Semua tulisan dari Doddy Irawan

Celoteh Gitaris Irvan Borneo Soal Session Player dan Bocoran Album Baru

Kamarmusik.net, JAKARTA – Gaung Irvan Borneo sebagai gitaris keren ternyata bukan hanya di Indonesia lho. Seperti Kamar Musik bilang di artikel sebelumnya, penggemar klub sepakbola Barcelona ini juga terkenal di luar negeri. Yaaa… nama Irvan Borneo masuk di kompilasi album instrumental Guitar Republicks Volume 1.

Gitaris Indonesia yang Mejeng di Album Kompilasi Luar Negeri

Di album gitar yang didistribusikan di Singapore tersebut, ia satu-satunya gitaris Indonesia yang disandingkan dengan gitaris Yunani (Theodore Ziras) dan Inggris (Irene Ketikidi). Musisi kelahiran Kotabaru, Kalimantan Selatan itu disejajarkan dengan gitaris top Singapore (Addy Cradle, Khalid Mobin) dan Malaysia (Norzamri, Along Exist).

“Aku juga kaget dapat email dari yang merencanakan album itu (Jaybon). Mereka mau bikin album kompilasi gitar dengan menghadirkan gitaris-gitaris dari berbagai negara,” ungkap Irvan tentang keterlibatannya di album itu.

Irvan Borneo dan Persiapan Album Solo Gitar

Cowok yang berkontribusi di dalam album solo pertama Ari Lasso itu sekarang tengah menyiapkan album kedua.

“Aku sangat serius dalam mengerjakan album kedua ini. Main gitar itu menyenangkan, tapi lebih mantap lagi ketika dia punya album solo gitar. Banyak senior seperti mas Bontot (Tohpati, red) menyemangati aku dalam merampungkan album ini,” papar gitaris bernama lengkap Rahmat Irvansyah ini.

Lalu bagaimana teknis persiapan Irvan Borneo dalam usaha menuntaskan rekaman albumnya nanti?

“Sejauh ini aku masih mengumpulkan dana sendiri. Aku bakal mencari studio yang bagus dan session player yang oke untuk produksi album ini. Di album ini aku mau melebarkan market. Aku berharap orang yang nggak suka gitar pun, menjadi suka ketika dia mendengar album kedua ini,” ceplos Irvan yang ultah setiap tanggal 4 November ini.

Session Player di Mata Ivan Borneo

Kita doakan bersama deh, supaya album keduanya bisa selesai dengan sempurna. Lalu, bagaimana dengan karier yang saat ini ia jalani sebagai session player? Selain pernah mengiringi KLA Project, Irvan juga lagi asyik-asyiknya menjadi session player untuk Anji. Ada nggak sih rambu yang wajib ditaati untuk seorang session player?

“Ya, aku jalan bareng Anji sejak ia menjadi penyanyi solo. Session player itu tugasnya melayani. Ketika aku bekerja dengan Anji misalnya, ya kita harus profesional dan bijaksana. Aku nggak memandang musik secara sempit. Artinya session player itu nggak boleh melulu mengedepankan ego dan harus berpikir lebih universal,” terang Irvan.

(@edofumikooo)

Baru Lulus TK, Irvan Borneo Udah Bercita-Cita Punya Album Solo Gitar!

Kamarmusik.net, JAKARTA – Jangan ragukan kepiawaian seorang Irvan Borneo dalam bermain gitar. Musisi kelahiran Kotabaru, Kalimantan Selatan ini terkenal dengan teknik permainan gitar yang mengandalkan speed tinggi. Di kalangan gitaris Indonesia, Irvan Borneo adalah sosok pemimpi yang selalu mencari segudang cara untuk mewujudkan apa yang ia mimpikan. Album solo gitar bertitel Lifeforce contohnya.

Sejak pertama kali bisa main gitar, Irvan Borneo langsung melukis sebuah mimpi besar yaitu memiliki album solo gitar. Mimpinya berhasil ia wujudkan melalui album debut yang memuat 7 lagu plus 2 backing track “The Fearless” dan “Lifeforce”. Penggemar Lionel Messi itu merilis album tersebut 2 tahun yang lalu.

“Ya.. sejak pertama belajar gitar, cita-cita saya pengin punya album solo gitar. Lifeforce ini saya bikin sendiri, lalu saya edarkan sendiri. Albumnya dijual lewat komunitas aja,” kenang gitaris bernama lengkap Rahmat Irvansyah ini.

Irvan Borneo mulai mengenal gitar sejak ia berusia 6 tahun. Cowok yang ultah saban 4 November ini belajar gitar secara otodidak lewat kaset-kaset pemberian kakaknya yang tinggal di Jakarta. Gayung bersambut. Menjelang berseragam putih abu-abu, ia pindah ke Jakarta dan tinggal bersama kakaknya.Irvan bilang ke kakaknya kalau ia ingin membuat hobi bermain gitarnya menjadi sesuatu yang lebih serius.

“Setelah lulus SMA, saya melakukan debut profesional sebagai musisi. Waktu itu umur saya masih 19 tahun. Ceritanya sih, tahun 1999 saya punya band yang udah kontrak dengan Aquarius. Berhubung sesuatu hal, band saya nggak jadi rilis. Oleh label, saya dikaryakan menjadi session player beberapa artisnya. Salah satunya Mas Ari Lasso yang waktu itu mau merilis album solo pertama. Di album Mas Ari Lasso, saya mengisi gitar di 3 lagu,” papar Irvan.

Ketiga judul lagu tersebut adalah “Selamat Jalan Mama”, “Ampuni Aku”, dan “Penjaga Hati”. Lagu yang terakhir disebut merupakan ciptaan Piyu PADI. Setelah mengisi album Ari Lasso, Irvan Borneo mulai jarang beredar. Ia lebih banyak ngumpet di belakang layar. Pengagum Nuno Bettencourt dan Marty Friedman ini banyak menghabiskan waktunya sebagai demonstrator sebuah produk gitar. Gagal menjadi anak band nggak membuatnya patah arang. Ia pernah mengisi ruang di beberapa band macam Sector Nine, Gamma, dan Askobarock.

Begini Perjuangan Irvan Borneo Untuk Bisa Merilis Album Solo Gitar

Sayang fokus Irvan Borneo terbelah. Band menjadi prioritas ke sekian. Ia teringat dengan janji awalnya yaitu membuat album solo gitar. “Tahun 2009, saya mulai merajut albumnya. Proses pengerjaannya memakan waktu 4 tahun. Akhirnya bulan Juni 2013, Lifeforce berhasil saya rilis. Album ini punya filosofi bahwa ada kekuatan dan spirit yang harus digali dalam kehidupan. Jadi sejak saya bermimpi kemudian berjuang keras demi merampungkan album solo gitar ini adalah lifeforce saya,” papar cowok yang belakangan sibuk menjadi session player Anji ini.

Kamar Musik akan melanjutkan kisah Irvan Borneo yang lebih gokil di artikel berikutnya. Salah satunya, tentang ia menjadi satu-satunya gitaris Indonesia yang karyanya disandingkan dengan gitaris ciamik dari Yunani dan Inggris.

(@edofumikooo)

Antara Victor Kho dan Bayang-Bayang Cherrybelle (2)

Kamarmusik.net, JAKARTA – Tanpa mimpi, seseorang nggak akan pernah bisa besar. Bermimpilah setinggi langit, dan mulailah berlari untuk bisa menggapai apa yang selama ini kamu inginkan. Inilah segudang mimpi Victor Kho setelah ia tidak lagi “berseragam” Cherrybelle. Apa saja? Check this out

Di Makassar, Cherrybelle diboikot. Perkaranya Sama, Batal Manggung

“Gue ingat waktu itu Cherrybelle kembali ber-9 dengan formasi baru dengan kehadiran Kezia dan Steffi. Kali ini, segala sesuatunya udah dibayar lunas. Ironisnya, pihak dari label nggak mengizinkan Cherrybelle manggung karena harganya terlalu murah. Posisi gue terjepit. Di satu sisi melindungi klien, dan di sisi lain gue menghargai partner kerja. Akhirnya, konser pure dibatalkan. Cherrybelle di black list sama radio-radio di Indonesia Timur. Ada ancaman kalau ada yang mau nembak gue sampai mati. Kasusnya sampe bergulir panjang di persidangan.”

1 Desember 2012

“Hari itu secara official, gue nggak lagi megang Cherrybelle. Keputusan gue keluar dari sebuah bendera besar sudah bulat. Banyak yang membujuk, kenapa gak dibetah-betahin aja? Visi misi gue udah beda dengan management. Contoh simple gini deh, nggak segalanya harus diduitin dong? Waktu itu Cherrybelle diundang manggung oleh seorang penggemar yang lagi ulang tahun. Baju habis perform nya Cherrybelle ada yang mau bayarin nih. Gue nanya ke fashion stylist, dia bilang 9 baju itu harganya 900 ribu. Jadi kalau gue jual 1,2 juta masih untung dong sedikit. Partner gue ikut dan dia menolak kalau baju itu cuma laku 1,2 juta. Dia bilang boleh jual kostum itu tapi harganya 12 juta. Kacau deh.”

Move On di Produk ke-6

“Gue nggak pernah mikir akan menjadi manager 9 cewek yang namanya melambung sampai sekarang. Tapi sudah lah itu dulu. Gue sekarang mau move on bersama Stay band. Sejak kecil, gue didik sama bokap untuk memimpikan sesuatu dan kemudian berusaha untuk membuat segala sesuatunya terwujud.  Jadi gue punya dream book. Gue tulis apapun yang gue mau dan puji Tuhan hampir 80 % yang gue tulis terwujud.  Mudah-mudahan kelak Stay Band akan menjadi masterpiece gue. Masterpiece itu bukan yang dulunya besar kemudian menghilang.”

Victor Kho Bermimpi Punya Helikopter dan Jet pribadi

Antara Victor Kho dan Bayang-Bayang Cherrybelle (2)

“Selain bercita-cita untuk membangun panti asuhan, gue punya sederet mimpi besar lainnya. Pertama, orang nggak hanya mengenal Victor Kho itu di dunia musik. Kedua, gue pengin orang menghargai gue bukan karena dulunya ada embel-embel Cherrybelle. Ketiga, gue pengin punya 10 artis yang bisa go international. Keempat, gue pengin membangun rumah di belakang pantai. Kelima, gue berdoa kelak akan memiliki helicopter dan jet pribadi.” (Tamat)

edofumikooo

Antara Victor Kho dan Bayang-Bayang Cherrybelle (1)

Kamarmusik.net, JAKARTA – Salah satu aktor hebat di belakang layar yang membuat nama Cherrybelle melejit adalah Victor Kho. Selama menghandle Cherly dkk, Cowok yang waktu SMP pernah mewakili Indonesia pada ajang kompetisi World Champion Gamers di Korea Selatan itu sukses ngegolin belasan produk iklan untuk dibintangi Cherrybelle. Victor Kho juga yang berhasil membuat Cherrybelle dapat ratusan panggung offair di seluruh Indonesia.

Sayangnya, kebersamaan Victor Kho dengan girl band paling populer di tanah air ini hanya berlangsung selama 2 tahunan. Pertanyaan istimewanya, kenapa cowok yang sekarang menjadi manager grup band Stay itu memutuskan cabut dari management Cherrybelle? Simak interpiuu eksklusif Victor Kho dengan Kamar Musik berikut…

Mulai terlibat di musik sejak tahun 2009

            “Gue pertama nyemplung di musik itu waktu kerjasama membuat project bersama SMN. Seiring berjalan, gue punya cita-cita ingin punya girl band yang isinya 9 cewek remaja. Kebetulan ada 2 teman yang secara ide klop sama gue. Kami bentuklah Cherrybelle mulai konsep, audisi personel, mencari lagu, hunting label, sampai akhirnya rilis dan dapat panggung.”

Banyak, bahkan teramat banyak kenangan indah 2 tahun bersama Cherrybelle      

“Gue jalan bareng Cherrybelle mulai tahun 2010 sampai tahun 2012. Selama di Cherrybelle, gue menjadi ujung tombak. Banyak job panggung yang gue dapatkan.  terutama dalam mencari job dan iklan. Di cherrybelle dari tahun 2010, keluar 2012. Selama 2 tahun. Udah keliling Indonesia, Singapore, Korea, Thailand.”

Dulu, orang taunya Cherrybelle itu ya Victor Kho

“Beneran, itu gak berlebihan. Apapun yang berkaitan dengan Cherrybelle saat itu, ya gue. Agak beban sih, bahkan gue sering mengalami kejadian pahit. Waktu Cherrybelle perform di Ancol, kebetulan gue gak bisa ikut karena ada acara pribadi. Entah kenapa banyak media pada marah karena sebelumnya dijanjiin untuk wawancara dan ternyata nggak jadi. Semua orang BBM dan telefon ke gue. Saat itu gue dimusuhi sama media. Meski saat itu yang in charge bukan gue, tetap aja gue minta maaf langsung ke beberapa media.”

Nyaris mati saat Cherrybelle batal konser di Samarinda

“Ini cerita yang nggak akan gue lupa. Waktu itu Cherrybelle diundang manggung oleh EO di Samarinda. Ada beberapa item yang belum lunas, yaitu tiket pulang. Ya udah, kami niat baik aja jalan ke sana. Ternyata sampe mau naik panggungg pun, belum ada pelunasan pembayaran dari EO. Massa di Samarinda udah siap mukulin orang yang bertanggungjawab. Saat itu jiwa gue terancam. Ada yang mau nimpuk gue pakai bangku, ada yang mau gebukin gue lah, untungnya polisi berbaik hati melindungi gue. Mana tim management gak ada yang nemenin. Dalam hati gue berpikir, apa gue lagi dikerjain ya? Soalnya besoknya, pas ultah gue. Gue panik, marah, dan saat itu Cherrybelle akhirnya tetap memutuskan batal manggung.”

Bersambung…

(@edofumikooo)

Roberto Pieter: “Menjual” Artis Itu Gak Boleh Setengah-Setengah (2)

Kamarmusik.net, JAKARTA – Ulasan Kamar Musik soal Roberto Pieter masih berlanjut nih. Buat yang pas kebetulan buka artikel ini, kamu bisa nongkrongin berita sebelum ini. Curhatan Robert di sesi ini berkisah tentang kegagalannya dalam memanajeri artis dangdut sampai cerita rujuknya kembali dengan grup band Drive. Gebet langsung deh cuap-cuap eks gitaris band Cokelat ini.

Membentuk Green Entertainment

“Green Entertainment yang terbentuk tahun 2010, isinya gue dan anak-anak Drive. Saat itu ada beberapa artis yang ikut gabung di Green Entertainment. Tahun 2012, gue memutuskan mundur dari Green Entertainment dan gak lagi menangani Drive. Dari situ gue nyoba jalan sendiri. Kebetulan Lyla dan The Rain sedang mencari manager. Khusus Rinni Wulandari, gue yang melamar. Waktu itu gue pengin banget megang artis cewek. Kebetulan juga, kontrak Rinni dengan management yang lama selesai, Sekarang, gue juga pegang Intan Melodi, Top 5 New AFI 2013. Fokus Intan sekarang lebih ke akting, mulai dari sinetron dan film.”

Menghandle banyak artis dengan management berbeda…

“Mungkin ini baru terjadi di gue aja. Gue megang beberapa artis dengan management berbeda. Dari awal berangkatnya, gue bergerak secara perorangan bukan sebagai PT. Jadi lebih ke partnership sih. Yang lagi tren di Singapore, ya kayak yang gue jalani saat ini. Someday, gak menutup kemungkinan, gue tetap bercita-cita untuk punya bendera sendiri.”

Roberto Pieter gagal ngedangdut…

“Di saat musik dangdut lagi booming, gue pun tertantang untuk memegang talent dangdut. Ada 2 penyanyi dangdut yang sempat gue manajerin. Sayangnya, gagal. Mungkin passion gue bukan di dangdut kali ya. Hikmah yang gue petik adalah lo harus menyukai banget produk tersebut supaya lo gak akan setengah-setengah dalam menjualnya.”

Pintu tertutup, jendela terbuka…

“Selama di dunia entertainment, cuma 3 tahun gue digaji sama orang, Selebihnya, gue menggaji diri gue sendiri. Intinya kalo gak dapat job, ya gue gak makan. Di dunia seperti ini gak ada fixed income, jadi harus tetap survive. Analoginya gini. Ketika Tuhan menutup pintu, Tuhan akan membukakan jendela. Saat keluar dari Drive, gue dapet Lyla dan beberapa artis lainnya.”

Cieee, yang rujuk lagi dengan Drive…

            “Banyak orang bilang, mau siapapun artis gue pegang, nama Drive begitu melekat. Wakte memutuskan keluar dari Drive, saat itu mungkin gue lagi gak fokus untuk Drive. Mereka mencari manager yang intens. Tahun ini gue diminta kembali menangani Drive. Gue yang mendapatkan label Sony Music untuk album baru mereka yang sebentar lagi bakal dirilis.”

Roberto Pieter: Gitaris Cokelat yang Menjadi Personel Kelima Drive (1)

Kamarmusik.net, JAKARTA – Hampir 20 tahun Roberto Pieter bergelut di industri musik. Ayah 3 anak ini yang mencetuskan nama band Cokelat di Bandung, 25 Juni 1996 lalu. Uniknya, ia gak mau berlama-lama di depan layar. Robert memilih bersembunyi di balik kemudi, jadi manager artis. Ia ikut berperan dalam mengatrol popularitas beberapa nama penyanyi dan grup band seperti Drive, Lyla, The Rain, Rinni Wulandari, dan Intan Melodi.

Robert pernah memaintain sejumlah nama lain seperti Tata Janeeta, Emil Dardak, Friendz (Adit AFI dan Nia AFI), Ridho Khan, AOP band, dan lainnya. Yang menarik, pengagum Maia Estianty itu pernah merasakan fase menjadi pekerja kantoran loh. Jangan kemana-mana, seruput kopi panas anda, dan silahkan lanjut membaca yaaa…

Cita-citanya sih jadi Designer Grafis

“Gue dulu kuliah di Sekolah Tinggi Seni Rupa & Desain Indonesia (STISI Bandung). Penginnya gue sih jadi desainer grafis. Nah, di tempat kuliah itu juga gue akhirnya main band. Tahun 1996 gue membentuk Cokelat bareng Kikan, Ronny, Bernard, dan Deden. Band makin jalan ketika Cokelat ikut album kompilasi Indie Ten bersama PADI dan Caffeine tahun 1998.  Cokelat makin serius ketika tahun 2000 merilis album pertama di Sony Music. Nah, ketika Cokelat mau rilis album kedua tahun 2001, gue cabut karena pengin nyoba kerja kantoran.”

Ngantor deh, tapiii

“Gue merantau ke Jakarta dan kerja sebagai desainer grafis di Menara Emporium selama 3 tahunan. Di saat ngantor, jiwa musisi gue masih meledak-ledak. Kebetulan waktu itu terjadi pengurangan pegawai di kantor dan gue kena. Tahun 2004, gue usaha mandiri dengan membuat R Design. Dari usaha sendiri itu, gue punya uang lebih dan kemudian bisa menikah haha.”

Debut sebagai manager band

“Band pertama yang gue pegang itu Flow. Salah satu yang berjasa yaitu Gembok, bassist Flow. Gue kenal dia melalui seorang sahabat. Gembok bilang, Flow butuh manager. Gue coba pegang Flow, saat itu vokalisnya Budi Rahardjo. Flow makin jalan, gue pun coba megang band lain, Rockomotive. Di tengah jalan, Rockomotive ditinggal vokalis, Gue nyari penggantinya, ketemu Anji, dan jadiilah dia vokalis Rockomotive. Malang, Rockomotive gak jalan dan kemudian bubar. Anji yang memang punya suara bagus, lalu gue tarik sebagai vokalis Flow. Gue juga yang menemukan Dygo, setelah Gembok memutuskan keluar dari Flow.”

Jadi Fifth member di band Drive

“Di saat megang Flow, gue masih bisa menjalankan bisnis R Design. Mungkin gak banyak orang tahu, gue adalah member ke-5 Drive. Bedanya yang lain personel band, gue managernya. Kenapa bisa sebagai fifth member, karena gue iku invest dari nol. Mulai patungan untuk latihan di studio, rekaman album, sampai akhirnya Drive mendapat label E-Motion. Konsepnya, semua job seperti offair dan royalti, hasilnya kami bagi lima. Ketika Drive jalan dan sering tur ke luar kota, kerjaan desain grafis gue tutup. Itu yang gue akui sebagai kebodohan terbesar. Harusnya gue tetap jalani R Design, dengan mengkaryakan orang lain.

(@edofumikooo)

New Look Trio Macan : Jauh Lebih Girly dan Elegan Tanpa Rambut Warna-Warni

Kamarmusik.net, JAKARTA – Trio Macan sekarang bukan lagi grup dangdut Trio Macan hot seperti yang dulu. Masuknya Dara menggantikan Iva Novanda, membuat Trio Macan berbenah dengan image baru. Yupss… Chacha Sherly, Lia Amelia, dan Dara nggak lagi berpakaian serba seksi. Trio yang baru saja merilis lagu “Suka sama Kamu” itu sekarang tampil dengan new look: lebih girly, cantik, dan elegan.

New Look, Nggak lagi tampil dengan warna rambut yang ngejreng

Bukan hanya wardrobe yang di make over loh, styling rambut Lia Trio Macan dan kawan-kawan pun pun ikut diubah. Pelantun hits dangdut “SMS”, “Iwak Peyek”, “Cicilalang”, dan “Buka Sitik Joss” ini nggak lagi mempertontonkan aksi panggung dengan rambut warna-warni. Bayangkan, betapa repotnya mereka, kalau dalam sebulan harus gonta-ganti hampir 500 model hair extension.

Nah… coba deh kalian tengok new look Trio Macan ini. Kesan Trio Macan hot telah bermetamorfosis dengan outfit yang lebih cantik dan elegan, bukan?

(@edofumikooo)

Mendunia Sebagai Fashion Blogger, Puspita Pengen Eksis Sebagai Solois

Kamarmusik.net, JAKARTA – Popularitasnya di dunia maya sebagai fashion blogger membuat Puspita tertantang untuk mengekspresikan skill menyanyi di dunia nyata. Belum lama ini, si cantik yang selalu tampil fashionable dengan hijab modis itu merilis singel berjudul “No Me and You”.

Di bawah label Orca Music dan diproduseri oleh song writer Ade Govinda, pemilik nama lengkap Indah Nada Puspita ini mencoba serius terjun di dunia musik.

“Aku memang hobi menyanyi sejak aku masih di sekolah menengah (SMP). Dulu aku sering diundang nyanyi di acara teman dan acara sekolah. Lalu aku coba nyanyi di media sosial dengan membuat soundcloud. Responnya ternyata bagus. Dari situ aku berpikir, kenapa gak aku seriusin aja sekalian,” papar cewek yang sekarang sedang meniti kuliah di Jerman itu.

Nggak seperti kebanyakan penyanyi pendatang baru yang lebih bermain aman di wilayah musik mainstream, Puspita justru nekat melawan arus dengan mengusung genre musik retro pop, dengan balutan sound vintage, dan lagu berbahasa Inggris. Dengerin deh lagu “No Me and You”.

“Lagu ini bercerita tentang seseorang yang baru putus dari kekasihnya. Ia merasa berat dengan keadaannya. Namun pada suatu titik ia tersadar bahwa life must go on. Dirinya harus bangun dari rasa sedihnya dan harus bangkit,” terang dara berusia 22 tahun tersebut.

Untuk di Musik, Fashion Blogger Ini Memakai Nama Panggung Puspita

Puspita hanya butuh waktu 5 bulan untuk menyiapkan segala sesuatunya mulai penulisan lirik, penentuan aransemen musik, sampai masuk dapur rekaman. Video musik “No Me and You” yang disutradarai Fajar Bustomi itu pun udah bisa diintip di kanal YouTube. Dalam visual videonya, Puspita terlihat menawan dengan padu padan model hiijab turban berwarna cerah.

Ade Nurulianto sebagai produser optimistis Puspita akan sukses sebagai penyanyi solo.

“Di Instagram, namanya udah populer banget. Followersnya sudah 267 ribuan, akun soundcloud nya udah di follow lebih dari 5000 orang dengan playtime ratusan ribu kali. Bahkan waktu kemarin launching singelnya, ia sempat menjadi trending topic di Twitter. Setelah di Indonesia, Insya Allah lagunya juga bakal rilis di Eropa,” ungkap gitaris band Govinda itu.

edofumikooo

Devia Sherly Gandeng JP Millenix, Hendy Gigi dan Ekki Soekarno di Album

Kamarmusik.net, JAKARTA – Warna-warni nuansa musik disuguhkan oleh penyanyi solo pendatang baru, Devia Sherly di debut album solo yang berjudul Warna Kehidupan.

Tujuh lagu yahud dipersembahkan penyanyi asal Kalimantan ini. Lima track ciptaan orang lain dan dua track lain pure karya Devia: “Cinta Dan Rindu” dan “Sang Maha”. Lagu yang terakhir disebut dirilis sebagai single andalan. Lagu itu bercerita tentang hubungannya dengan Tuhan dan komunikasi yang terjadi antara dia dengan-Nya. “Mustafa” dan Pak Ketipung” dijadikan sebagai single berikutnya.

Di track 1, penyanyi yang bangga dengan penampilan hijabnya ini menyanyikan kembali lagu “Why Do You Love Me” ciptaan Yok Koeswoyo. Lalu apa yang bikin orang harus kepo dengan album ini? Khusus untuk singel jagoan “Mustafa”, tiga drummer hebat dari 3 generasi berbeda dilibatkan dalam proses aransemen musiknya. Mereka adalah JP Millenix, Hendy GIGI, dan Ekki Soekarno.

Devia Sherly Beberkan Alasan Warna Kehidupan Sebagai Judul Albumnya

Nama yang terakhir disebut didaulat sebagai produser album ini. Nggak berhenti di situ. Untuk penampilan panggung, Devia Sherly juga melibatkan dancer yang dibimbing langsung oleh koreografer kondang, Ari Tulang.

“Saya ingin album ini bisa dinikmati oleh semua generasi. Saya juga ingin mengajak orang untuk melihat ini sebuah karya yang dihasilkan melalui semangat bersama tanpa mengenal batasan umur. Makanya album ini saya beri nama Warna Kehidupan,” beber Devia Sherly saat peluncuran album solonya pada hari Jumat (27/3) lalu di sebuah kafe di bilangan Wijaya, Jakarta Selatan.

Setelah sesi press conference, Devia Sherly pun unjuk kebolehannya bernyanyi. Yang dramatis tentu saja ketika ia mengajak Om Yok Koeswoyo berduet di lagu “Why Do You Love Me”.

“Saya senang beliau memberi kesempatan saya untuk menyanyikan lagu ciptaannya. Hari ini saya terharu sekaligus gembira bisa nyanyi langsung bersama Om Yok,” celetuk Devia Sherly riang.

Album yang digarap selama 8 bulan ini bisa didapatkan di toko-toko CD terdekat.

“Andai di negeri ini tidak ada pembajakan, saya yakin album Devia Sherly ini akan laku keras,” gurau CEO label Nagaswara, Rahayu Kertawiguna.

edofumikooo

Rahayu Kertawiguna: Musik Indonesia Digerogoti 10 Triliun Oleh Pembajak

Kamarmusik.net, JAKARTA – Hari Senin (9/3) lalu adalah perayaan Hari Musik Nasional ke-12. Apa sih pe-er terbesar dari dinamika industri musik Indonesia yang belum tuntas? Yupss, pembajakan! Salah satu pelaku industri musik yang selalu getol memberantas gerombolan maling hak cipta ini adalah Rahayu Kertawiguna.

CEO big indie label Nagaswara sekaligus penggagas Gerakan Anti Pembajakan (GAP) itu telah menggulung banyak sindikat pembajak besar yang bermain di negeri ini. Pria berusia 50 tahun ini juga mendukung terbentuknya Lembaga Management Kolektif Nasional (LMKN) dan Badan Ekonomi Kreatif (BEK). Rahayu Kertawiguna pun ikut menyambut gembira Undang Undang Hak Cipta Baru yang menjamin keamanan atas karya seniman.

“Nagaswara terus berjuang melawan pembajakan supaya industri musik di Indonesia gak terpuruk. Cukup sudah pembajak itu merampas hak cipta. Salah satunya mechanical right atau hak-hak yang terkait dengan orang-orang di balik layar terciptanya karya musik, seperti produser dan pencipta lagu. Contohnya rumah-rumah karaoke melakukan penyebaran karya para musisi tanpa menggunakan master aslinya,” lontar Rahayu dengan geram.

Langkah tegas untuk melindungi musik Indonesia dan membabat para pembajak

Pria yang juga sangat produktif dalam menciptakan lagu itu punya trik untuk menggilas habis perampok hak cipta.

“Sektor yang dibajak selain CD adalah royalti master. Banyak lagu dari artis kami di beberapa rumah karaoke gak ada izinnya. Sampai detik ini kami masih menunggu itikad baik dari salah satu pemilik karaoke besar di Indonesia. Kalo nggak ada, akan kami meja hijaukan, masukin ke penjara, kala perlu hukumannya harus diperlakukan sama seperti para gembong narkoba, yaitu hukuman mati,” tegasnya.

Ia nampaknya, nggak main-main dengan semua ucapannya. Bahkan Rahayu siap mempertaruhkan nyawanya.

“Saya taksir kerugian musik Indonesia akibat pembajakan mencapai sekitar 10 triliun. Nagaswara adalah label yang paling banyak artisnya. Taro lah Nagaswara memiliki kue 20 % dalam market share, artinya kerugian kami kurang lebih sekitar 2 triliun. Saya harap pelaku industri lain nggak cuma menonton dan menunggu. Ayo kita berantas sampai tuntas. Untuk memerangi pembajak sampai ke akarnya, saya siap mati,” semprot Rahayu Kertawiguna.

(@edofumikooo)