Semua tulisan dari Doddy Irawan

Zara Leola, Putri Enda Ungu yang Kariernya Bakal Mendunia (1)

Kamarmusik.net, JAKARTA – Putri sulung Enda Ungu lagi jadi perbincangan hangat di social media, gara-gara aksi dance nya yang swag abiezzz di video musik “Move It”. Gadis berusia 10 tahun itu bernama Zara Leola.

Siapa dia? Kita kenalan yuksss. Pemilik nama lengkap Azahra Leola Wicuda ini ternyata nggak hanya mengeluarkan single. Bernaung di bawah NSG Music, Zara telah meluncurkan mini album lho. Selain “Move It”, cewek yang doyan menyantap pizza dan salmon ini juga mengenalkan beberapa lagu lain seperti “Bounce with Me” dan “Let’s Be Happy”. Karya Zara udah bisa kamu nikmati di iTunes dan berbagai aplikasi video streaming.

Perlahan, Zara Leola bergerak untuk mengenalkan karya hip hop nya secara luas ke masyarakat. Belum lama ini, ia melakoni sesi interview di beberapa radio Jakarta dan Surabaya. Berbagai media nasional telah menghidangkan berita kehadiran siswi JAC School ini di industri musik. Tanggal 5 dan 6 November kemarin, Zara perform di Summarecon Mal Bekasi dan Ciputra World Surabaya. Undangan untuk tampil di teve, mulai berdatangan.

Tubuh Lebih Lentur dan Fleksibel, Zara Leola Ungkap Rahasianya

Zara Leola, Putri Enda Ungu yang Kariernya Bakal Mendunia (1)

Sejak usia 3 tahun, gadis manis berlesung pipi ini mulai latihan balet. Setelah itu, Zara mengalihkan perhatiannya ke modern dance. Hobi dancing yang ia tekuni setiap hari, telah membuahkan puluhan piala penghargaan bergengsi.

“Awalnya banget ya itu, aku latihan balet. Mulai umur 5 sampai 7 tahun, baru aku mendalami modern dance. Zara kemudian ingin mencari suasana baru lewat hip hop dance. Ternyata, sangat fun. Banyak yang bilang badan aku lentur dan fleksibel. Umur 8 tahun, aku pindah tempat les danmenekuni hip hop deh sampai sekarang,” terang pemilik akun Instagram @zara_leola_official dengan 23 ribu jumlah pengikut.

Di akun Instagramnya, Zara kerap mengunggah video hasil koreografi kreatifnya. Tanpa malu-malu, ia juga berbagi tutorial seputar variasi gerakan hip hop dance. Setiap posting videonya, berbalas ratusan komentar dan ribuan love.

Apakah ia menurunkan darah seni ayahnya? Naluri musik Zara Leola tumbuh natural tanpa intervensi. Enda Ungu dan istrinya, Eka Wilestari, yang mengetahui talenta dahsyat putrinya, mengarahkan Zara untuk mempertajam koreografi.  Zara lalu dilatih secara intensif oleh koreografer Mikael Rendy Halim dari Forever Dance Center.

“Sejak kecil, aku suka banget gerak-gerak. Nggak tahu, gerakan apa. Mama dan papa mengarahkan aku untuk belajar dance. Dari situ, aku bisa bebas berekspresi melakukan variasi gerakan dengan sesuka hati,” cerita Zara yang menyukai pelajaran Art, Music, dan IPA.

Sering Menang Lomba, Padahal Lawannya Orang-Orang Dewasa

Zara Leola, Putri Enda Ungu yang Kariernya Bakal Mendunia (1)

Selayaknya penampilan panggung penyanyi hip hop, Zara pun nggak sendirian. Ia memiliki tim solid bernama KitKat Kids yang menambah harmonisasi gerakan dance nya makin bernyawa. Mereka adalah Ashley, Adelle, Kristof, dan Kim. Sebelum Zara merilis album, KitKat Kids sering tampil memukau di berbagai lomba dan panggung di Jakarta.

“Kalo tampil sama KitKat Kids ya lumayan sering. Beberapa kali kami ikut lomba tingkat nasional, salah satunya event Body Groove. Hampir semua kompetitornya orang dewasa. Ibaratnya, aku berkompetisi dengan guru sendiri. Aku udah mikir nggak akan menang. Setelah kami perform, semua yang nonton pada tepuk tangan. Kami dapat juara 3 kategori umum di Dance Crew Competition Body Groove 2015,” terang cewek kelahiran Jakarta, 16 Agustus 2006.

Anugerah Terindah yang Memuluskan Zara Leola Menjadi Penyanyi Profesional

Zara Leola, Putri Enda Ungu yang Kariernya Bakal Mendunia (1)

Kalau ditarik benang merah, kesuksesan Zara menembus dapur rekaman nggak lepas dari berkah atas kehadiran adiknya, Azahlya Latifa, yang lahir pada 28 Januari 2016 lalu. Dua bulan setelah itu, Zara diajak bertemu oleh NSG, produser yang menciptakan semua lagu di mini albumnya. NSG yang memiliki nama asli Nutyas Surya Gumilang itu udah lama memantau Zara Leola lewat postingan Instagram sahabatnya, Enda Ungu.

NSG sendiri banyak berkontribusi dalam melejitkan penyanyi seperti Indah Dewi Pertiwi, Citra Scholastika, Rinni Wulandari, dan banyak lagi. Rapper lulusan jurusan Musik di Kingston University itu adalah alumnus program perdana The Remix NET TV. Saat Zara bertemu dengan NSG, obrolan keduanya langsung cepat cair.

“Enda nanya, apa Zara serius mau nyanyi? Nada suara dia lumayan tinggi sih. Kalau iya, NSG tertarik membuatkan lagu,” ungkap Eka menceritakan obrolan awal suaminya dengan NSG yang sangat yakin sama potensi Zara.

Zara Leola, Putri Enda Ungu yang Kariernya Bakal Mendunia (1)

Papa dan mamanya menegaskan kalau mereka nggak pernah memaksakan kehendak supaya anaknya harus menjadi artis. Semua pilihan dan keputusan kembali ke Zara. Ketika putrinya yakin dan siap menjalankan ini dengan serius, otomatis segala kebutuhan perform harus ditata lebih maksimal. Zara pun mengiyakan tawaran untuk rekaman.

“Iya, meeting pertama sama NSG itu bulan Maret 2016, atau dua bulan setelah si kecil lahir. Zara bersama Enda bertemu NSG di sebuah mal di Jakarta. Saat itu Zara diminta untuk menyanyikan reffrain lagu ‘Move It’. Hanya butuh waktu 15 menit, Zara langsung menemukan feel dari lagu tersebut” sambung Eka.

Bersambung…

(@edofumikooo)

 

Fare Lyla Menyutradarai Video Musik Dalam Dua Kisah, Ini Cerita Gokilnya

Kamarmusik.net, JAKARTA – Tanggal 1 November kemarin, grup band Lyla melakoni syuting video musik terbaru mereka yang berjudul “Dalam Dua Kisah”. Naga, Fare, Dennis, Dharma, dan Difin memilih kota Bandung sebagai lokasi untuk memvisualisasikan adegan demi adegan cerita lagu yang mejeng di album Ga Romantis ini. Banyak hal menarik dari balik layar penggarapan video musik ini yang bakal Kamar Musik ungkap nih. Apa aja ya?

Pertama, sosok sutradaranya. Ahaaa… dia adalah Fare Adinata! Khusus di video musik “Dalam Dua Kisah”, sang gitaris bertukar peran menjadi sutradara. Fare bertanggungjawab penuh dalam menentukan angle gambar dan mengarahkan blocking seluruh talent. Sebuah handuk kecil pun melilit di lehernya, khas sutradara professional deh.

Fare Jadi Sutradara di Video Musik Dalam Dua Kisah, Intip Cerita Gokilnya

Kedua, sosok pemeran utamanya: si Keren vs si Culun. Dennis Rizky kudu beradu akting dengan Indra Perdana Sinaga. Keduanya terlihat begitu menghayati peran mereka sebagai anak SMA yang beda genre tongkrongan. Yang satu si beken dengan styling gaul dan keren, satunya lagi si kutu buku dengan penampilan cupu.

Fare Jadi Sutradara di Video Musik Dalam Dua Kisah, Intip Cerita Gokilnya

Ketiga, sosok asisten sutradara dan extras. Lyla melibatkan Lyla Community (fans) di video musik “Dalam Dua Kisah”. Potret keharmonisan antara idola dengan penggemarnya. Di kursi astrada, Tania Nisfanjani membantu tugas Fare. Sementara yang menjadi extras adalah Anisa Oktiana, Virna, Rere Aeninoor, Husni Thamrin, dan Bella Vista.

Kuintet asal Pekanbaru ini mengakui bahwa “Dalam Dua Kisah” merupakan video musik pertama yang melibatkan personel Lyla di belakang layar. Tongkrongin nih hasil interview seru Kamar Musik dengan Naga Lyla.

Apa sih sebenarnya yang ingin disampaikan lewat lagu “Dalam Dua Kisah”?

Fare Jadi Sutradara di Video Musik Dalam Dua Kisah, Intip Cerita Gokilnya

Lagu “Dalam 2 Kisah” ini bercerita tentang permintaan maaf seorang kekasih yang pernah terjebak dalam cinta segitiga. Bagaimana ia akhirnya memilih untuk tidak bisa memilih salah satu dari keduanya.

Bagaimana proses kreatif di balik terciptanya lagu tersebut?

Proses kreatifnya dimulai dari penulisan lirik, kemudian buat rekaman demo, lalu ngejam bareng di studio membuat aransemen musiknya. Pada saat pengerjaan lagu ini, kami sharing dengan almarhum mas Khrisna Sadrach.

Seperti apa konsep, cerita, dan suasana syuting video musik “Dalam Dua Kisah”?

Fare Jadi Sutradara di Video Musik Dalam Dua Kisah, Intip Cerita Gokilnya

Konsep video musik ini dibuat semacam film pendek. Jadi nggak ada scene ngeband. Ceritanya tentang 3 orang yang bersahabat sejak SMA yang diperankan oleh Naga, Dennis, dan Luthya Sury. Jadi separo video musik ini, kami kembali memakai seragam putih abu-abu haha. Di situ, cinta segitiga dimulai antara 3 orang sahabat ini. Siapa yang bakal di pilih oleh Luthya? Tunggu hasilnya sebentar lagi ya, klipnya lagi di edit sama pak Fare hehehe…

Cerita gokil apa yang terjadi selama Fare menyutradarai video musik ini?

Fare Jadi Sutradara di Video Musik Dalam Dua Kisah, Intip Cerita Gokilnya

Proses pembuatan klip ini gokil abis. Ini pertama kali Lyla melibatkan personel band menjadi director, seru karena yang di direct teman sendiri. Kami banyak pindah-pindah lokasi selama di Bandung. Tantangannya ya bertarung dengan cuaca, kemacetan, sampai ada kejadian kami memencet bel rumah orang secara random. Kami minta tolong lorong rumahnya supaya boleh dipakai syuting karena nggak keburu pindah ke lokasi yang udah disiapkan hahaha…

(@edofumikooo)

Celoteh Kece Chandra Liow di Lagu Gapapa Jelek yang Penting Sombong

Kamarmusik.net, JAKARTA – Heran deh, kenapa sih social media malah menjadi ajang untuk saling mencela? Siapa yang nggak sedih dan sakit hati, kalo menyaksikan orang lain terus-menerus di bully. Sentilan kritis ini yang kemudian disampaikan Chandra Liow melalui sebuah lagu berjudul “Gapapa Jelek yang Penting Sombong”.

Dalam lagu bergenre hip hop ini, Chandra Liow berkolaborasi dengan Devina Aureel dan Eka Gustiwana. Inisiator Indovidgram ini menulis lirik lagu, mengambil gambar, sekaligus menyutradarai langsung video musik “Gapapa Jelek yang Penting Sombong”. Menurut pemilik nama lengkap Chandra Timothy Liow, musik bisa menjadi pelipur kegundahan hati hingga saluran pesan-pesan moral yang ingin disampaikan oleh para pelantunnya.

Pemeran Joe dalam film Single garapan Raditya Dika ini menghadirkan musik dengan kumandang syair-syair yang konyol namun positif. Lagu “Gapapa Jelek yang Penting Sombong” sepintas terdengar provokatif. Namun kandungan lirik yang to the point itu, laksana ingin melecut pendengarnya agar sadar dengan potensi diri. Kekurangan bukan menjadi halangan untuk menjadi yang terdepan. Tampang boleh minus, asal bakat plus-plus!

Ini Dia Pesan-Pesan Positif di Balik Syair Ciptaan Chandra Liow

Celoteh Kece Chandra Liow di Lagu Gapapa Jelek yang Penting Sombong

Coba deh kamu telusuri secara seksama pesan keren di balik lirik lagu “Gapapa Jelek yang Penting Sombong”. Berikut Kamar Musik rangkum beberapa penggalan lagunya, khusus buat kamu…

Berkarya jujur dan jangan bohong
Tunjukin mereka lo bukan tong kosong
Gak papa jelek yang penting sombong

Muka elo jelek
Saking jelek bikin yang lagi pacaran selek
Berantem karna kesel liat muka elo jelek
Sendal aja lebih ganteng it’s a fact

Dibully dibully tiap hari
Mau sampai kapan elo begini

Jangan marah itu salah
Diem aja juga salah

Mereka juga ngejudge luar dan dalam
Tiap minus pasti ada plus

(jalan keluarnya)

Lo harus sombong
Tunjukin kalo lo bukan tong kosong
Sombongkan bakat lo jangan cuma bengong

Let’s start do something
Jangan cuma bacot aja
Stop hating do something
Unjuk karya bukan cela

Karya gue jelek, karya gue hina
Buang kata-kata itu sekarang juga
Sombongkan karya lu itu langkah utama

Butuh media, udah sedia
Kita itu hidup di jaman sosial media
Kritik pedas jangan masuk ke hati
Koreksi diri jadikan motivasi

Sebuah wacana menyegarkan dengan motivasi bagus dari pria kelahiran 21 Juni 1993 ini buat para penikmat musik Indonesia yang lagi haus akan hiburan ringan. Lagu kreasi YouTuber keturunan Cina dan Manado ini mungkin bisa jadi alternatif cihuy buat kamu-kamu yang masih terkesima dengan kehebohan duet Young Lex dan Awkarin.

(@edofumikooo)

Deadsquad Libatkan Sederet Musisi Hebat di Album Terbaru, Siapa Hayo?

Kamarmusik.net, JAKARTA – Band metal Deadsquad menjanjikan album terbaru mereka tetap akan dirilis tahun 2016. Album ketiga yang berjudul Tyranation mengalami penundaan jadwal rilis yang direncanakan pada awal tahun kemudian mundur menjadi akhir tahun 2016. Salah satu pemicunya adalah padatnya jadwal manggung mereka termasuk show Deadsquad selama 5 hari di Jepang, baru-baru ini.

Cieee, yang baru balik manggung dari Jepang

Deadsquad Libatkan Sederet Musisi Hebat di Album Terbaru, Siapa Hayo?

Yaaa… band yang terbentuk di Jakarta 29 Agustus 2006 ini baru menyelesaikan Deadsquad Tyranation Over Japan 2016 dari tanggal 30 Oktober sampai 3 November 2016 kemarin. Setelah menghentak di Synchronize Fest pada Jumat malam (28/10), keesokan harinya Deadsquad langsung bertolak ke Negeri Sakura. Berikut Kamar Musik rangkum agenda manggung pasukan death metal ini selama di Jepang.

Daniel Mardhany (vokal), Stevie Item (gitar), Arslan Musyfia (bass), Karisk (gitar), dan Andyan Gorust (drum) itu mengawalinya di panggung Asakusa Death Fest (30/10) di Tokyo, Flower & Dragon (31/10) di Yokohama, Antiknock (1/11) di Shinjuku, Tokyo, Alive (2/11) di Kashiwa-Shi, Chiba, dan Heaven’s Door (3/11) di Sangenjaya, Tokyo. Di akun Instagram @deadsquad.official, mereka berfoto bersama Scarred, band death metal asal Luxembourg.

Pulang dari Jepang, Deadsquad bakal menyiapkan waktu khusus untuk meluncurkan album Tyranation yang telah rampung seluruh proses produksinya.

“Album udah ready, tinggal nyari tanggal baik. Kami sekalian pengin bikin showcase juga,” beritahu Stevie Item.

Kalau nggak ada perubahan, album anyar Deadsquad bakal memuat 10 lagu.

“CD udah jadi juga dan kami inginnya ya (akhir) tahun ini rilis,” sambung kakak ipar aktor Iko Uwais ini.

Ada Sujiwo Tejo sampai Dewa Budjana di album terbaru Deadsquad

Deadsquad Libatkan Sederet Musisi Hebat di Album Terbaru, Siapa Hayo?

Sepuluh tahun sudah usia perjalanan bermusik Deadsquad. Dua album telah mereka gelindingkan yaitu Horror Vision (2009) dan Profanatik (2014). Semua orang pasti akan mengajukan pertanyaan begini, “Apa sih yang membedakan album baru ini dengan album-album Deadsquad sebelumnya?”.

Band yang telah melejitkan lagu macam “Pasukan Mati”, “Dominasi Belati”, “Merakit Sakit”, “Patriot Moral Prematur” ini jelas bakal bikin penggemarnya bahagia. Dari hasil kasak kusuk Kamar Musik, banyak seniman hebat yang khusus dilibatkan untuk membuat album ini menjadi sempurna.

Sebut saja Dewa Budjana, Andra Ramadhan, Sujiwo Tejo, Stephan Santoso, sampai Adam Koil. Di judul lagu mana aja para pesohor musik Indonesia itu menayangkan skill gokilnya? Tunggu tanggal main rilis album Tyranation yaaa…

(@edofumikooo)

Nuansa Etnik di Konser KLa Project yang Bikin Kamu Tak Bisa ke Lain Hati

Kamarmusik.net, JAKARTA – Bagi penggemar karya-karya KLa Project, segera lingkari deh tanggal 15 Desember 2016. Grup band fenomenal ini akan menggelar konser bertajuk Passion, Love, and Culture di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Kejutan apa yang bakal dipersembahkan Katon Bagaskara, Lilo, dan Adi Adrian?

Kla Project siap menggelar konser dengan mengedepankan sentuhan etnik!

“Saya dan temen-teman selalu bersemangat menghadirkan sesuatu yang berbeda. Kalau kebanyakan musisi menggabungkan etnik dan modern, namun etniknya yang mengikuti modern. Sekarang kami akan rombak lagu KLa Project jadi mengikuti instrumen etnik,” pungkas Adi Adrian di Jakarta, belum lama ini.

Dalam konser nanti, akan ada beberapa unsur karawitan yang dapat mewakili nyaris semua daerah di Indonesia. Instrumen tersebut di antaranya gamelan Jawa, Bali, Sunda, Batak dan lain sebagainya. Kebayang dong betapa indahnya kalau sederet hits KLa Project macam “Yogyakarta”, “Tentang Kita”, “Menjemput Impian”, “Tak Bisa ke Lain Hati”, dan “Terpurukku Di Sini” dihadirkan dengan bebunyian instrumen etnik?

“Harmoni alat musik tradisional itu kaya banget. Banyak harmoni yang ternyata nggak terdapat di gitar maupun kibor yang telah kami mainkan bertahun-tahun,” terang Adi.

28 Tahun Berkarya, KLa Project Mendadak Etnik?

Katon cs akan memainkan lagu-lagu yang diarasemen ulang mengikuti elemen musik daerah. Apa nggak ada lagu yang dikemas dalam balutan musik modern?

“Masih berproses, belum ada yang fixed. Yang pasti, konser ini akan Indonesia banget,” imbuh Adi.

Nggak gampang lho mendaur ulang lagu-lagu yang telah dimainkan hampir 3 dekade dengan sentuhan baru.

“Susah sih. Kalau nggak mau susah, ya nggak ada tantangannya dong,” ceplos sang kibordis.

“Alat musik tradisional kan nada-nadanya pentatonis, sementara lagu-lagu kami itu nadanya diatonis. Untuk konser ini, kami akan mengaransemen lagu kami mengikuti nada pentatonis,” sambung Adi.

Boleh jadi konser Passion, Love, and Culture ini akan menjadi hiburan paling berkesan di penghujung tahun 2016. Ayo deh, mulai dari sekarang hafalin lagi yukss lirik-lirik lagu KLa Project yang jadi favorit kamu.

(@edofumikooo)

Rilis Album Countdown, Joey Alexander Gandeng Saksofonis Chris Potter

Kamarmusik.net, JAKARTA – Kalau iya kamu adalah anak muda kekinian, pliss deh jangan buang waktu untuk jadi alay dan haters yang cuma berani nyinyir nggak jelas di social media. Ada baiknya kamu berpikir gimana bisa menjadi sosok yang menginspirasi dan membanggakan nama Indonesia di mata dunia, seperti Joey Alexander.

Di usianya yang masih sangat muda, nama pianis jazz cilik ini telah berkibar di panggung Grammy Award. Bahkan Joey Alexander sukses tampil memukau di hadapan 2 presiden Amerika Serikat, Bill Clinton dan Barack Obama. Ia juga mendapat kesempatan emas tampil sepanggung dengan musisi hebat dunia macam Adele, Bruno Mars, Ed Sheeran, sampai Taylor Swift. Media-media internasional pun berebut memberitakan kejeniusan skill bermusiknya.

Udah jenius, produktif pula! Baru-baru ini, Joey Alexander telah merilis album kedua yang berjudul Countdown. Sebuah album berisi lagu-lagu yang semakin menunjukkan perkembangan level bermusik cowok yang ultah setiap tanggal 25 Juni ini. Di salah satu lagunya, “‘Maiden Voyage”, Joey berkolaborasi dengan Chris Potter.

Pianis yang lahir di kota Denpasar ini juga menyuguhkan sederet lagu lain dengan komposisi musik yang ciamik. Kamar Musik merekomendasikan kamu untuk nongkrongin track keren seperti “Chelsea Bridge”, “Soul Dreamer”, “City Lights”, “Countdown”, dan “Sunday Waltz”. Boleh dibilang album ini merupakan cerminan kepercayaan diri dan kematangan musisi yang udah mahir main piano sejak usia 7 tahun ini sebagai seniman tingkat dunia.

Joey Alexander, Anak Ajaib Kebanggaan Indonesia yang Makin Mendunia

Rilis Album Countdown, Joey Alexander Gandeng Saksofonis Chris Potter

Album yang diproduksi oleh Motema Record, New York, ini jelas dan wajib untuk dikepoin. Apalagi album debutnya berjudul My Favorite Things yang dirilis pada 12 Mei 2015 lalu, meraup sukses.  Melalui album ini, Joey Alexander mendapatkan nominasi Grammy Award untuk dua kategori: Best Instrumental Jazz Album dan Best Jazz Solo Improvisation (lagu “Giant Steps” dari album My Favorite Things).

Siapa coba yang nggak merinding ketika diumumkan bahwa Joey merupakan artis pertama dari Asia Tenggara yang tampil di acara penghargaan bergengsi di dunia. Sebelum merilis album pertamanya, putra pasangan pasangan Denny Sila dan Farah Leonora Urbach ini menjadi kampiun di Master-Jam Fest 2013.

Nggak heran kalau Wynton Marsalis yang merupakan pemain terompet, pencipta lagu, dan musical director Jazz At Lincoln Center, mengundang Joey untuk mentas di Jazz At Lincoln Center tahun 2014. Joey juga pernah menggelar show di Montreal International Jazz Festival dan Newport Jazz Festival 2015. Keponakan penyanyi Nafa Urbach dan songwriter Alam Urbach ini tercatat sebagai artis Indonesia pertama yang karyanya nongkrong dalam Billboard 200.

Joey Alexander juga dilibatkan dalam pagelaran International Jazz Day All-Star Global Concert. Ia mempersembahkan komposisi “Footprints” bersama saksofonis Wayne Shorter dan bassist Esperanza Spalding. Kombinasi spektakuler 3 musisi dari 3 generasi berbeda di sebuah event yang diadakan UNESCO! Wayne Shorter yang berumur 80 tahun lebih, Esperenza Spalding yang berusia 3o tahun lebih, sementara Joey masih 12 tahun!

Semoga album Countdown ini bisa membuat Joey Alexander terus menorehkan segudang prestasi bergengsi di level internasional ya. Nah… buat para alay yang masih hobi nge-bully dan nyinyir, apa kalian nggak merasa tersindir?

(@edofumikooo)

Ada Rindu yang Tertahan di Balik Album Solitude Milik Gerald Situmorang

Kamarmusik.net, JAKARTA – Akhirnya, karya solo Gerald Situmorang muncul ke permukaan juga. Cowok kelahiran Jakarta 31 Mei 1989 ini resmi melepas debut album fisiknya yang bertitel Solitude. Perilisan album berisi 12 lagu itu dirayakan lewat pertunjukan bertajuk Nights of Solitude di RUCI Art Space, Jakarta Selatan, pada akhir bulan Oktober kemarin. Bassist Barasuara ini bulat memilih single “Old Storiesuntuk merepresentasikan albumnya.

Asal kamu tahu, sepak terjang pemilik nama lengkap Gerald Hiras Situmorang di dunia musik, keren abis deh. Musisi yang akrab disapa GeSit ini kerap tampil mengiringi Raisa dan Indra Lesmana dalam beberapa showcase. Gerald juga yang menjadi aktor cerdas di balik kehadiran album Dandelion milik penyanyi berwajah cantik Monita Tahalea.

Ada Rindu yang Tertahan di Balik Album Solitude Milik Gerald Situmorang

Gokilnya Gerald, ia juga terlibat di proyek duo, trio, kuartet, bahkan kuintet. Cowok yang mulai bermain gitar sejak usia 13 tahun ini tergabung di Sketsa dan memiliki album Childhood’s Dream dan Different Seasons bersama Dimas Wibisana. Ia juga menggagas proyek Gerald Situmorang Trio dan merilis album berjudul Time is the Answer.

Di Hemiola Quartet, Gerald menempati posisi gitaris ditemani 3 musisi muda di genre jazz modern: Gabriella Miranda, Kevin Yoshua, dan Dimas Pradipta. Hemiola Quartet juga melahirkan album bertitel Oddventure. Gerald juga termasuk dalam kuintet Monita Tahalea & The Nightingales. Belum lagi dengan Barasuara yang fenomenal lewat album yang berjudul Taifun. Uniknya, di sini Gerald Situmorang memegang instrumen bass.

Kegalauan Gerald Situmorang Tercurah di Album Solitude

Ada Rindu yang Tertahan di Balik Album Solitude Milik Gerald Situmorang

Sadis banget kan kalau melihat jam terbang Gerald Barasuara, upss… maksudnya Gerald Situmorang. Gitaris yang pernah belajar dari Nikita Dompas ini kemudian bertutur soal album Solitude yang karya-karyanya terinspirasi dari rumah drumer Barasuara, Marco Steffiano. Rumah sekaligus studio yang sangat mempengaruhi karya musik Gerald.

“Proyek musik ini tercetus ketika saya mengetahui akan kehilangan sebuah tempat yang begitu memiliki pengaruh besar untuk saya pribadi, yaitu rumah sahabat saya Marco Steffiano. Sebuah studio yang memberikan banyak inspirasi. Kurang lebih semua proyek musik yang saya jalankan, lahir dari ruangan itu. Entah mengapa aura, reverb, dan sound yang dihasilkan dari ruangan itu selalu menghasilkan keunikan tersendiri,” curhat Gerald bersedih.

Hampir semua track di album Solitude diberi judul dalam bahasa Inggris, kecuali “Menahan Rindu”. Lagu-lagu lain yang wajib digebet di album ini di antaranya “Why?”, “Familiar Song”, “Beautiful Story”, dan “Puzzles in Mind”.

Bungsu dari 3 bersaudara pasangan Guntur Humuntal Situmorang dan Fara Marina Siahaan ini pun memiliki harapan untuk bisa merilis album di luar negeri seperti para musisi jazz kebanggaan Indonesia macam Dewa Budjana, Tohpati, Simak Dialog, dan Joey Alexander.

(@edofumikooo)

Genap 17 Tahun, Yakin Nih Bastian Steel Pindah Koridor ke Lagu Mellow?

Kamarmusik.net, JAKARTA – Nggak gampang lho menancapkan imej baru sebagai penyanyi remaja. Kegalauan itu yang mengaduk-aduk perasaan Bastian Steel ketika tengah menyiapkan single terbarunya. Pendewasaan lirik bertema cinta dalam lagu ini berhubungan dengan transformasi dirinya menuju usia lebih matang. Apalagi mantan personel Coboy Junior ini telah genap berusia 17 tahun pada tanggal 21 September 2016 kemarin.

“Iya nih, aku kan juga pengin berubah. Lewat single kedua nanti, Babas ingin orang-orang tahu kalau aku sudah berumur 17 tahun. Soalnya, banyak orang yang menyangka kalau Babas masih SMP,” ungkapnya terbahak.

Pemilik nama lengkap Bastian Bintang Simbolon ini sedikit membocorkan tentang lagu barunya. Bastian menuturkan kalau ia ingin menyanyikan lagu cinta yang lebih dewasa dan lebih serius.

“Doain ya, semoga pembuatan lagunya berjalan lancar dan sukses. Yang pasti, single ini asyik lah dan beda banget sama lagu Babas kemarin yang temponya up beat,” ceplos cowok yang telah berakting di film 5 Elang, Jakarta Hati, Coby Junior The Movie, Comic 8, Suka Suka Super Seven: Habis Gelap Menuju Terang, dan Rudy Habibie.

Setelah memutuskan hengkang dari Coboy Junior pada 23 Februari 2014 lalu, Bastian membulatkan tekad untuk jadi penyanyi solo. Cowok yang kariernya melejit lewat drama musikal Laskar Pelangi itu melepas single perkenalan bertitel “Surat Izin Mencinta”. Berikutnya, Babas meluncurkan single berjudul “Juara di Hati”.  Lagu ciptaan Bemby Noor yang disebut Babas sebagai single pertama ini, menghadirkan konsep musik modern pop, disko, dan RnB.

Lewat lagu tersebut, cowok yang kini bermain di sinetron Mermaid in Love (season 2) ini mengakui seperti merintis karier dari nol lagi. Beda ketika Bastian merasakan puncak popularitas saat masih berseragam Coboy Junior. Untuk itu, pemilik 1,4 juta followers di Instagram ini nggak mau main-main dalam memilih lagu untuk karier solonya.

“Lagu baru nanti, aku penginnya sih berubah dari Bastian Steel yang sebelumnya. Iramanya lebih mellow yang bisa bikin baper. Ingin coba hal yang baru aja, bisa nggak aku bawain lagu baper gitu,” imbuh cowok yang sekarang juga meluaskan skill nya dengan menjadi co host di sebuah program acara televisi swasta.

Patut ditunggu nih single mellow penyanyi jebolan ajang Idola Cilik 2 ini. Menyanyikan lagu berirama slow jelas menjadi tantangan berat, karena sangat jauh dari zona nyaman Bastian Steel yang melekat dengan lagu-lagu up beat.  

(@edofumikooo)

Heals, Band Keren Asal Bandung Ini Masih Suka Mentas di Acara Sunatan

Kamarmusik.net, JAKARTA – Kota Bandung emang juara deh dalam melahirkan musisi tangguh dan jempolan. Heals, contohnya. Karya musik grup shoegaze ini layak banget untuk dinikmati secara luas. Paling anyar, single ketiga mereka yang berjudul “Myselves’. Padu padan shoegaze Jepang dengan racikan alternative ala Foo Fighters.

Heals merupakan kuintet yang memiliki personel Alyuadi Febryansyah (vokal/gitar), Reza Arinal (vokal/gitar), Muhammad Ramdhan (gitar), Octavia Variana (vokal/bass), dan Adi Reza (drum). Di akun Instagram @healsmusic, mereka juga membuka diri lho kalau ada yang mengundang tampil di acara wedding, sunatan, dan hajatan lainnya.

Mereka menceritakan penggalan proses terciptanya lagu “Myselves” yang dianggap masih sangat konvensional.

“Awalnya humming dulu, lalu direkam di handphone. Setelah tersimpan lumayan lama, akhirnya lagu itu ditumpahkan ke gitar dan disebar ke yang lain deh,” beritahu Alyuadi.

Proses lahirnya lagu “Myselves” boleh diibaratkan ala mahasiswa yang menggarap skripsi sistem kebut semalam.

“Bahkan, liriknya baru ditulis begitu kami mau merekam vokal,” lontar Octavia, satu-satunya personel paling cantik, yang menambahkan Heals juga menggunakan metode serupa waktu menciptakan singel kedua, “Wave”.

Persamaannya lagi nih, lagu “Myselves” dan “Wave” yang rilis sambung menyambung di tahun 2016 ini disertai artwork karya pelukis Arin Dwihartanto.

Imajinasi super liar dari Heals yang ada di lagu “Myselves”

Heals, Band Keren Asal Bandung Ini Masih Suka Mentas di Acara Sunatan

“Kami berfantasi tentang kondisi manusia yang memiliki dua jiwa di dalam raganya. Kemudian, kedua jiwa itu malah jatuh cinta satu sama lain,” Alyuadi gantian mengisahkan cerita menarik di balik hadirnya lagu “Myselves”.

Karya-karya mereka identik dengan distorsi riff gitar yang berlapis, suara dan efek yang unik. Belum lagi alunan vokal yang tenang sekaligus melodius. Dalam perjalanan musiknya, Heals banyak dipengaruhi oleh band macam Amusement Parks On Fire, My Vitriol, Cocteau Twins, Anne, The Depreciation, Tokyo Shoegazer dan Real Estate.

Perjuangan Heals bukan hasil yang didapat secara instan lho. Karya pertama mereka diluncurkan di ujung tahun 2014 lalu, judulnya “Void”. Tiga lagu telah meluncur dan lumayan dapat apresiasi yang positif. Hal ini yang kemudian bikin penasaran, apakah Heals akan memproduksi album penuh pertama mereka? Sepertinya sih, iya…

(@edofumikooo)

Tina Simanjuntak Ajak Lea Simanjuntak “Mengeroyok” Lelaki Tak Bernyali

Kamarmusik.net, JAKARTA – Cinta itu ya harusnya saling memiliki, bukan untuk saling menyakiti. Semua orang pasti akan berjuang untuk menemukan cinta abadi, definisi keutuhan cinta yang akan terus terbawa sampai mati. Apa jadinya kalau orang yang begitu kamu cintai, malah sering membuatmu sakit hati? Pertahankan atau tinggalkan? Jawabannya bisa kamu temui lewat single “Lelaki Tak Bernyali” milik Tina Simanjuntak.

Terkesan galau? Tenang, ini bukan lagu cinta menye-menye. Adik kandung Sophie Navita dan Lea Simanjuntak ini ingin menguatkan para perempuan di luar sana agar nggak mudah mengorbankan segalanya demi sebuah cinta.

Ini Tipe Lelaki yang Pantas Untuk Mendampingi Wanita Versi Tina Simanjuntak

Tina Simanjuntak Ajak Lea Simanjuntak "Mengeroyok" Lelaki Tak Bernyali

“Dari awal aku ingin punya pilihan lagu cinta yang menceritakan kalau cinta bisa gagal karena lelaki nya nggak bernyali dan nggak bermutu. Dalam situasi ini, perempuan pasti merasa sakit hati. Tapi, jangan nyerah gitu aja dong. Coba berjuang lagi. Masih banyak kok laki-laki bernyali di luar sana yang layak dan pantas untuk mendampingimu,” tutur Tina menceritakan lagu yang ia tulis keroyokan bersama Lea Simanjuntak dan Mario Liberty.

Single “Lelaki Tak Bernyali” menandai debut Tina Simanjuntak nyemplung ke industri musik Indonesia. Lagu ini terangkum di mini album berjudul 70 x 7 yang memuat 5 track. Selain “Lelaki Tak Bernyali”, ada 1 lagu berjudul “Selamat Jalan Cintaku” yang udah ada RBT nya dan bisa di download legal di berbagai digital platform. 

Ranah tarik suara bukan hal yang baru bagi Tina Simanjuntak. Kamu bisa menikmati duet cantik Tina dengan Lea Simanjuntak di lagu “A Dream is a Wish Your Heart Makes” di YouTube. Ia juga pernah berkolaborasi dengan kedua kakaknya lewat lagu “Kau Menangkan Hatiku”.

“Kalau di dunia nyanyi, sebenarnya aku udah nyemplung dari dulu. Aku sering menyanyi di berbagai event dan sangat mencintai dunia teater musikal, terutama Broadway Musical Plays. Aku sempat bergabung dengan Jakarta Broadway Singers dan pernah ikutan dalam pementasan drama musikal Bawang Merah Bawang Putih,” beber wanita kelahiran Singapura, 9 Oktober ini.

Ini yang Membuat Luluh Hati Tina Simanjuntak Untuk Terjun ke Industri Musik

Tina Simanjuntak Ajak Lea Simanjuntak "Mengeroyok" Lelaki Tak Bernyali

Pertanyaannya sederhana, mengapa Tina Simanjuntak akhirnya mau serius di dunia rekaman?

Maybe the passion was always there but i just needed a kick. Somebody who believes that i could do it. I guess everybody needs somebody else to believe in them. Memang rasa percaya diri amat sangat diperlukan. Dalam beberapa hal sebagai makhluk sosial, kita perlu dorongan dari orang terdekat. Motivasi itu hadir lewat sahabat saya, Mario Liberty,” curhat Tina Simanjuntak

Sahabatnya itu juga yang menciptakan seluruh lagu yang ada di mini album 70 x 7.

“Aku ingin menjalankan hidup dengan passion. Salah satu passion aku adalah musik, terutama nyanyi. Hal itu yang membuat aku mau menjalankannya. Ini cara aku mensyukuri atas talenta yang telah dibekali oleh Nya,” beritahu kakak dari Troy Bonar-do Christian Simanjuntak ini.

Penawaran Mario Liberty ia terima dengan syarat: Tina nggak mau menyanyikan lagu cinta yang menye-menye. Sahabatnya pun menyanggupi dan menyodorkan lagu “Lelaki Tak Bernyali”.

“Kami mulai menggarap single di bulan Februari 2016. Berhubung satu dan lain hal, aku merasa kurang cocok dengan aransemennya. Dari situ aku mencari music producer yang dapat membantu me masa kini kan lagu-lagunya. Sekitar bulan April, aku bertemu Barry Maheswara. Saat workshop, aku merasa pas dengan arahan musiknya yang lebih ke genre pop. Bulan Mei sampai Juni, aku rekaman deh,” lontar adik ipar dari musisi Pongki Barata tersebut.

Pengaruh dan Peran Lea Simanjuntak dalam Album 70 x 7 Milik Tina Simanjuntak

Tina Simanjuntak Ajak Lea Simanjuntak "Mengeroyok" Lelaki Tak Bernyali

Hal yang nggak kalah menarik adalah keterlibatan Lea Simanjuntak dalam proses rekaman.

“Aku beruntung karena Kak Lea sangat membantu penggarapan album ini menjadi lebih maksimal. Dia adalah vocal director sekaligus backing vocal untuk semua lagu,” terang anak ke-3 dari 4 bersaudara pasangan Jackson Simanjuntak dan Raphita Tobing ini.

Judul album ini mungkin bikin kamu bertanya-tanya deh. Apa sih sebenarnya makna filosofis di balik judul 70 x 7?

“Maknanya tentang pengampunan dan seberapa banyak kita harus memaafkan. Ini bukan sesederhana hitungan dalam Matematika yaitu 490. Tapi, seberapa banyak kita harus rela memaafkan dan let go atas sebuah kesalahan yang menimpa hidup kita. Karena yang sering terlupakan dalam kehidupan adalah forgive dan let go,” urai pengajar di sebuah komunitas homeschooling yang piawai membuat cake dengan lini bisnis bernama Quircakes.

(@edofumikooo)