Kamarmusik.net, JAKARTA – Bertahun-tahun langganan menjuarai puluhan ajang festival musik, kuintet asal Pekanbaru ini berhasil naik kelas jadi band rekaman. Album bertitel Future ibarat kado terindah persembahan band Respect 86. Masa depan yang diidamkan untuk eksis di industri musik Indonesia, kini berada dalam genggaman. Nah, ini dia cerita lanjutan yang penuh makna gimana perjuangan Respect 86 dalam menembus industri rekaman.
Single keren berjudul “Di Antara Kita” yang bergenre alternatif dipercaya sebagai nomor perkenalan. Setelah tanggal 19 April 2017 track andalan Respect 86 diperdengarkan secara berantai ke ratusan radio tanah air, kini band yang terbentuk tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 ini melanjutkan kampanye promo mereka dengan melakukan phoner radio dan visit ke berbagai media online dan televisi. Dont miss it, video musik mereka udah bisa ditonton di YouTube lho.
Menelusuri Jejak Perjuangan Respect 86, Langganan Juara Berbagai Festival Band
Perlu dicatat nih, Respect 86 adalah transformasi dari nama band mereka sebelum ini, yaitu The Future. Sekadar melongok sejarah, The Future lahir karena eratnya hubungan pertemanan antara Dhika dan Diego.
“Aku kenal sama Diego sejak kelas 2 SD dan mulai ngeband bareng sejak kelas 1 SMP. Setelah itu ketemu deh sama Clinton yang merupakan teman SMP kami. Dari situ kami sering jamming di studio sendiri yang sekaligus dijadikan beskem. Kemudian datanglah Enda, yang nggak lain adalah pacar kakak aku. Ternyata dia bisa nyanyi dan bersedia untuk bergabung,” jelas Dhika yang memiliki jiwa toleransi yang tinggi.
Ternyata, ada sisi lain cerita menarik dari sejarah perjuangan Respect 86 yang Kamar Musik kulik dari Diego.
“Jadi waktu itu ada acara pensi di sekolah kami, SMP 5 Pekanbaru. Sementara band ini baru ada aku dan Dhika. Kami bergegas nyari gitaris karena acaranya tinggal seminggu lagi. Ketemu deh sama Clinton, siswa baru pindahan dari kota Duri. Kegalauan berikut adalah mencari vokalis,” beber Diego, personel paling muda sekaligus paling jangkung yang sekilas tampangnya mirip Uki, gitaris band NOAH.
“Vokalis pertama kami namanya Tomi dan vokalis kedua kami bernama Rifki. Belakangan Clinton pengin konsep band ini memiliki 2 gitaris, muncul lah nama Marias. Berhubung kami berlima, tercetus lah nama Five Boys. Waktu mau ikutan festival band di kota Payakumbuh tahun 2010, Marias dan Rifki nggak bisa ikut. Dari situ kami ketemu Bang Enda dan nama band pun berubah jadi The Future,” sambung Diego, model yang mengantongi gelar Semi Finalis L-Men 2014, Goifex Indonesia Fitness Ambassador 2016, dan Juara Favorit Gading Model Search 2017.
Setelah menemukan vokalis yang pas, The Future memberanikan diri ikutan lomba di sebuah acara festival band.
“Pertama ikut festival band ya di Payakumbuh, Sumatera Barat. Penampilan perdana kami langsung dapat juara 2. Tahun-tahun berikutnya, kami rajin ikut festival band dan Alhamdulillah sering menang. Terakhir, kami bikin konsep berbeda dengan penambahan kibordis. Pada tahun 2011, ketemu deh sama Angga,” lontar Enda dan Clinton.
Juara Melulu Tapi Jadi Bulan-Bulanan Bullying, Jleeebhhh… Sakitnya Tuh Di Sini
Perubahan line up dari kuartet menjadi kuintet, ternyata membawa aura positif bagi The Future.
“Sebenarnya tahun 2011 itu kami berenam, plus Kevin sebagai additional gitar. Formasi baru ini yang mengantarkan kami jadi juara 1 umum seluruh Sumatera,” celetuk Clinton.
Seringnya nama The Future keluar menjadi juara festival band, membuat para peserta lain jadi iri dan membully mereka. Nggak jarang juga berseliweran tudingan miring kalau kemenangan Enda dan kawan-kawan berkat “bantuan” dari orang dalam yang menjadi panita penyelenggara event.
“Iya kami dituduh KKN karena kenal sama jurinya lah, main sogok lah, ini itu lah. Banyak cercaan dan bully dari peserta yang kalah. Sampai berita tersebut beredar luas di social media. Kami yang tadinya sabar dan menahan diri, mau nggak mau harus bikin klarifikasi. Ternyata setelah dikroscek langsung ke panitia, yang menuduh kami pun pada malu sendiri karena memang nggak terbukti. Mereka pun segera meminta maaf atas perbuatannya,” urai Enda.
Banyak bahkan teramat banyak kisah dan perjuangan Respect 86 waktu mengikuti berbagai lomba di festival band.
“Kalau ingat zaman festival band, kami bersyukur udah jalan sampai sejauh ini. Kalau ada festival di Padang, misalnya. Dari Pekanbaru, siangnya kami berangkat ke Padang dengan masih berseragam sekolah. Kami mulai manggung jam 8 malam. Selesai manggung, dapat juara, malam itu juga balik lagi ke Pekanbaru karena jam 5 pagi udah harus mandi untuk kembali beraktivitas di sekolah,” ratap Dhika, anak kelima dari enam bersaudara ini.
Membulatkan Tekad Untuk Merantau dan Melanjutkan Perjuangan di Jakarta
Tahun 2012, Clinton memutuskan untuk kuliah di Jakarta. Personel The Respect pun tinggal 5 orang. Mak Nanan, orang paling setia dan berjasa dalam band ini menanyakan komitmen apakah mereka bersedia hijrah ke Jakarta? Setelah rembukan, pada tahun 2013 berangkat lah seluruh personel band ini ke ibukota, kecuali Kevin sang additional gitar, yang memutuskan tetap stay di Pekanbaru.
Pola pikir mereka terus berkembang. Mau sampai kapan jadi band festival terus? Apa nggak mau jadi band rekaman yang karyanya bisa didengar di seluruh pelosok negeri? Mereka bulat ingin naik kelas. Materi lagu untuk rekaman mulai dicicil, sambil masih mengikuti berbagai festival band di Jakarta dan di luar Pulau Jawa. Festival band pasti akan ada terus dan nggak akan pernah ada habisnya. Terakhir, mereka mengikuti festival band pada tahun 2015.
Ketika rekaman, mereka mengubah nama The Future menjadi Respect 86. Nama tersebut memiliki makna filosofis siap untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
“Kalau mau maju, kami nggak bisa terus berada di daerah. Kami harus merantau untuk melanjutkan perjuangan Respect 86. Lewat single ‘Di Antara Kita’ dan album Future, kami berharap bisa mengenalkan karya musik ini secara luas ke seluruh masyarakat Indonesia dan juga dunia,” harap Dhika.