Arsip Tag: music

Rilis Album Countdown, Joey Alexander Gandeng Saksofonis Chris Potter

Kamarmusik.net, JAKARTA – Kalau iya kamu adalah anak muda kekinian, pliss deh jangan buang waktu untuk jadi alay dan haters yang cuma berani nyinyir nggak jelas di social media. Ada baiknya kamu berpikir gimana bisa menjadi sosok yang menginspirasi dan membanggakan nama Indonesia di mata dunia, seperti Joey Alexander.

Di usianya yang masih sangat muda, nama pianis jazz cilik ini telah berkibar di panggung Grammy Award. Bahkan Joey Alexander sukses tampil memukau di hadapan 2 presiden Amerika Serikat, Bill Clinton dan Barack Obama. Ia juga mendapat kesempatan emas tampil sepanggung dengan musisi hebat dunia macam Adele, Bruno Mars, Ed Sheeran, sampai Taylor Swift. Media-media internasional pun berebut memberitakan kejeniusan skill bermusiknya.

Udah jenius, produktif pula! Baru-baru ini, Joey Alexander telah merilis album kedua yang berjudul Countdown. Sebuah album berisi lagu-lagu yang semakin menunjukkan perkembangan level bermusik cowok yang ultah setiap tanggal 25 Juni ini. Di salah satu lagunya, “‘Maiden Voyage”, Joey berkolaborasi dengan Chris Potter.

Pianis yang lahir di kota Denpasar ini juga menyuguhkan sederet lagu lain dengan komposisi musik yang ciamik. Kamar Musik merekomendasikan kamu untuk nongkrongin track keren seperti “Chelsea Bridge”, “Soul Dreamer”, “City Lights”, “Countdown”, dan “Sunday Waltz”. Boleh dibilang album ini merupakan cerminan kepercayaan diri dan kematangan musisi yang udah mahir main piano sejak usia 7 tahun ini sebagai seniman tingkat dunia.

Joey Alexander, Anak Ajaib Kebanggaan Indonesia yang Makin Mendunia

Rilis Album Countdown, Joey Alexander Gandeng Saksofonis Chris Potter

Album yang diproduksi oleh Motema Record, New York, ini jelas dan wajib untuk dikepoin. Apalagi album debutnya berjudul My Favorite Things yang dirilis pada 12 Mei 2015 lalu, meraup sukses.  Melalui album ini, Joey Alexander mendapatkan nominasi Grammy Award untuk dua kategori: Best Instrumental Jazz Album dan Best Jazz Solo Improvisation (lagu “Giant Steps” dari album My Favorite Things).

Siapa coba yang nggak merinding ketika diumumkan bahwa Joey merupakan artis pertama dari Asia Tenggara yang tampil di acara penghargaan bergengsi di dunia. Sebelum merilis album pertamanya, putra pasangan pasangan Denny Sila dan Farah Leonora Urbach ini menjadi kampiun di Master-Jam Fest 2013.

Nggak heran kalau Wynton Marsalis yang merupakan pemain terompet, pencipta lagu, dan musical director Jazz At Lincoln Center, mengundang Joey untuk mentas di Jazz At Lincoln Center tahun 2014. Joey juga pernah menggelar show di Montreal International Jazz Festival dan Newport Jazz Festival 2015. Keponakan penyanyi Nafa Urbach dan songwriter Alam Urbach ini tercatat sebagai artis Indonesia pertama yang karyanya nongkrong dalam Billboard 200.

Joey Alexander juga dilibatkan dalam pagelaran International Jazz Day All-Star Global Concert. Ia mempersembahkan komposisi “Footprints” bersama saksofonis Wayne Shorter dan bassist Esperanza Spalding. Kombinasi spektakuler 3 musisi dari 3 generasi berbeda di sebuah event yang diadakan UNESCO! Wayne Shorter yang berumur 80 tahun lebih, Esperenza Spalding yang berusia 3o tahun lebih, sementara Joey masih 12 tahun!

Semoga album Countdown ini bisa membuat Joey Alexander terus menorehkan segudang prestasi bergengsi di level internasional ya. Nah… buat para alay yang masih hobi nge-bully dan nyinyir, apa kalian nggak merasa tersindir?

(@edofumikooo)

Wima J-Rocks: Seorang Bassist Ibarat Seekor Kucing

Kamarmusik.net, JAKARTA – Ada sebuah lelucon yang pernah diucapkan John Paul Jones, bassist Led Zepellin saat menerima penghargaan Rock and Roll Hall Of Fame 1995, “Thank you to my friends for finally remembering my phone number,”. Seperti halnya lelucon yang cerdas, ada kebenaran yang bisa kita pelajari dari lelucon tersebut.

Bassist atau pemain bass adalah personil yang paling sering dilupakan atau dikesampingkan dibandingkan personil lainnya. Namun sebenarnya, suka atau tidak, keberadaan seorang bassist di sebuah band sangat vital.

Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa ada banyak alasan kuat mengapa sebuah musik membutuhkan suara bass. Karena itu, sudah seharusnya kita mulai menghormati keberadaan pemain bass mulai sekarang.

Seorang bassist memiliki peran penting membangun sebuah harmoni dan arah melodi dari sebuah musik. Dalam sebuah melodi lagu, bass biasanya berperan sebagai chord. Namun note bass itu sendiri tidak selalu menunjukkan sebuah chord dasar, karena bass dapat mengontrol sebuah harmoni chord melalu notesnya. Keren kan..

Benarkah Posisi Gitaris Lebih Favorit Ketimbang Bassist?

Wima J-Rocks: Seorang Bassist Ibarat Seekor Kucing

Dibutuhkan kriteria khusus bagi seseorang untuk menjadi pemain bass, itulah mengapa jumlahnya lebih jarang dibanding gitaris. Banyak orang bisa memainkan alat musik bass, tapi itu tidak lantas menjadikan orang itu sebagai seorang bassist. Ada beberapa kualitas tertentu yang dimiliki oleh pemain bass, yaitu rendah hati dan percaya diri.

Sementara sang gitaris berdiri di depan panggung bergerak gila selayaknya rockstar memainkan melodi-melodi yang seringkali membuat para penonton histeris. Di belakangnya, sang bassist dengan rasa nyaman dan penuh percaya diri membuat sebuah alur musik. Tapi, pemain bass dapat mengambil alih posisi depan selayaknya pemain lead gitar jika diinginkan. Hal tersebut bisa kita liat dari sosok Bootsy Collin yang dengan percaya diri mengklaim area depan tengah panggung dengan bass bentuk bintangnya.

Kelihatannya memang mudah menjadi bassist. Kamu cukup memainkan not satu per satu, berdiri di garis belakang, enjoy the song and chill out. Namun sebenarnya hal yang utama dari pemain bass adalah menjaga ritem dan melodi dari sebuah lagu agar tetap berjalan semestinya, melalui ketepatan timing dan notes yang dimainkan. Hal tersebut yang membuat perannya menjadi sangat penting dalam sebuah band.

Kamu pernah dengar gitar dan drum akustik bermain bersama tanpa sound bass di dalamnya? Its awfull! Keberadaan bassist dibutuhkan sebagai mediator sempurna di band agar player lain dapat tetap berada di posisinya.

Karena perannya yang begitu penting, mereka akan terlihat percaya diri saat memegang “powerful weapon” di tangannya. They know how to use it. Maka dari itu, tidak mungkin seorang pemain bass tidak terlihat cool.

Saat di atas panggung, seorang bassist ibarat seekor kucing. Mereka cenderung mengamati, namun tidak akan terpengaruh dengan apa yang orang lain kerjakan. They have their own business.

Seorang bassist mencintai dan menyadari bahwa hal yang terpenting untuk dikerjakan adalah untuk meyakinkan orang lain merasakan sesuatu, berdansa mengikuti groove dari sebuah ritem. Boleh dikatakan pemain bass bisa menjadi seorang teman yang baik bagi semua orang.

Teks: Swara Wimayoga – @s_wimayoga
Editor: Doddy Irawan