Arsip Tag: AMI Awards

Mantan Ngajak Balikan? Vivien Vania Kasih Solusi di Lagu Penak Jamanku

Kamarmusik.net, JAKARTA – Pernah mengalami momen ditinggal pergi sama pacar yang kamu sayangi? Nyesek, pastinya deh. Apalagi orang yang kamu cintai langsung menclok ke lain hati. Di saat udah bisa move on dan mau membuka lembaran baru, eh dia minta balikan lagi. Terima atau abaikan? Biar nggak bimbang dalam mengambil keputusan, ada baiknya dengerin single terbaru Vivien Vania berjudul “Penak  Jamanku”.

Lagu ciptaan Jaya Shalwa ini bisa jadi mewakili kegalauan yang kamu rasakan. Hal menarik dari single kedua Vivien di label Nagaswara ini, sang penulis lagu sangat jeli menangkap “meme” yang berkembang di masyarakat yaitu kata Penak Jamanku. Please ya, lagu ini nggak ada kaitannya dengan dunia politik.

Vivien Vania Bikin Skak Mat Cowok-Cowok yang Hobi Meninggalkan Pacarnya

Mantan Ngajak Balikan? Vivien Vania Kasih Solusi di Lagu Penak Jamanku

Single “Penak Jamanku” ini pure nyurhatin soal cowok yang ingin balikan dengan mantan kekasihnya. Padahal, cowok ini dengan tanpa bersalah telah mencampakkan pacarnya demi cewek lain. Setelah semuanya berubah, cowok ini minta maaf dan berharap bisa kembali ke cewek yang telah ditinggalkannya. Nggak mau terperosok ke jurang yang sama, cewek itu balik menyindir dengan santai, masih “Penak  Jamanku” toh?

Lagu “Penak Jamanku” millik Vivien Vania bisa kamu temukan dengan cara mendownload album DanceDhut Nation 2016 lewat Volup. Paduan cengkok dangdut yang aduhai dari suara merdu Vivien dan untaian lirik yang dalam ini siapa tahu bisa menjadi kunci jawaban dari segala masalah di atas.

FYI, Vivien Vania merupakan penyanyi multi talenta lho. Wanita yang juga jago ngemsi ini ternyata juga pandai bernyanyi keroncong, pop, dan melayu. Jangan ragukan kemampuan Vivien di dunia tarik suara. Wanita lulusan jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gajah Mada ini udah mulai bernyanyi sejak kelas 4 SD.

Di awal meniti karier, Vivien sempat mengais hoki di genre pop dan keroncong. Begitu masuk SMP, ia bulat memutuskan untuk fokus di jalur musik dangdut. Tekadnya menembus industri rekaman terus bergelora. Vivien Vania memperkaya jam terbang nyanyinya dengan mentas dari pangung ke panggung di daerah Yogyakarta.

Pada tahun 2001, ia sukses masuk dapur rekaman. Prestasi membanggakan ia torehkan 3 tahun kemudian. Bersama  penyanyi Beniqno, Vivien Vania berhasil memboyong anugerah AMI Awards untuk kategori Duet Melayu Terbaik 2004 lewat lagu “Jinak Jinak Merpati”. Te-o-pe!

Single “Penak Jamanku” adalah single ke-2 Vivien bersama Nagaswara. Sebelumnya, ia pernah meluncurkan single “Basah Basah” ciptaan Endang Raes. Lagu yang sebelumnya pernah sukses dibawakan oleh Hesty Damara. Jauh sebelumnya, penyanyi bernama lengkap Erfin Damayanti ini pernah menggelontorkan single “Takut Sama Istrimu”. Berkat lagu yang awalnya berjudul “Wedi Karo Bojomu” itu, kualitas vokal Vivien semakin matang dan terasah.

So, penyesalan emang sering muncul belakangan. Kalau mantan yang pernah mencabik-cabik perasaan kamu tiba-tiba datang dan ngajak balikan, udah tahu dong kamu harus menjawab apa?

(@edofumikooo)

Seno M Hardjo Berbagi Tips Dalam Merawat Musik Indonesia

Kamarmusik.net, JAKARTA – Nama Seno M Hardjo banyak kita lihat dalam credit title di beberapa sampul album musisi kita.  Seno M Hardjo mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk kemajuan musik Indonesia, baik sebagai produser di perusahaan rekaman miliknya ataupun sebagai Board of Directors dari Yayasan Anugerah Musik Indonesia.

Kenapa ia melakukan itu semua? Sedikit banyak terjawab dalam wawancara bersama Kamar Musik

Boleh ditulis mas, nama lengkap dan tanggal lahir?

Suseno Muljadi Hardjo. Untuk memudahkan jadi Seno M. Hardjo. Tanggal 1 Maret (tahunnya dirahasiakan) hehehe…

Mas Seno M Hardjo telah memberikan banyak kontribusi untuk dunia musik Indonesia, baik sebagai produser maupun sebagai tokoh di belakang AMI Award. Boleh cerita apa yang mendasari mas terjun ke dunia musik?

Saya mengawali karier di industri musik dengan menjadi wartawan (Kartini Group). Terus menulis di Hai, Kompas, News Musik, dan lain lain. Setelah itu, karena dorongan magma di jiwa (eits… hehehe), saya memproduksi musik dengan gerakan ‘indie’. Pertama kali saya memproduksi album KUBIK (1999), menyusul Cherry Bomshell dan Ipang. Karena lingkungan saya musisi legenda, saya mendaur ulang karya original mereka ditambah beberapa lagu baru. Akhirnya saya rilis dalam kapasitas The Best of seperti Dian Pramana Poetra, Utha Likumahuwa, Titi DJ, Malyda, Ita Purnamasari, Fariz RM, Harvey Malaihollo hingga Elfa’s Singers dan lain lain. Saya bermimpi memiliki label musik legenda, seperti Rhino Records (USA). Tapi untuk sementara, tekad saya membuatkan album the best bagi semua musisi 80-90an, saya hentikan dulu. Karena kesibukan saya di AMI Awards sebagi BoD, senior publicist di sendratari “Matah Ati” dan berbagai aktivitas bisnis kecil lainnya. Selain investasi di musik (rekaman) saat ini kurang menguntungkan. Modal baliknya lamaaa banget…. hikksss…

Sebagai produser musik, Bagaimana pendapat mas Seno melihat kondisi musik sekarang? Bisakah ini membaik?

Nggak bisa dipungkiri, Musik di seluruh benua juga lagi ‘sakit’. Bisa diperbaiki? Tentu bisa. Tergantung pelaku industrinya juga. Di Malaysia, seorang Sheila Majid bisa merilis album the best hampir 2 tahun sekali. Record label-nya membuat paket penjualan album original-nya. Di Indonesia, record label-nya termasuk ‘cengeng’ dan pemalas. Meratapi runtuhnya RBT terus. Mereka harusnya bangun dan memberdayakan ‘harta’ yang ada untuk dirilis kembali. Album by album original Vina Panduwinata, Dian Pramana Poetra, Harvey Malaihollo, Titi DJ dan grup2 besar seperti Krakatau, Kla Project dll – harusnya masih bisa dirilis ulang. Hasilnya emang nggak seberapa. Tapi kalau kuantitas serial albumnya ratusan, besar juga margin dan keuntungannya. Selain untuk menggairahkan outlet CD yang semakin hari makin merana karena pasokan materinya juga memble. Ayolah, masak 2 album original Atiek CB dirilis di Malaysia, sementara record label-nya di Indonesia nggak tau…

Kenapa masih banyak mendapat resistensi, bahkan dari musisinya sendiri?

Seno M Hardjo Berbagi Tips Dalam Merawat Musik Indonesia

AMI Awards itu pencatat sejarah musik Indonesia. Dengan sikap yang jelas, mensupport musik yang ber ‘vitamin’. Sudah masuk gelaran yang ke XV tahun 2002. Kami nggak tergoda untuk komersial dengan melibatkan SMS, karena sistem pemilihan di AMI Awards adalah academy system. Resistensi untuk sebuah ajang awarding di mana-mana ada pro dan kontra. Kami memperbaikinya dari tahun ke tahun. AMI Awards memberikan independensi kepada Tim Kategorisasi yang dibentuk untuk mendukung hal tersebut. Dan para musisi, pengamat musik dan orang record label yang kami undang sebagai anggota tim, bekerja keras dengan kejujuran, loyalitas, dan kapabilitas yang mumpuni. Kebetulan tahun ini Tim Kategorisasinya adalah nama-nama yang prinsipal. Ada Syaharani, Pongki Barata, Beng Beng Pas Band, Makki Parikesit, Ernest Cokelat, Buddy Ace, Bens Leo, Andy Julias, Vina Prihanjono, Mohammad Akbar, Kristanto Gunawan, Octav Panggabean, Teges Prita Soraya dll.

Penyelenggaraan AMI Award 2012 ini tentunya bukan hal mudah ya mas?

AMI Awards XV/2012 kami pentaskan di RCTI tanggal 4 Juli 2012 dan berjalan sukses. Tahun ini, kami berhasil memanggungkan berbagai genre musik. Dari Keroncong, Anak-anak, dan Dangdut. Kami juga panggungkan para pemenang dalam konser AMI Awards Terbaik Terbaik, tanggal 9 Juli 2012. AMI Awards XVI/2013 akan kami gelar dengan lebih baik tentunya mulai dari sistem pendaftaran, publikasi, dan kategorisasi. Beberapa pemikiran original tentang malam Gala AMI Awards juga sudah kami dapatkan. Ajang ini memberi ruang, khususnya kepada saya dan umumnya para musisi, untuk tampil beda dan menjunjung jati diri kepemusikannya.

Sebagai pengamat musik yang lama di industri, apa yang perlu dilakukan agar musisi bertahan kariernya dan nggak “kesusahan” di masa tuanya?

Kualitas dan kemampuan membaca tren pasar, itu wajib dimiliki musisi. Hal penting lainnya adalah kolaborasi dengan lintas genre musik dan lintas generasi. Untuk menyambut masa tua, sebaiknya musisi menyisihkan penghasilannya untuk asuransi kesehatan dan pendidikan buat anak-anaknya.

Terima kasih mas Seno M Hardjo, Kamar Musik dukung perjuangannya!