Arsip Tag: gitaris

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar

Kamarmusik.net, JAKARTA – Tanggal 30 November sampai 2 Desember 2017 kemarin boleh jadi momen yang nggak akan pernah dilupakan oleh para pencinta gitar di seluruh Indonesia. Sebuah event gitar besar bertajuk Hiend Guitar Experience 2017 kembali diselenggarakan di Plaza Semanggi. Ya, ini adalah event kedua nasional yang digagas oleh Djuned, owner Hiend Guitar, setelah sukses dengan acara yang diadakan pada 11-14 Mei 2017 lalu.

Event gitar kedua ini digelar dengan skala yang lebih besar. Paramaternya adalah jumlah gitaris yang dihadirkan lebih rame. Booth yang disediakan panitia jauh lebih banyak. Satu hal istimewa dari Hiend Guitar Experience 2017 kedua dihadiri oleh gitaris beken dari band legendaris Guns N’ Roses, yaitu Ron “Bumblefoot” Thal.

“Acara ini konsepnya sederhana dan mulia yaitu ingin mengumpulkan seluruh gitaris hebat di Indonesia dan mempertemukan para penggemar gitar baik yang pemula maupun profesional di sebuah tempat. Kami ingin para pecinta gitar datang, menikmati acara, dan bisa bertukar pikiran dengan pengunjung lain maupun gitaris idolanya,” tutur Djuned, sang penggagas acara, saat ditemui Kamar Musik di acara Hiend Guitar Experience 2017.

Bergabungnya Semua Kompetitor Toko dan Distributor Gitar

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Aksi memukau Six Strings Indonesia yang bikin mata semua penonton enggan berkedip (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

Djuned menambahkan nggak banyak event besar yang memiliki segmentasi tertentu untuk sebuah instrumen musik diadakan di Indonesia. Pagelaran akbar ini nggak hanya menyuguhkan gitar-gitar PRS saja, namun ada berbagai merek gitar, amplifier gitar, boutique pedals efek, sampai case baik dari merek lokal maupun impor.

“Dalam acara ini kami nggak memandang dia kompetitor atau bukan. Semua pemilik toko gitar dan distributor gitar kami ajak bergabung. Kalau ditanya untung atau rugi, yang kami pikirkan bukan itu. Totally, acara ini loose money. Berhubung gue gitaris dan penggemar gitar, visi misinya ya ini arena kumpulnya gitaris. Tak ada saing-saingan dan nggak ada pengkotak-kotakkan genre musik juga,” urai pengusaha sukses bernama lengkap Djuned Kusuma ini.

Silaturahminya Para Gitaris Hebat dan Multi-Talented

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Djuned, sang penggagas acara ini berharap tahun depan event gitar ini bisa kembali berlangsung dalam skala yang lebih besar (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

Hiend Guitar Experience 2017 dibuka mulai Kamis 30 November 2017. Gitaris Kantoran dipercaya untuk membuka kemegahan event ini. Lalu dilanjutkan dengan aksi menawan pasutri yang sangat menginspirasi, Endah n Rhesa. Duo gitaris band Nidji, Ramadhista Akbar dan Andi Ariel Harsya ikutan beraksi. Setelah DeGils, tontonan cadas diperagakan oleh Pradikta Wicaksono ‘Yovie & Nuno’, dan penampilan super ciamik dari Ron ‘Bumblefoot’ Thal.

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Klinik gitar yang ciamik diperagakan Aria Baron, eks gitaris GIGI yang juga personel Six Strings Indonesia (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

Pada hari kedua, Jumat 1 Desember 2017, Bumblefoot kembali menghibur ratusan penonton dengan klinik gitar yang atraktif. Tomo Widayat, yang beken dikenal sebagai additional player Sheila on 7, juga memperlihatkan kepiawaiannya sebagai gitaris. Setelah Areyoualone, giliran Gugun vokalis Gugun Blues Shelter yang tampil memukau. Selanjutnya Iga Massardi ‘Barasuara’, menunjukkan harmonisasinya dengan kawalan Ibrahim ‘Baim’ Imran.

Semakin malam, venue makin penuh karena penonton sangat menanti aksi Six Strings. Baim kembali unjuk gigi bersama Eross Candra, Aria Baron, Dewa Budjana, dan Tohpati. Eross yang selama ini jarang bernyanyi, ditantang mengeluarkan suara empuknya. Gitaris Sheila on 7 itu mampu menghibur penonton dengan jokes segarnya. Penonton banyak yang antre ingin berswafoto bersama Six Strings minus Dewa Budjana yang pulang lebih dahulu.

Owner Hiend Guitar sedikit memberi bocoran soal rahasia kesuksesan acara yang dikonsep dalam waktu singkat ini.

Event ini persiapannya super kebut, hanya seminggu. Beda dengan yang Mei kemarin, persiapannya sampai sebulan. Selama ini mungkin nggak ada yang mau berkorban untuk mengumpulkan para gitaris dan artis dalam jumlah sebanyak ini. Seluruh artis yang datang termasuk Ron Thal kami bayar secara profesional,” imbuh Djuned.

Lebarannya Para Gitaris

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Eross Candra ternyata tak hanya jago main gitar dan bikin lagu, tapi berbakat juga jadi MC (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

Hiend Guitar Experience 2017 seakan jadi obat kerinduan berkumpulnya para gitaris. Bagaimana tidak, cuma di acara ini gitaris dan para musisi bisa sharing ilmu dan seru-seruan bareng. Ajang ini sekaligus sebagai media silaturahmi para gitaris untuk bertemu teman baru. Berkaca dari kemeriahan itulah, Pongki Barata dalam akun Instagramnya menyebut event gitar tanggal 30 November sampai 3 Desember 2017 sebagai Lebarannya para Gitaris.

Bener sekali, ini semacam lebarannya para Gitaris. Mereka ketemuan, tanpa jarak, kumpul kumpul hore buat kesenangan yang sama, yaitu kayu yang di senarin hahaha.. Tidak pernah saya liat ada pameran gitar seperti ini, hangat, atmosfirnya santai tapi informatif. Dan yang penting, banyak gitar-gitar impian di depan mata! Hampir semua ‘jagoan pergitaran’ datang ke sini. Dari musisi profesional, newbie, pedagang gitar online, legend, sampai bapak-bapak yang mau beliin anaknya yang baru belajar gitar. Feels like home, man haha,” tulis Pongki.

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Hanya di acara ini pengunjung bisa melihat dan mencoba langsung berbagai merek dan jenis gitar canggih (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

Benar adanya. Dua hari terakhir, pengunjung yang datang makin menyemut. Pada hari Sabtu 2 Desember 2017, bintang yang tampil nggak kalah kece. Mulai dari 2invasion, Gredy Ryan, Alena, Rendy Pandugo, Dwiki, Baron Clinic, Divaldi Addina Azhar Reza, Baken Nainggolan ‘Siksakubur’ sampai Regatta.

Menyaksikan skill luar biasa Bumblefoot Dari Jarak Super Dekat

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Acara ini makin terasa istimewa dengan kehadiran Ron “Bumblefoot” Thal (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

Hari terakhir lebih petjaaah lagi. Acara dibuka oleh pasutri Cressentia Murniastuti dan Cornelius Prapaska dari See n See Guitar, Indranesia, Nissan Fortz, Zendhy Kusuma dan Denny Chasmala, Dediv Musila, Adli Noor, John Paul Ivan, Edwin ‘Cokelat’, dan ditutup oleh aksi luar biasa dari Aldy ‘Kanda Brothers’. Pemoles band Kanda Brothers, Once Mekel kebagian tampil mendampingi Ronald Jay Blumenthal alias Ron Thal yang adu keren dengan Andre Dinuth.

“Perbedaan Hiend Guitar Experience bulan Desember dengan Mei kemarin adalah, skalanya 3-4 kali lebih besar. Saya senang acara ini berlangsung meriah, meski kami harus nombok. Tapi bukan itu yang kami titikberatkan. Berkumpulnya semua gitaris di sini jauh lebih berharga. Gue berharap event gitar tahun depan akan lebih rame dan keren,” harap musisi gitar kelahiran Jakarta 17 Agustus 1979 tersebut.

Parade Foto Hiend Guitar Experience 2017, Lebarannya para Pecinta Gitar
Selama 4 hari, pengunjung bisa melihat secara dekat para gitaris terkenal Indonesia unjuk kebolehannya (Foto: Dok. Djuned Hiend Guitar).

edofumikooo

 

 

Celoteh Gitaris Irvan Borneo Soal Session Player dan Bocoran Album Baru

Kamarmusik.net, JAKARTA – Gaung Irvan Borneo sebagai gitaris keren ternyata bukan hanya di Indonesia lho. Seperti Kamar Musik bilang di artikel sebelumnya, penggemar klub sepakbola Barcelona ini juga terkenal di luar negeri. Yaaa… nama Irvan Borneo masuk di kompilasi album instrumental Guitar Republicks Volume 1.

Gitaris Indonesia yang Mejeng di Album Kompilasi Luar Negeri

Di album gitar yang didistribusikan di Singapore tersebut, ia satu-satunya gitaris Indonesia yang disandingkan dengan gitaris Yunani (Theodore Ziras) dan Inggris (Irene Ketikidi). Musisi kelahiran Kotabaru, Kalimantan Selatan itu disejajarkan dengan gitaris top Singapore (Addy Cradle, Khalid Mobin) dan Malaysia (Norzamri, Along Exist).

“Aku juga kaget dapat email dari yang merencanakan album itu (Jaybon). Mereka mau bikin album kompilasi gitar dengan menghadirkan gitaris-gitaris dari berbagai negara,” ungkap Irvan tentang keterlibatannya di album itu.

Irvan Borneo dan Persiapan Album Solo Gitar

Cowok yang berkontribusi di dalam album solo pertama Ari Lasso itu sekarang tengah menyiapkan album kedua.

“Aku sangat serius dalam mengerjakan album kedua ini. Main gitar itu menyenangkan, tapi lebih mantap lagi ketika dia punya album solo gitar. Banyak senior seperti mas Bontot (Tohpati, red) menyemangati aku dalam merampungkan album ini,” papar gitaris bernama lengkap Rahmat Irvansyah ini.

Lalu bagaimana teknis persiapan Irvan Borneo dalam usaha menuntaskan rekaman albumnya nanti?

“Sejauh ini aku masih mengumpulkan dana sendiri. Aku bakal mencari studio yang bagus dan session player yang oke untuk produksi album ini. Di album ini aku mau melebarkan market. Aku berharap orang yang nggak suka gitar pun, menjadi suka ketika dia mendengar album kedua ini,” ceplos Irvan yang ultah setiap tanggal 4 November ini.

Session Player di Mata Ivan Borneo

Kita doakan bersama deh, supaya album keduanya bisa selesai dengan sempurna. Lalu, bagaimana dengan karier yang saat ini ia jalani sebagai session player? Selain pernah mengiringi KLA Project, Irvan juga lagi asyik-asyiknya menjadi session player untuk Anji. Ada nggak sih rambu yang wajib ditaati untuk seorang session player?

“Ya, aku jalan bareng Anji sejak ia menjadi penyanyi solo. Session player itu tugasnya melayani. Ketika aku bekerja dengan Anji misalnya, ya kita harus profesional dan bijaksana. Aku nggak memandang musik secara sempit. Artinya session player itu nggak boleh melulu mengedepankan ego dan harus berpikir lebih universal,” terang Irvan.

(@edofumikooo)

Baru Lulus TK, Irvan Borneo Udah Bercita-Cita Punya Album Solo Gitar!

Kamarmusik.net, JAKARTA – Jangan ragukan kepiawaian seorang Irvan Borneo dalam bermain gitar. Musisi kelahiran Kotabaru, Kalimantan Selatan ini terkenal dengan teknik permainan gitar yang mengandalkan speed tinggi. Di kalangan gitaris Indonesia, Irvan Borneo adalah sosok pemimpi yang selalu mencari segudang cara untuk mewujudkan apa yang ia mimpikan. Album solo gitar bertitel Lifeforce contohnya.

Sejak pertama kali bisa main gitar, Irvan Borneo langsung melukis sebuah mimpi besar yaitu memiliki album solo gitar. Mimpinya berhasil ia wujudkan melalui album debut yang memuat 7 lagu plus 2 backing track “The Fearless” dan “Lifeforce”. Penggemar Lionel Messi itu merilis album tersebut 2 tahun yang lalu.

“Ya.. sejak pertama belajar gitar, cita-cita saya pengin punya album solo gitar. Lifeforce ini saya bikin sendiri, lalu saya edarkan sendiri. Albumnya dijual lewat komunitas aja,” kenang gitaris bernama lengkap Rahmat Irvansyah ini.

Irvan Borneo mulai mengenal gitar sejak ia berusia 6 tahun. Cowok yang ultah saban 4 November ini belajar gitar secara otodidak lewat kaset-kaset pemberian kakaknya yang tinggal di Jakarta. Gayung bersambut. Menjelang berseragam putih abu-abu, ia pindah ke Jakarta dan tinggal bersama kakaknya.Irvan bilang ke kakaknya kalau ia ingin membuat hobi bermain gitarnya menjadi sesuatu yang lebih serius.

“Setelah lulus SMA, saya melakukan debut profesional sebagai musisi. Waktu itu umur saya masih 19 tahun. Ceritanya sih, tahun 1999 saya punya band yang udah kontrak dengan Aquarius. Berhubung sesuatu hal, band saya nggak jadi rilis. Oleh label, saya dikaryakan menjadi session player beberapa artisnya. Salah satunya Mas Ari Lasso yang waktu itu mau merilis album solo pertama. Di album Mas Ari Lasso, saya mengisi gitar di 3 lagu,” papar Irvan.

Ketiga judul lagu tersebut adalah “Selamat Jalan Mama”, “Ampuni Aku”, dan “Penjaga Hati”. Lagu yang terakhir disebut merupakan ciptaan Piyu PADI. Setelah mengisi album Ari Lasso, Irvan Borneo mulai jarang beredar. Ia lebih banyak ngumpet di belakang layar. Pengagum Nuno Bettencourt dan Marty Friedman ini banyak menghabiskan waktunya sebagai demonstrator sebuah produk gitar. Gagal menjadi anak band nggak membuatnya patah arang. Ia pernah mengisi ruang di beberapa band macam Sector Nine, Gamma, dan Askobarock.

Begini Perjuangan Irvan Borneo Untuk Bisa Merilis Album Solo Gitar

Sayang fokus Irvan Borneo terbelah. Band menjadi prioritas ke sekian. Ia teringat dengan janji awalnya yaitu membuat album solo gitar. “Tahun 2009, saya mulai merajut albumnya. Proses pengerjaannya memakan waktu 4 tahun. Akhirnya bulan Juni 2013, Lifeforce berhasil saya rilis. Album ini punya filosofi bahwa ada kekuatan dan spirit yang harus digali dalam kehidupan. Jadi sejak saya bermimpi kemudian berjuang keras demi merampungkan album solo gitar ini adalah lifeforce saya,” papar cowok yang belakangan sibuk menjadi session player Anji ini.

Kamar Musik akan melanjutkan kisah Irvan Borneo yang lebih gokil di artikel berikutnya. Salah satunya, tentang ia menjadi satu-satunya gitaris Indonesia yang karyanya disandingkan dengan gitaris ciamik dari Yunani dan Inggris.

(@edofumikooo)

Tips Memilih Pedal Distorsi yang Bagus oleh @LittleWolvie

Kamarmusik.net, JAKARTA – Kali ini Kamar Musik akan bicara tentang distorsi. Lebih spesifiknya adalah seputar bagaimana sih cara dalam memilih pedal distorsi yang bagus. Beberapa pertanyaan yang suka saya dengar saat saya sedang bekerja sebagai sales di toko musik.

“Bro, gue mau nyari efek distorsi kayak gitaris A dong.”

Satu hal yang perlu kalian ingat, rata-rata gitaris pro kelas dunia mengambil drive/distorsi tone mereka dari AMPLIFIER. Jika kalian perhatikan, seperti banyak gitaris metal yang memakai amplifier gitar Mesa Boogie, Marshall banyak dipakai oleh para gitaris musik rock.

Jika emang tone dari gitaris-gitaris tertentu ingin kalian kejar dengan sebuah pedal stompbox, bukan nggak mungkin, tapi akan agak sulit untuk menyerupai persis 100% tone dari gitaris yang kalian kejar.

Kata yang Sering ditemukan Dalam Memilih Pedal Distorsi yang Bagus

Untuk di awal, mari kita bahas tentang tipe tipe distorsi, seperti Overdrive, Distortion, Fuzz, Preamp, Amp Sim (Amplifier Simulator). Kita bahas satu per satu yuksss.

Overdrive

Overdrive adalah tone dan gain yang ditemukan kalau sinyal clean dari gitar kalian diboost sampai titik peaking sinyal tersebut dan membuat tone lebih punchy. Tipe pedal ini banyak digunakan gitaris untuk memboost channel clean dari amplifier untuk mendapat tone yang umumnya disebut “bluesy”. Salah satu contoh yang menggunakan sistem drive ini adalah Stevie Ray Vaughan.

Namun banyak juga gitaris menggunakan pedal jenis ini untuk memboost amplifier yang udah terdistorsi untuk menguatkan sinyal dikala sedang lead/solo agar volume dan gain dapat sedikit bertambah dan lebih maju di dalam mixing band yang tercampur dengan bass, drum, dan lainnya.

Beberapa contoh yang populer untuk pedal drive seperti ini adalah Ibanez Tubescreamer, BOSS SD-1, Digitech Bad Monkey Tube Overdrive, dan sebagainya.

Distorsi

Distorsi adalah apa yang terjadi bila gain beneran ditembak sampai “menutupi” sinyal gitar dengan kadar yang jauh melebihi overdrive. Banyak gitaris menggunakan pedal ini untuk membuat channel clean amplifier seperti tone amplifier full-stack, atau memboost karakter distorsi ampli, seperti Steve Vai dengan BOSS DS-1 yang dimodif untuk memboost sinyal dari amplifier Carvin Vai Legacy nya.

Beberapa contoh dalam memilih pedal distorsi yang bagus seperti, BOSS DS-1, Proco RAT, Digitech Hot Head, dll.

Fuzz

Fuzz ialah tone yang distorsinya membuat sinyal seolah keluar dari speaker yang sudah aus dan sobek. Tone yang dihasilkan punya ciri khas tajam dan trebly. Beberapa musisi era 60s dan 70s, banyak yang merobek cone speaker mereka dengan menusukkan obeng, pensil, dan benda tajam lainnya.

Tujuannya untuk mendapatkan ciri khas tone fuzzy seperti Link Wray dan banyak gitaris yang terkenal dengan tone fuzzy nya yang khas, macam Jimi Hendrix, Pete Townshend dari The Who, Eric Clapton dari Cream dalam beberapa albumnya.

Beberapa pedal dari Fuzz ini memiliki reputasi yang sangat terkenal karena karakter tone suaranya yang khas, seperi Arbiter Fuzz Face, Electro-Harmonix Big Muff yang dipopulerkan oleh Hendrix, Santana, dan banyak gitaris lainnya, serta Proco RAT dengan beberapa setting-an tertentu.

Preamp

Isi amplifier ada Pre-Amp dan Power-Amp. Pre-Amp memberi coloring pada tone sinyal, power-amp memberi energi untuk membunyikan speaker yang tersambung dengan amplifier. Ada beberapa pedal yang fungsinya menggantikan preamp dari amplifier sehingga tone yang dihasilkan udah jadi. Kalau masuk ke amplifier, channel yang digunakan bukan input, tetapi fx loop return.

Fungsi fx loop adalah channel yang mem by pass bagian preamp dari amplifier sehingga chain yang terjadi adalah gitar -> pedal preamp -> power amp amplifier gitar. Beberapa pedal preamp gitar yang terkenal seperti Hughes & Kettner Tubeman, Damage Control Demonizer, dan preamp berbentuk rack module seperti TECH21 PSA-1, ENGL E530.

Amplifier Simulator

Yang terakhir adalah pedal yang mensimulasikan tone keseluruhan sebuah ampli, baik channel clean atau drivenya, sehingga output yang dihasilkan menyerupai ampli lengkap dan memiliki opsi untuk output yang ditembus langsung ke mixer.

Beberapa contohnya adalah, TECH21 SansAmp GT2, TriAC, TECH21 Character Series (Blonde untuk simulasi ampli fender, Liverpool untuk VOX, Leeds untuk HI-WATT, British untuk Marshall, dst), AMT F1, P1, S1, R1, M1, dan sebagainya.

Demikian artikel singkat yang saya tulis untuk memudahkan pemahaman para gitaris dalam pencarian kalian untuk memilih pedal distorsi yang bagus.

Author: @LittleWolvie

Editor: edofumikooo

Mau Tahu Seperti Apa Rahasia Sound Gitar Eross Candra?

Kamarmusik.net, JAKARTA – Siapa tak kenal Eross Candra, gitaris asal Yogyakarta yang tergabung dalam grup band Sheila on 7 ini telah memiliki banyak lagu hits. Pencipta lagu yang lahir pada 3 Juli 1979 ini salah satu gitaris yang concern dan konsisten terhadap gitar dan sound yang dihasilkan. Sejak album pertama Sheila on 7 rilis, suara gitar Eross yang cenderung bright dan overdrive mewarnai musik Indonesia.

Dalam setiap aksinya, overdrive sound selalu menjadi pilihan utama Eross Candra

Ampli gitar pun selalu dalam posisi drive. Tak ketinggalan tubescreamer pedal favorit Eross yang di gunakan untuk memboost agar mendapatkan sustain yang lebih panjang saat lead gitar.

“Posisi kob drive arah jam 10, tone jam 1 dan level jam 3 !”, tegas nya saat ditanya mengenai setting pada tubescreamernya. Sedangkan untuk mendapatkan sound clean ia mematikan tubescreamer dan menutup separuh volume di gitarnya.

Dalam pemilihan gitar untuk rekaman, Eross sangat selektif memilih gitar apa yang cocok untuk irama dan lagu yang direkamnya. Untuk isian rhytm, Eross banyak menggunakan gitar akustik. Gitar akustik andalannya saat ini ialah Gibson Western Country yang merupakan Sheryl Crow signature series.

Pada sesi gitar elektrik untuk lagu-lagu upbeat Eross lebih memilih memakai Les Paul Custom 1972 miliknya untuk menghasilkan suara gitar yang responsif. Seperti yang terdengar pada lagu “Sahabat Sejati” (album Kisah Klasik Untuk Masa Depan), “Seberapa Pantas” (07 Des), dan “Radio” (507).

Untuk lagu yang medium beat, Eross memilih gitar Fender untuk mendapat karakter bright dan crunch. Dengan gitar vintage, ia menggunakan Fender Telecaster 1967 dan Stratocaster 1971 seperti yang ada di lagu “Kita” (album Sheila on 7), “Dan” (Sheila on 7), “Bertahan di Sana” (Jalan Terus-The Best of), dan “Betapa” (Menentukan Arah).

Di “Hari Bersamanya” (Berlayar), Eross juga menggunakan gitar bariton Fender Bajo Sexto pada lead gitar lagu “Pasti Ku Bisa” (Berlayar).

Dalam setiap panggung, Eross sering menggunakan Fender Telecaster reissue 52 “Sephia” dengan pertimbangan keringanan dan body balance. Bagi fans Eross Candra yang ingin memiliki sound khas nya, bulan November 2012, Artist Endorser gitar merk Squire akan melaunching produk terbaru, “Squire Telecaster Eross Candra Series”.

Penulis : Aldy Kanda

Editor : Doddy Irawan

Going Solo, Ari Pramundito Libatkan Kampiun Mastering Engineer Grammy

Kamarmusik.net, JAKARTA – Akhir-akhir ini orang lebih mengenalnya sebagai vokalis sebuah group band bernama Gruvi. Padahal sebelumnya, nama Ari Pramundito sudah pernah mencuat sebagai penyanyi solo.

Kehadirannya di dunia musik berawal tahun 2007 ketika ia merilis debut album solo bertajuk Funk Me dengan hits seperti “Dicintai tuk Disakiti” dan “Katakan Kau Cinta”. Lagu-lagu milik musisi kelahiran Jakarta 11 Oktober 1981 ini pernah menduduki posisi chart teratas di beberapa radio tanah air.

Eksistensi suami Karina Pudjojoko ini kembali dibuktikan ketika menjadi vokalis sekaligus gitaris Gruvi. Bersama Gruvi, Ari Pramundito kian menjulang. Ia juga menulis lagu untuk Gruvi dan menempatkannya sebagai salah satu hitsmaker tanah air. Lagu ciptaannya yang populer antara lain “Masih Mencintaimu” dan “ABC Cinta” sukses meraih jutaan donlot ring back tone. Ia sempat merilis 3 album dan tampil sebagai pembuka konser Justin Bieber.

Kolektor mobil mewah ini kembali hadir di blantika musik Indonesia sebagai solois dengan merilis album I’ll do. Ari Pramundito kembali menunjukkan spesialisasinya sebagai penyanyi jazz yang berunsurkan sweet, groove, dan funk. Sebagai singing guitarist membuatnya jadi bernilai lebih. Apalagi jika ia memamerkan scat sing (mengikuti melodi gitar dengan vokal) yang bisa dibilang belum ada lagi yang bisa melakukan itu setelah Mus Mujiono.

Dalam album terbarunya, lelaki langganan gelar best guitarist di banyak festival musik jazz ini juga bertindak sebagai executive producer, producer, composer, arranger, sekaligus musician. Untuk proses produksi album ini, Ari Pramundito hanya memerlukan waktu pengerjaan sekitar 4 bulan saja.

Kualitas Mastering Album Ari Pramundito Selevel Maroon 5 dan Black Eyed Peas

Going Solo, Ari Pramundito Libatkan Kampiun Mastering Engineer Grammy

Untuk mixing, Ari Pramudito mempercayakan kepada Moko, mixing engineer dari Brotherland Studio. Sementara untuk mastering dilakukan di Memphis, Amerika Serikat oleh Brad Blackwood, salah satu mastering engineer kelas dunia pemenang Grammy Award. Blackwood berpengalaman menangani mastering album dari artis-artis seperti Maroon 5, Will I Am, Evanesence, Black Eyed Peas, Vennessa Carlton,  SaraBareilles, P.O.D, dan banyak lagi.

Ari Pramundito menyadari kalau ingin kembali bersaing di industri musik sebagai penyanyi solo, dia harus serius.

Mastering di Amerika bukan buat keren-kerenan, saya ingin merilis album dengan kualitas terbaik,” jelas Ari lagi.

Di sini lah kontribusi seorang Ari Pramundito untuk kembali membawa musik Indonesia ke dunia internasional dan menjadi musisi yang lebih baik lagi untuk Indonesia.

“Semoga album ini dapat diterima untuk memberikan cahaya baru, warna baru yang fresh, semangat baru di musik lewat karya saya dan musisi pendukung saya, dan juga membuat bangga Indonesia di mata dunia,” tutupnya.

(@edofumikooo)

Ini Dia Classic Rock Fashion Style Kekinian Ala Piyu

Kamarmusik.net, JAKARTA – Vakumnya Padi, salah satu grup rock terbesar di Indonesia, tidak membuat Piyu berhenti berkarya. Di luar Padi, pemilik nama lengkap Satriyo Yudi Wahono ini makin menemukan jati dirinya sebagai solois. Bahkan ia akan meluncurkan album solo yang pertama.

Di album solonya nanti, musisi asal Surabaya ini akan berperan tidak hanya sebagai gitaris, tapi juga produser dan bahkan vokalis.

Termasuk juga dalam berpakaian. Piyu di Padi sangat berbeda dengan yang sekarang. Sadar bahwa kostum adalah bagian dari keindahan yang layak buat diberikan kepada pencintanya, pria kelahiran 15 Juli 1973 ini pun bereksplorasi dengan gaya baru.

Classic Rock Ala Piyu

Kostum berwarna gelap dengan bulu bulu, yang membawa kita pada kenangan classic rock tapi dengan desain masa kini. Gitar double neck yang dibawanya juga makin menegaskan eksistensinya akan cita rasa rock yang sudah lama melekat.

Selamat menikmati gaya baru dari musisi yang telah bermain di 5 judul layar lebar ini.

edofumikooo

1000 Gitar Untuk Anak Indonesia, Oleh Vidi Rosen

Kamarmusik.net, JAKARTA – Seperti teman-teman ketahui, beberapa waktu lalu Gerakan 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia telah dibentuk dan puluhan gitaris papan atas tergabung di gerakan ini. Tujuan akhir dari gerakan ini adalah membagikan 1000 gitar akustik kepada anak-anak tidak mampu tanpa membedakan usia, suku, ras, agama.

Ke 1000 gitar ini didistribusikan secara nasional melalui 100 rumah singgah di seluruh Indonesia, pesantren, panti asuhan, penjara anak anak, dan lain sebagainya. Kegiatan ini sendiri dibantu oleh Majalah Musik Roling Stones dan juga program TV Kick Andy. Di dalam cover albumnya disebutkan bahwa album ini didukung oleh 60 gitaris dan puluhan musisi pendukung lainnya yang sama sekali tidak dibayar. KEREN….!!!

Bicara soal materi yang ada di album ini, menurut gue, secara overall sangat menarik. Secara kualitas emang di atas rata rata, tidak heran juga mengingat nama-nama yang tergabung di dalamnya memang merupakan jaminan mutu.

Beberapa nama yang ada di album ini antara lain Baron, Baim, Didi Crow, Iman & Sony dari J-Rocks, Ernest, Aziz Jamrud, Ovy & Jikun /rif, Pay, Deny Chasmala, Eross Candra, Kin, Jarwo, Taraz The Rock, Piyu, Dewa Budjana, Eet, Baim, John Paul Ivan, dan masih segudang lagi yang terus terang tangan gue bakal pegel kalo ditulis semua di sini.

In general, album ini terdiri dari 2 CD dan masing masing CD ada 11 lagu, total ada 22 lagu. Karena memang temanya tentang gitar, isinya nggak jauh-jauh dari gitar. Ada instrumental tetapi ada juga yang menggunakan vokal, yang membuat semua terdengar menjadi suatu kesatuan adalah instrumen yang paling menonjol adalah gitar. Bahkan di beberapa lagu yang ada vokalnya, temanya ya masih guitar juga. Pokoknya buat guitar freak, album ini cocok lah.

Kalau ditelaah lebih dalam, album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia sebenarnya ada 3: gitar, cinta pada sesama, kehidupan, serta SHREEDING! Beberapa lagu membuat gue kaget ternyata kemampuan bangsa kita maut juga.

Album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia, Oleh Vidi Rosen

Ada beberapa lagu yang menonjol di CD 1 antara lain “Masa Kecil” nya Dewa Budjana yang menurut gue sangat cool dengan nuansa sitarnya, fusion abis. “Sesuatu yang Indah” juga menarik, Piyu dan Stephan Santoso membawakan lagu instrumental dengan sangat baik, gue merasa denger lagu Padi tapi dibawakan oleh Marty Friedman. Keren!

Tohpati juga tidak mau kalah dengan lagu yang berjudul “Pergi Sekolah”. Dia membuat sound gitar akustiknya terdengar sangat menyenangkan, kalau enggak tahu gue pikir lagi dengerin Earl Klugh atau Acoustic Alchemy.

Di lagu “Hayal”, Edwin Marshal benar-benar membuat kita seperti sedang menghayal hehehe. Sound nya sepintas mirip kakak sepupu gue, Andy Timmons. Memang harus gue akui dengan lapang dada sebagai vokalis pop dengan kemampuan shredding yang cukup baik adalah Baim dengan lagu yang berjudul “Hope”.

John Paul Ivan dengan “State Of Play” nya juga tampil nggak kalah menarik, riff-riff dengan sound Les Paulnya memberi warna cukup unik untuk disimak. Permainan solonya sendiri jadi seperti dengerin Dough Aldridge hehehe.
Di lagu terakhir yang berjudul “Comfortable With You”, kita bisa mendengar permainan Adithya Pratama yang cukup manis. Bukan gitar yang mengiringi gitaris, tetapi suara vokal yang terdengar sebagai pengiring lagu.

Overall untuk lagu-lagu instrumental gitar di CD 1, meskipun berbeda-beda setelah didengarkan beberapa kali, tetap ada benang merah di musiknya (kecuali yang akustic ya). Pemilihan sound  membuat album ini tidak terdengar belang-belang dan seperti satu kesatuan. Untuk yang akustik justru menjadi penambah warna yang menarik.

Lagu yang ada vokalnya juga tidak kalah menarik. Lagu “1 Gitar 1000 Nada” yang dibawakan Aliansi Guitar Indonesia cocok sekali sebagai pembuka album ini. Liriknya tentang gitar dan yang buat gue takjub di solo sound gitar nya beda-beda. Setelah gue lihat di keterangannya, ada Baron, Eross Candra, Dewa Budjana, Baim, Cella, Piyu, Gugun, dan Kin. Dengerin sendiri dijamin pusing. Lagunya enak dan yang nyanyi Pongki Barata, Baim, dan Kin.

Ada 3 lagu lagi yaitu “Lights From Heaven” yang merupakan lagu dari Suhu Eet Syahrani, dahsyat euy!!! HEAVY METAL khas ala Eet. Vocalnya sendiri diisi oleh Eet (di covernya ditulis begitu). Gue bingung ternyata sang suhu bisa nyanyi juga ya???? Dibantu oleh Ervin Nanzabakri dan Adit RK.

Lagu “Berbagi Cinta” yang dibawakan oleh Endah, Sashi, Fia, Riry, dan Qoqo juga bikin kepala ngangguk-ngangguk. Jadi inget Wilson Phillip di tahun 90-an. Bolehlah buat istirahat atau persiapan sebelum mendengar lagu-lagu full shred di track-track selanjutnya. Terakhir lagu “Biar Tuhan Ikut Bernyanyi” yang dinyanyikan Boris P Simanjuntak membawa kita ke masa Slank di tahun 90an. Pokoknya dengerin CD satu nggak perlu pake mikir enjoy abis.

Di CD 2 gue sempet terkaget-kaget karena ternyata tipe musik yang ada di dalam CD ini lumayan berbeda dengan lagu-lagu yang ada di CD 1. Kalau di CD 1 nuansanya lebih classic rock, nah di CD ini banyak lagu yang menggunakan synthesizer, modern banget deh pokoknya (menurut ukuran gue) tetapi tetap asik.

Lagu “(Not) Vintage Generation” dari Ariel Harsya dan Rama Akbar benar benar menyegarkan otak dan telinga gue setelah lumayan panas mendengarkan CD 1. Sangat ceria dan menyegarkan. Instrumental pop ceria tahun 80-an, ada punknya, dikasih rock, plus dikasih pengiring vokal. meriahlah, susah menggambarkannya.

Lagu “U.F.O” yang dibawakan oleh Coki Netral mengingatkan gue sama teman lama gue Mr Joe Satriani, full shred abis. Kayak dengerin gitaris bule hehehe. Mantep nih lagu. Abis dengerin lagu ini makin yakin ternyata gitaris Indonesia nggak kalah sama orang bule. Sementara lagu “Discord” dari Ernest dan DJ Osvaldo Nugroho lebih ajib.

Gue demen banget, dengan sound distortion yang lebih kencang dari lagu “(Not) Vintage Generation” tetapi beat disko yang lebih bersemangat. Sound Ernest di lagu ini bagus banget. Cuma kenapa gue inget Maxim yang pianis itu ya, waktu denger lagu ini? Hehehe

Yang lumayan unik adalah lagu “Conference All Generation” nya Thomas Ramdhan. Lagu ini instrumental dari yang mengisi gitarnya juga nama-nama pendekar seperti Pay, Deny Chasmala, Agam Hamzah, dan Putsky RIP. Lagu funk dengan distortion tebal dan gebukan drum dengan teknik dan kecepatan tinggi. Bisa bikin kepala goyang-goyang.

Biar lebih lengkap, maka di album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia ini, Eross Candra bikin lagu ala lagu tradisional perkawinan Jewish hehehe dengan judul “Tentang Jakarta” yang model model ska gitu plus suara terompet dan distortion cempreng ala telecaster dan sound twangky ala The Ventures/The Shadow di tahun 60-an. CD 2 ini berwarna abis!

Kin di lagu “Papa Main Guitar Ya?” bikin gue inget Marty Friedman pasca dia pindah ke Jepang, minimalis tetapi dengan sound distortion yang gagah. Ini namanya lagu full program tetapi full seni juga, di akhir lagu ada suara anak kecil, Papah Main Guitar ya??? Hehehehe lutunaaaa …..

Lagu “Contagious” dari Ovy dan Jikun lain lagi ceritanya, kalau tadi gue cerita bahwa di CD 1 shredding nya lebih kenceng tetapi lagu ini bisa dibilang termasuk yang paling galak di seluruh album. 80’s rocknya Ovy kedengaran banget. Langsung semangat gue menyala lagi denger gitar ngebut diiringi double bass drum. Semangat deh

Jarwo Naif dengan lagu “Syria” juga cukup enak di dengar. Lagu ini sebenarnya lebih pas di CD 1. Berbeda dengan ketika bersama Naif, kali ini dia tampil dengan lagu yang megah dan melodius tetapi nafas rocknya amat terasa.

Untuk lagu yang berisi vokal juga keren-keren, “Aku Peduli” milik Baron dan 24 gitaris Indonesia juga enak untuk didengar. Heavy Metal 80-an dengan nuansa yang lebih modern gitu deh. Hampir mirip juga dengan lagu “Tentang Jakarta” dari Ridho Hafiedz dan Ovy, ballad rock yang enak didengar. Biar slow tetapi dibalut sound distortion seperti lagu slow rock metal 80-an. Pas di kuping hehehehe.

Biar nggak pusing dengerin lagu kenceng, maka di album ini ada juga lagu “Love Lullaby” kepunyaan Irfan Aulia dan Badai Kerispatih. Dari namanya sudah ketahuan dong lagunya kayak apa. Enak juga di album yang keras ternyata terselip lagu ballad yang adem.

Album 1000 Gitar Untuk Anak Indonesia sangat menarik dan bagus, nilainya 4,5 dari skala 5. Menurut gue, sayang kalau kita nggak punya. Plus kalau beli album ini maka akan dapat pahala karena kita udah ikut nyumbang. Sebaliknya yang bajak album ini bakal kualat karena udah merampas hak anak-anak nggak mampu. Saran gue BELI!

SALUT BUAT PONGKY BARATA DAN TEMAN-TEMAN GITARIS YANG TERLIBAT DI ALBUM INI!!!

Penulis: Vidi Rosen (gitaris dan aktif sebagai moderator di www.bengkelmusik.com)

Editor: Doddy Irawan