak perlu menduga-duga lagi, album ini akan penuh dengan riff–riff gitar yang tajam dan menggetarkan. Pertukaran nada-nada solo dari Baim dan Gugun sangat menarik untuk disimak. Secara sound, terutama buat penggemar Gugun Blues Shelter atau Baim, pendengar bisa membedakan mana tarikan solo dari masing masing gitaris. Baim banyak menggunakan fuzz dan midsound, sementara Gugun konsisten dengan distorsi khasnya.

Jangan khawatir, segmen adu jago di album ini akan tetap terasa hahaha. Pendengar dijamin nggak bakal merasa bosan, tapi justru semakin tertarik untuk sama-sama berekplorasi dalam harmoni gitar masing-masing.

Kawalan seksi ritem yang ketat dan padat dari Jono (bass) dan Bowie (drum) membuat lagu-lagu di album Let There Be Light kian solid dan seksi. Nggak heran, menurut saya mereka memang duo ritem yang sangat andal di negeri ini.

Lagu “Don’t Say Goodbye” dan “It’s You” sangat berpotensi jadi hits dan mampu menjangkau segmen pendengar yang lebih luas lagi. Dua lagu ini, menurut saya, bisa sedikit banyak menggambarkan hasil kolaborasi seksi antara Baim dengan Gugun Blues Shelter. Sebuah titik tengah di mana Baim yang banyak bermain di wilayah pop bertemu dengan Gugun Blues Shelter yang sangat kental dengan nuansa blues.

Let There Be Light, sungguh sebuah album kolaborasi yang mencerahkan 🙂

(@edofumikooo)

Good Life, Album JabalRootz Ini Menampilkan Good Music yang Berkelas

Kamarmusik.net, JAKARTA – JabalRootz yang sebelumnya adalah kuartet, kini hadir kembali dalam format trio. Personel yang tersisa sekarang adalah Baim (gitar), Koko Soetadi (kibor), dan Maryo (vokal). Mereka kembali menggebrak dengan sebuah album baru yang diberi judul Good Life.

Sekadar menyegarkan ingatan, nama JabalRootz itu secara bahasa berasal dari dua bahasa asing, yaitu bahasa Arab dan Inggris. Jabal bermakna gunung, sementara Rootz yang berarti akar. Grup band yang merupakan hasil transformasi dari Wiwik and Friends ini pernah hadir dengan lagu catchy bertitel “Siapa Namamu” dalam album perdana mereka Hirup Hidup, beberapa tahun yang lalu.

Kali ini, JabalRootz hadir dengan single yang nggak kalah cihuy yaitu “Wanita Patah Hati”. Sebuah lagu dengan atmosfer riang sekaligus lirik begitu dalam yang dijamin bakal banyak diamini oleh sebagian besar wanita. Yess, lagu ini sangat potensial menjadi hits.

Kejutan muncul di lagu berjudul “Slow”. Kehadiran si cantik nan berbakat Lala Karmela, berhasil mengangkat mood album ini menjadi lebih segar dan menyenangkan. Di susul kemudian oleh lagu “Rindu” yang mendapat bantuan petikan harpa nan indah dari Mesty. Sebuah instrumen yang sudah jarang terdengar soundnya di band-band pop Indonesia.

Tema yang unik juga menjadi kekuatan album ini, seperti lagu “Tarijiyo dan Talitta” atau “Coba Dengarkanlah Argumentasi” . Kedua lagu itu mempunyai pendekatan penulisan lirik yang tidak biasa.

Sound Mewah di Album JabalRootz

Baim sebagai gitaris sedikit banyak berusaha keluar dari pola blues atau rock yang udah jadi ciri khasnya. Sebuah usaha yang berhasil dan terasa pas di album ini, karena emang itu yang dibutuhkan. Maryo sebagai vokalis juga mempunyai suara yang khas, empuk dan merdu. Sound-sound kibor Koko di lagu seperti “Good Life” dan “Malam Indah” juga terasa mahal dan berkelas.

Band JabalRootz ini sangat berpotensi mendapat tempat di pencinta musik Indonesia. Lagu lagu di album Good Life ini dikemas dengan segar dan menarik dari wilayah lirik. Must buy!

edofumikooo

1000 Gitar Untuk Anak Indonesia, Oleh Vidi Rosen

Kamarmusik.net, JAKARTA – Seperti teman-teman ketahui, beberapa waktu lalu Gerakan 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia telah dibentuk dan puluhan gitaris papan atas tergabung di gerakan ini. Tujuan akhir dari gerakan ini adalah membagikan 1000 gitar akustik kepada anak-anak tidak mampu tanpa membedakan usia, suku, ras, agama.

Ke 1000 gitar ini didistribusikan secara nasional melalui 100 rumah singgah di seluruh Indonesia, pesantren, panti asuhan, penjara anak anak, dan lain sebagainya. Kegiatan ini sendiri dibantu oleh Majalah Musik Roling Stones dan juga program TV Kick Andy. Di dalam cover albumnya disebutkan bahwa album ini didukung oleh 60 gitaris dan puluhan musisi pendukung lainnya yang sama sekali tidak dibayar. KEREN….!!!

Bicara soal materi yang ada di album ini, menurut gue, secara overall sangat menarik. Secara kualitas emang di atas rata rata, tidak heran juga mengingat nama-nama yang tergabung di dalamnya memang merupakan jaminan mutu.

Beberapa nama yang ada di album ini antara lain Baron, Baim, Didi Crow, Iman & Sony dari J-Rocks, Ernest, Aziz Jamrud, Ovy & Jikun /rif, Pay, Deny Chasmala, Eross Candra, Kin, Jarwo, Taraz The Rock, Piyu, Dewa Budjana, Eet, Baim, John Paul Ivan, dan masih segudang lagi yang terus terang tangan gue bakal pegel kalo ditulis semua di sini.

In general, album ini terdiri dari 2 CD dan masing masing CD ada 11 lagu, total ada 22 lagu. Karena memang temanya tentang gitar, isinya nggak jauh-jauh dari gitar. Ada instrumental tetapi ada juga yang menggunakan vokal, yang membuat semua terdengar menjadi suatu kesatuan adalah instrumen yang paling menonjol adalah gitar. Bahkan di beberapa lagu yang ada vokalnya, temanya ya masih guitar juga. Pokoknya buat guitar freak, album ini cocok lah.

Kalau ditelaah lebih dalam, album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia sebenarnya ada 3: gitar, cinta pada sesama, kehidupan, serta SHREEDING! Beberapa lagu membuat gue kaget ternyata kemampuan bangsa kita maut juga.

Album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia, Oleh Vidi Rosen

Ada beberapa lagu yang menonjol di CD 1 antara lain “Masa Kecil” nya Dewa Budjana yang menurut gue sangat cool dengan nuansa sitarnya, fusion abis. “Sesuatu yang Indah” juga menarik, Piyu dan Stephan Santoso membawakan lagu instrumental dengan sangat baik, gue merasa denger lagu Padi tapi dibawakan oleh Marty Friedman. Keren!

Tohpati juga tidak mau kalah dengan lagu yang berjudul “Pergi Sekolah”. Dia membuat sound gitar akustiknya terdengar sangat menyenangkan, kalau enggak tahu gue pikir lagi dengerin Earl Klugh atau Acoustic Alchemy.

Di lagu “Hayal”, Edwin Marshal benar-benar membuat kita seperti sedang menghayal hehehe. Sound nya sepintas mirip kakak sepupu gue, Andy Timmons. Memang harus gue akui dengan lapang dada sebagai vokalis pop dengan kemampuan shredding yang cukup baik adalah Baim dengan lagu yang berjudul “Hope”.

John Paul Ivan dengan “State Of Play” nya juga tampil nggak kalah menarik, riff-riff dengan sound Les Paulnya memberi warna cukup unik untuk disimak. Permainan solonya sendiri jadi seperti dengerin Dough Aldridge hehehe.
Di lagu terakhir yang berjudul “Comfortable With You”, kita bisa mendengar permainan Adithya Pratama yang cukup manis. Bukan gitar yang mengiringi gitaris, tetapi suara vokal yang terdengar sebagai pengiring lagu.

Overall untuk lagu-lagu instrumental gitar di CD 1, meskipun berbeda-beda setelah didengarkan beberapa kali, tetap ada benang merah di musiknya (kecuali yang akustic ya). Pemilihan sound  membuat album ini tidak terdengar belang-belang dan seperti satu kesatuan. Untuk yang akustik justru menjadi penambah warna yang menarik.

Lagu yang ada vokalnya juga tidak kalah menarik. Lagu “1 Gitar 1000 Nada” yang dibawakan Aliansi Guitar Indonesia cocok sekali sebagai pembuka album ini. Liriknya tentang gitar dan yang buat gue takjub di solo sound gitar nya beda-beda. Setelah gue lihat di keterangannya, ada Baron, Eross Candra, Dewa Budjana, Baim, Cella, Piyu, Gugun, dan Kin. Dengerin sendiri dijamin pusing. Lagunya enak dan yang nyanyi Pongki Barata, Baim, dan Kin.

Ada 3 lagu lagi yaitu “Lights From Heaven” yang merupakan lagu dari Suhu Eet Syahrani, dahsyat euy!!! HEAVY METAL khas ala Eet. Vocalnya sendiri diisi oleh Eet (di covernya ditulis begitu). Gue bingung ternyata sang suhu bisa nyanyi juga ya???? Dibantu oleh Ervin Nanzabakri dan Adit RK.

Lagu “Berbagi Cinta” yang dibawakan oleh Endah, Sashi, Fia, Riry, dan Qoqo juga bikin kepala ngangguk-ngangguk. Jadi inget Wilson Phillip di tahun 90-an. Bolehlah buat istirahat atau persiapan sebelum mendengar lagu-lagu full shred di track-track selanjutnya. Terakhir lagu “Biar Tuhan Ikut Bernyanyi” yang dinyanyikan Boris P Simanjuntak membawa kita ke masa Slank di tahun 90an. Pokoknya dengerin CD satu nggak perlu pake mikir enjoy abis.

Di CD 2 gue sempet terkaget-kaget karena ternyata tipe musik yang ada di dalam CD ini lumayan berbeda dengan lagu-lagu yang ada di CD 1. Kalau di CD 1 nuansanya lebih classic rock, nah di CD ini banyak lagu yang menggunakan synthesizer, modern banget deh pokoknya (menurut ukuran gue) tetapi tetap asik.

Lagu “(Not) Vintage Generation” dari Ariel Harsya dan Rama Akbar benar benar menyegarkan otak dan telinga gue setelah lumayan panas mendengarkan CD 1. Sangat ceria dan menyegarkan. Instrumental pop ceria tahun 80-an, ada punknya, dikasih rock, plus dikasih pengiring vokal. meriahlah, susah menggambarkannya.

Lagu “U.F.O” yang dibawakan oleh Coki Netral mengingatkan gue sama teman lama gue Mr Joe Satriani, full shred abis. Kayak dengerin gitaris bule hehehe. Mantep nih lagu. Abis dengerin lagu ini makin yakin ternyata gitaris Indonesia nggak kalah sama orang bule. Sementara lagu “Discord” dari Ernest dan DJ Osvaldo Nugroho lebih ajib.

Gue demen banget, dengan sound distortion yang lebih kencang dari lagu “(Not) Vintage Generation” tetapi beat disko yang lebih bersemangat. Sound Ernest di lagu ini bagus banget. Cuma kenapa gue inget Maxim yang pianis itu ya, waktu denger lagu ini? Hehehe

Yang lumayan unik adalah lagu “Conference All Generation” nya Thomas Ramdhan. Lagu ini instrumental dari yang mengisi gitarnya juga nama-nama pendekar seperti Pay, Deny Chasmala, Agam Hamzah, dan Putsky RIP. Lagu funk dengan distortion tebal dan gebukan drum dengan teknik dan kecepatan tinggi. Bisa bikin kepala goyang-goyang.

Biar lebih lengkap, maka di album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia ini, Eross Candra bikin lagu ala lagu tradisional perkawinan Jewish hehehe dengan judul “Tentang Jakarta” yang model model ska gitu plus suara terompet dan distortion cempreng ala telecaster dan sound twangky ala The Ventures/The Shadow di tahun 60-an. CD 2 ini berwarna abis!

Kin di lagu “Papa Main Guitar Ya?” bikin gue inget Marty Friedman pasca dia pindah ke Jepang, minimalis tetapi dengan sound distortion yang gagah. Ini namanya lagu full program tetapi full seni juga, di akhir lagu ada suara anak kecil, Papah Main Guitar ya??? Hehehehe lutunaaaa …..

Lagu “Contagious” dari Ovy dan Jikun lain lagi ceritanya, kalau tadi gue cerita bahwa di CD 1 shredding nya lebih kenceng tetapi lagu ini bisa dibilang termasuk yang paling galak di seluruh album. 80’s rocknya Ovy kedengaran banget. Langsung semangat gue menyala lagi denger gitar ngebut diiringi double bass drum. Semangat deh

Jarwo Naif dengan lagu “Syria” juga cukup enak di dengar. Lagu ini sebenarnya lebih pas di CD 1. Berbeda dengan ketika bersama Naif, kali ini dia tampil dengan lagu yang megah dan melodius tetapi nafas rocknya amat terasa.

Untuk lagu yang berisi vokal juga keren-keren, “Aku Peduli” milik Baron dan 24 gitaris Indonesia juga enak untuk didengar. Heavy Metal 80-an dengan nuansa yang lebih modern gitu deh. Hampir mirip juga dengan lagu “Tentang Jakarta” dari Ridho Hafiedz dan Ovy, ballad rock yang enak didengar. Biar slow tetapi dibalut sound distortion seperti lagu slow rock metal 80-an. Pas di kuping hehehehe.

Biar nggak pusing dengerin lagu kenceng, maka di album ini ada juga lagu “Love Lullaby” kepunyaan Irfan Aulia dan Badai Kerispatih. Dari namanya sudah ketahuan dong lagunya kayak apa. Enak juga di album yang keras ternyata terselip lagu ballad yang adem.

Album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia sangat menarik dan bagus, nilainya 4,5 dari skala 5. Menurut gue, sayang kalau kita nggak punya. Plus kalau beli album ini maka akan dapat pahala karena kita udah ikut nyumbang. Sebaliknya yang bajak album ini bakal kualat karena udah merampas hak anak-anak nggak mampu. Saran gue BELI!

SALUT BUAT PONGKY BARATA DAN TEMAN-TEMAN GITARIS YANG TERLIBAT DI ALBUM INI!!!

Penulis: Vidi Rosen (gitaris dan aktif sebagai moderator di www.bengkelmusik.com)

Editor: Doddy Irawan