Kamarmusik.net, JAKARTA – Cewek jadi pemain bass? Uhmm… nyentrik sih. Tapi bukannya, instrumen gitar bass ini lebih cocok dimainkan oleh cowok ya? Bobot bass kan lumayan berat tuh, belum lagi senarnya yang gendut berpotensi banget bikin kulit jari cewek jadi nggak mulus. Itu pemikiran mainstream sih. Semakin hari tambah rame kok cewek yang penasaran dengan profesi bassist. Biar asyik, kita ngobrol lebih jauh yuk sama Sheila Permatasaka.
Cewek kelahiran Jakarta, 4 Maret 1984 ini mulai curi-curi pandang dengan instrumen bass sejak ia SMP.
“Pertama suka instrumen ini sejak SMP. Mulai menekuni secara profesional ya ketika aku kuliah,” tutur Sheila.
Mengulik bass secara otodidak bukan perkara sepele. Sheila Permatasaka pun mengakui secara terus terang.
“Awalnya nyoba untuk otodidak, tapi pada satu titik aku merasa mentok. Aku putuskan untuk belajar di Farabi Music School. Waktu itu aku belajar sama Mas Indro Hardjodikoro dan Adi Darmawan,” kenangnya.
Apa Iya Bass Itu Melulu Jadi Dunia Cowok? Begini Jawaban Sheila Permatasaka
Kalau udah menyerempet soal gender, memang sih profesi bassist mayoritas lebih dikuasai oleh cowok.
“Menarik sih kalau kita berada di situasi seperti ini. Tapi semua itu kan bisa disiasati. Caranya, kita harus bisa membuktikan kalau cewek pun bisa bermain bass sebaik cowok. Ya berusaha semaksimal mungkin aja untuk menguasai instrumen ini dengan baik. Bass itu elemen penting dalam bermusik yang penekanannya ada di ryhtim sama groove,” urai cewek yang pernah terlibat di proyek Baim Trio ini.
Pandangan sebelah mata banyak orang terhadap bassist cewek, bisa dijungkirbalikkan oleh Sheila.
“Dari awal sampai sekarang, aku terus konsisten jadi pemain bass. Aku bisa melakukan dan menunjukkan ke orang banyak bahwa bermain bass itu menyenangkan. Cewek itu sebaiknya nggak melulu harus di jalur mainstream. Yakin deh, kamu bisa hidup sebagai bassist. Bertahun-tahun main bass, aku bisa membeli rumah dan mobil sendiri. Bahkan bisa manggung ke berbagai benua di dunia,” papar cewek berusia 33 tahun ini.
Sheila Permatasaka dan Mimpinya Memiliki Album Solo
Biar kamu, cewek-cewek makin terbuka pemikirannya dan mudah-mudahan tergerak menjadi pemain bass, Kamar Musik bisa nambahin referensi kece tentang bassist cewek Indonesia nih. Sebut saja Chua ‘Kotak, Nissa Hamzah ‘Omellete’, sampai Prinzes Amanda a.k.a Icez ‘The Rock’. Belum lagi sederet bassist teope dari luar negeri.
Mulai dari Aina Yamauchi (bassist grup band Silent Siren dari Jepang), Doris Yeh (bassist dari Taiwan Symphonic Black Metal Chothonic Band), sampai Anna Sentina. Nama yang terakhir disebut menarik karena sangat populer di YouTube. Cewek kelahiran 16 September 1994 ini udah tampil di seluruh berbagai tempat mentereng macam Whiskey A Go Go, the Viper Room, the Mint, SOMA San Diego, the Hard Rock Cafe dan the House of Blues.
Kembali ke Sheila. Bassist terbaik di ajang Festifal Budaya Jakarta (2004) ini juga tergabung bersama Jeane Phialsa (drum) dan Rieke Astari (piano) dalam grup Starlite, pemenang Jazz Goes to Campus Competition (2004). Bersama Starlite pula, ia telah melepas sebuah album digital berjudul Our Journey.
Yang nggak kalah menarik, Sheila Permatasaka lagi serius untuk merampungkan album solonya lho.
“Iya, mohon doanya ya untuk album solo ini. Formatnya lebih dititikberatkan di bass dan ada juga nuansa orkestrasinya. Nggak cuma instrumental, rencananya ada juga penyanyinya yang membawakan lagu aku. Belum ada gambaran sih siapa yang mau nyanyi. Sampai saat ini aku masih nyari yang paling pas,” terang Sheila.
Waahhh, barangkali ada pembaca setia Kamar Musik yang bisa membantu Sheila tuh. Semoga lancar albumnya ya…