Arsip Tag: katon bagaskara

Nugie Coba Mengurai Mata Rantai Karya Seni, Iklim Industri, dan Apresiasi

Kamarmusik.net, JAKARTA – Apa sih hubungan paling signifikan antara musisi, karya seni, dan industri? Yupss, apresiasi. Tanpa mendapatkan apresiasi, segenap pengorbanan yang dicurahkan musisi dalam memproduksi karya seni bercita rasa tinggi seakan nggak berarti. Selamat menikmati hidangan Topik Musik kami bersama Nugie.

Obrolan menarik ini mengalir begitu cair ketika Nugie melampiaskan keluh kesahnya seputar situasi industri musik terkini. Minimnya apresiasi terhadap seniman musik membuat adik kandung Katon Bagaskara ini dongkol bukan main. Perdebatan sengit pun terjadi ketika grup band The Dance Company ingin merilis album studio ke-3 mereka.

Nugie ngotot untuk tidak merilis album Keliling Dunia dengan segera. Pria yang ultah setiap tanggal 31 Agustus ini berpendapat bahwa The Dance Company sebaiknya menerapkan strategi merilis single per single saja. Apakah band yang ia bentuk bersama Ariyo Wahab, Baim, dan Pongki Barata ini positif nggak bakal meluncurkan album?

Sikap Tegas Nugie Menyikapi Karya Seni, Suasana Industri, dan Apresiasi

“Sebelum merilis single ‘Dance With You’, kami sempat tarik ulur soal konsep dalam merilis karya. Saya pokoknya nggak mau merilis album, tapi hanya single. Mengapa? Situasi industri saat ini lagi nggak enak. Percuma bikin album dengan banyak lagu, tapi promosinya nggak efektif. Yang dirilis masal paling cuma 1-2 lagu, terus nasib lagu lainnya gimana? Sayang kalau konsentrasi dengan produksi yang bagus, tapi hasilnya nggak diapresiasi,” sesal Nugie.

Rekan-rekannya di The Dance Company yang awalnya memperdebatkan, perlahan ikut menyepakatinya.

“Karya seni harus punya kelas tersendiri. Jangan disamakan dengan produk masif seperti sabun. Ketimbang karya jadi sia-sia, lebih baik dimatangkan strateginya. Kami udah punya 3 lagu, nambah 1 lagu, lalu muncul 1 lagu lagi. Lima lagu ini mewakili kami sekarang. Akhirnya muncul kesepakatan. Boleh ngeluarin album, asal harganya mahal sekalian. Itu nanti, setelah single demi single rilis. Pak Rahayu Kertawiguna dari Nagaswara pun setuju,” jelasnya.

‘Trauma’ yang Membuat Pemikiran Nugie Berubah Soal Konsep Merilis Karya Seni

Sikap Tegas Nugie Menyikapi Karya Seni, Suasana Industri, dan Apresiasi

Kegalauan Nugie bukan tanpa alasan. Sekitar 3,5 tahun lalu The Dance Company merilis album kedua mereka berjudul Happy Together. Sayang, gaung album itu nggak sekencang waktu mereka meluncurkan album The Dance Company tahun 2009 lalu. Banyak lagu di album Happy Together nggak dipromosikan dengan maksimal, bahkan mengendap begitu saja. Sejak itu, The Dance Company terpaksa memilih jalur independen alias no label.

“Album Happy Together, jujur nggak menjadi sesuatu yang dikenal masyarakat. Padahal kami selalu ngeluarin apa yang sesuai dengan selera masyarakat. Lagu-lagu di album tersebut sebetulnya punya kans luar biasa untuk meledak. Untuk itu di album ini, kami harus meramu langkah biar kedongkolan itu bisa diendapkan,” curcol Nugie.

Seiring perjalan waktu The Dance Company dipertemukan kembali dengan Pak Rahayu. Nagaswara kemudian memberikan kebebasan penuh kepada kami dalam berkarya alias nggak ada ikut campur sama sekali. Berangkat dari kepercayaan itu, Nugie dkk kembali ‘rujuk’ dengan label yang mendukung mereka sejak zaman “Papa Rock n Roll”.

“Kami bilang ke Nagaswara boleh mengeluarkan album tapi sekalian yang deluxe package. Mau laku cuma 50 atau 100 keping, ya nggak papa. Dari situ kami bisa melihat seberapa besar apresiasi masyarakat terhadap The Dance Company,” ulas Nugie yang pernah berakting di film Sang Pemimpi, Hati Merdeka, dan Jendral Soedirman.

Sebenarnya nggak ada alasan untuk kamu nggak memiliki album Keliling Dunia. Album yang bakal dikemas sangat menarik ini nggak hanya berisi 5 track keren, tapi juga banyak bonus plus plus yang bisa didapatkan.

“Band ini nggak main-main lho. Band yang semua personelnya adalah vokalis, semuanya berkarier solo, kemudian merger dalam sebuah band. Yang kayak gini nggak ada lagi di dunia, boleh di googling. Maka dari itu, saya nggak mau diapresiasi secara ecek-ecek. Aku menularkan kepercayaan diri ke teman-teman. Prinsip hepinya harus sama-sama,” ceplos musisi yang memiliki kepedulian sangat tinggi terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ini.

(@edofumikooo)

 

Nuansa Etnik di Konser KLa Project yang Bikin Kamu Tak Bisa ke Lain Hati

Kamarmusik.net, JAKARTA – Bagi penggemar karya-karya KLa Project, segera lingkari deh tanggal 15 Desember 2016. Grup band fenomenal ini akan menggelar konser bertajuk Passion, Love, and Culture di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Kejutan apa yang bakal dipersembahkan Katon Bagaskara, Lilo, dan Adi Adrian?

Kla Project siap menggelar konser dengan mengedepankan sentuhan etnik!

“Saya dan temen-teman selalu bersemangat menghadirkan sesuatu yang berbeda. Kalau kebanyakan musisi menggabungkan etnik dan modern, namun etniknya yang mengikuti modern. Sekarang kami akan rombak lagu KLa Project jadi mengikuti instrumen etnik,” pungkas Adi Adrian di Jakarta, belum lama ini.

Dalam konser nanti, akan ada beberapa unsur karawitan yang dapat mewakili nyaris semua daerah di Indonesia. Instrumen tersebut di antaranya gamelan Jawa, Bali, Sunda, Batak dan lain sebagainya. Kebayang dong betapa indahnya kalau sederet hits KLa Project macam “Yogyakarta”, “Tentang Kita”, “Menjemput Impian”, “Tak Bisa ke Lain Hati”, dan “Terpurukku Di Sini” dihadirkan dengan bebunyian instrumen etnik?

“Harmoni alat musik tradisional itu kaya banget. Banyak harmoni yang ternyata nggak terdapat di gitar maupun kibor yang telah kami mainkan bertahun-tahun,” terang Adi.

28 Tahun Berkarya, KLa Project Mendadak Etnik?

Katon cs akan memainkan lagu-lagu yang diarasemen ulang mengikuti elemen musik daerah. Apa nggak ada lagu yang dikemas dalam balutan musik modern?

“Masih berproses, belum ada yang fixed. Yang pasti, konser ini akan Indonesia banget,” imbuh Adi.

Nggak gampang lho mendaur ulang lagu-lagu yang telah dimainkan hampir 3 dekade dengan sentuhan baru.

“Susah sih. Kalau nggak mau susah, ya nggak ada tantangannya dong,” ceplos sang kibordis.

“Alat musik tradisional kan nada-nadanya pentatonis, sementara lagu-lagu kami itu nadanya diatonis. Untuk konser ini, kami akan mengaransemen lagu kami mengikuti nada pentatonis,” sambung Adi.

Boleh jadi konser Passion, Love, and Culture ini akan menjadi hiburan paling berkesan di penghujung tahun 2016. Ayo deh, mulai dari sekarang hafalin lagi yukss lirik-lirik lagu KLa Project yang jadi favorit kamu.

(@edofumikooo)