Semua tulisan dari Doddy Irawan

In The Studio: Ten2Five Rekaman (Lagi) Lagu Daerah

Kamarmusik.net, JAKARTA – Setelah album I Love Indonesia dapat sambutan baik, Ten2Five kembali membuat album lagu daerah. Album berjudul Zamrud Khatulistiwa ini dirilis bulan September 2013.

Album I Love Indonesia di tahun 2010 yang berisi 9 lagu, 8 track di antaranya adalah lagu daerah.

Lagu-lagu tersebut adalah “Lir-Ilir”, “Kicir-Kicir”, “Ayam Den Lapeh”, “Tokecang”, “Anging Mamiri”, “Anju Ahu”, “Cik-Cik Periok”, dan “Rasa Sayange”.

Album itu membuat Ten2Five mendapatkan penghargaan AMI Awards pada tahun 2012 sebagai Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik (“Lir-Ilir”) dan Band dengan Penampil Jazz/Jazzy Vokal Terbaik (“Lir-Ilir”).

Lagu Daerah Ini Jadi Tambah Asyik Ketika Dibawakan Ten2Five

Imel dan kawan-kawan kembali memproduksi sebuah album daerah di album Zamrud Khatulistiwa.

Lagunya yaitu “Cing Cangkeling”, “Gundul Gundul Pacul”, “Sipatokaan”, “Ampar-Ampar Pisang”, “Hela Rotane”, “Jali Jali”, “Kampuang nan Jauh Di Mato, “Anak Kambing Saya”, “Sinanggar Tulo”, dan “Yamko Rambe Yamko”.

@mia_adhitya

Tips Memilih Pedal Distorsi yang Bagus oleh @LittleWolvie

Kamarmusik.net, JAKARTA – Kali ini Kamar Musik akan bicara tentang distorsi. Lebih spesifiknya adalah seputar bagaimana sih cara dalam memilih pedal distorsi yang bagus. Beberapa pertanyaan yang suka saya dengar saat saya sedang bekerja sebagai sales di toko musik.

“Bro, gue mau nyari efek distorsi kayak gitaris A dong.”

Satu hal yang perlu kalian ingat, rata-rata gitaris pro kelas dunia mengambil drive/distorsi tone mereka dari AMPLIFIER. Jika kalian perhatikan, seperti banyak gitaris metal yang memakai amplifier gitar Mesa Boogie, Marshall banyak dipakai oleh para gitaris musik rock.

Jika emang tone dari gitaris-gitaris tertentu ingin kalian kejar dengan sebuah pedal stompbox, bukan nggak mungkin, tapi akan agak sulit untuk menyerupai persis 100% tone dari gitaris yang kalian kejar.

Kata yang Sering ditemukan Dalam Memilih Pedal Distorsi yang Bagus

Untuk di awal, mari kita bahas tentang tipe tipe distorsi, seperti Overdrive, Distortion, Fuzz, Preamp, Amp Sim (Amplifier Simulator). Kita bahas satu per satu yuksss.

Overdrive

Overdrive adalah tone dan gain yang ditemukan kalau sinyal clean dari gitar kalian diboost sampai titik peaking sinyal tersebut dan membuat tone lebih punchy. Tipe pedal ini banyak digunakan gitaris untuk memboost channel clean dari amplifier untuk mendapat tone yang umumnya disebut “bluesy”. Salah satu contoh yang menggunakan sistem drive ini adalah Stevie Ray Vaughan.

Namun banyak juga gitaris menggunakan pedal jenis ini untuk memboost amplifier yang udah terdistorsi untuk menguatkan sinyal dikala sedang lead/solo agar volume dan gain dapat sedikit bertambah dan lebih maju di dalam mixing band yang tercampur dengan bass, drum, dan lainnya.

Beberapa contoh yang populer untuk pedal drive seperti ini adalah Ibanez Tubescreamer, BOSS SD-1, Digitech Bad Monkey Tube Overdrive, dan sebagainya.

Distorsi

Distorsi adalah apa yang terjadi bila gain beneran ditembak sampai “menutupi” sinyal gitar dengan kadar yang jauh melebihi overdrive. Banyak gitaris menggunakan pedal ini untuk membuat channel clean amplifier seperti tone amplifier full-stack, atau memboost karakter distorsi ampli, seperti Steve Vai dengan BOSS DS-1 yang dimodif untuk memboost sinyal dari amplifier Carvin Vai Legacy nya.

Beberapa contoh dalam memilih pedal distorsi yang bagus seperti, BOSS DS-1, Proco RAT, Digitech Hot Head, dll.

Fuzz

Fuzz ialah tone yang distorsinya membuat sinyal seolah keluar dari speaker yang sudah aus dan sobek. Tone yang dihasilkan punya ciri khas tajam dan trebly. Beberapa musisi era 60s dan 70s, banyak yang merobek cone speaker mereka dengan menusukkan obeng, pensil, dan benda tajam lainnya.

Tujuannya untuk mendapatkan ciri khas tone fuzzy seperti Link Wray dan banyak gitaris yang terkenal dengan tone fuzzy nya yang khas, macam Jimi Hendrix, Pete Townshend dari The Who, Eric Clapton dari Cream dalam beberapa albumnya.

Beberapa pedal dari Fuzz ini memiliki reputasi yang sangat terkenal karena karakter tone suaranya yang khas, seperi Arbiter Fuzz Face, Electro-Harmonix Big Muff yang dipopulerkan oleh Hendrix, Santana, dan banyak gitaris lainnya, serta Proco RAT dengan beberapa setting-an tertentu.

Preamp

Isi amplifier ada Pre-Amp dan Power-Amp. Pre-Amp memberi coloring pada tone sinyal, power-amp memberi energi untuk membunyikan speaker yang tersambung dengan amplifier. Ada beberapa pedal yang fungsinya menggantikan preamp dari amplifier sehingga tone yang dihasilkan udah jadi. Kalau masuk ke amplifier, channel yang digunakan bukan input, tetapi fx loop return.

Fungsi fx loop adalah channel yang mem by pass bagian preamp dari amplifier sehingga chain yang terjadi adalah gitar -> pedal preamp -> power amp amplifier gitar. Beberapa pedal preamp gitar yang terkenal seperti Hughes & Kettner Tubeman, Damage Control Demonizer, dan preamp berbentuk rack module seperti TECH21 PSA-1, ENGL E530.

Amplifier Simulator

Yang terakhir adalah pedal yang mensimulasikan tone keseluruhan sebuah ampli, baik channel clean atau drivenya, sehingga output yang dihasilkan menyerupai ampli lengkap dan memiliki opsi untuk output yang ditembus langsung ke mixer.

Beberapa contohnya adalah, TECH21 SansAmp GT2, TriAC, TECH21 Character Series (Blonde untuk simulasi ampli fender, Liverpool untuk VOX, Leeds untuk HI-WATT, British untuk Marshall, dst), AMT F1, P1, S1, R1, M1, dan sebagainya.

Demikian artikel singkat yang saya tulis untuk memudahkan pemahaman para gitaris dalam pencarian kalian untuk memilih pedal distorsi yang bagus.

Author: @LittleWolvie

Editor: edofumikooo

Album Analogi/Logika, Karya Solo Dochi Sadega yang Romantis dan Jujur

Kamarmusik.net, JAKARTA – Dochi Sadega dikenal sebagai bassist dari grup punk Pee Wee Gaskins yang udah memiliki fanbase yang sangat besar di Indonesia. Secara karier band, mereka sedang menanjak dan nggak ada yang bisa menghentikan. Nggak hanya di Indonesia, tapi juga mulai menancapkan bendera di beberapa negara lain di Asia.

Lalu apa yang membuat Dochi Sadega merilis album solo yang surprisingly mempunyai warna musik yang menurut saya keluar dari pakem musik yang biasanya dimainkan di PWG.

“Album ini dibuat ketika PWG sedang libur manggung dan lagu lagu ini juga nggak cocok dimasukkan ke album PWG. Supaya lebih personal juga lagunya,” demikian menurut Dochi.

Kalau menurut saya rekaman ini mengandung dua hal: Romantis dan Jujur.

Dibuka dengan track lagu “Dalam Kelam” yang kalu menggunakan istilah sekarang, dikategorikan ‘lagu galau’.  Sebuah lagu patah hati, tapi dinyanyikan dengan cara optimistis. Suara piano adalah instrumen yang dominan di lagu ini. Entah alasan apa Dochi menaruh lagu ini sebagai opening track.

“Ten Fold Apology”, menyusul. Lagu ‘akustikan’ dengan strings section sebagai layer di background. Menjadi makin manis dengan suara latar perempuan di belakang. Siapa dia? Bisa dilihat di credits covernya nanti : )

Lagu ke 3 adalah lagu favorit saya pribadi, “Just to Dream of You”. Aransemen futuristik dengan perpaduan rap dari NSG yang sangat fasih, plus (lagi-lagi) suara vocal latar perempuan yang mistis. Suara Dochi pun masih menemukan ruang yang pas di lagu ini.

Lagu “Fluktuasi Glukosa” menjadi semacam akar pengingat dari mana Dochi berasal. Dengan aransemen instrumen gitar akustik dan suara synth yang khas PWG, lagu ini tetap punya kharisma untuk menjadi favorit bagi penggemar PWG. Sebuah lagu dengan spirit youngsters. Perhatikan saja nanti liriknya.

Lagu “Yang Terakhir”, benar benar menjadi yang terakhir. Lagi lagi dengan format akustik dan suara synth kibor. Sebuah lagu yang semangat dan calon sing along apabila Dochi menyanyikan di konsernya nanti.

Saluran Energi Musikal yang Romantis Dari Dochi Sadega

Bisa dilihat bahwa Dochi adalah musisi yang memiliki banyak ide di kepalanya dan memerlukan outlet untuk mengeluarkannya. Merilis solo album adalah sebuah jalan keluar. Romantis dalam penulisan lirik, tapi juga jujur dalam aransemen.

Album ini bukan masalah pembuktian musikal Dochi, tapi lebih kepada saluran energi musikal yang mengalir di otaknya dan dikeluarkan dengan cara yang lebih personal. Suatu hal yang nggak mungkin bisa didapat apabila melibatkan grupnya.

Semoga album dengan muka kartun Dochi memakai hidung anjing ini (lucu) bisa mengalir ke hati dan selera yang tepat dan menjadi personal juga buat pendengarnya. Selamat menganalogikan dan melogikakan musik ini!

Penulis : Morano

Editor : Doddy Irawan

Glenn Fredly, Luka Cinta & Merdeka Oleh TJ Singo

Kamarmusik.net, JAKARTA – Glenn Fredly, penyanyi pria penuh pesona bagi wanita. Itulah kesan (dan fakta) ketika menyaksikan show tunggal Glenn Fredly hampir setahun lalu di Yogya di sebuah hotel berbintang lima. Dua penonton wanita telah menyiapkan krans bunga untuk dipersembahkan padanya.

Mereka secara terpisah memberanikan diri menyeruak di antara penonton menuju panggung dimana Glenn Fredly bersuara dan memancarkan daya pikatnya. Mereka bahkan tak mau melepaskan pelukannya sampai Glenn selesai bernyanyi. Kedua wanita itu bahkan menangis di pelukan Glenn. Mereka merasa nyaman berada di dekat Glenn Fredly. Seakan tak ingin berpisah.

Glenn Fredly, Magnet Bagi Wanita Lewat Lagu-Lagu yang Penuh Romantika

Nyong Ambon berlesung pipit ini selalu menyapa ramah penontonnya. Bagaimana wanita tak jatuh hati padanya? Glenn juga mencintai orang-orang yang mengapresiasi karyanya. Dan ia juga mencintai negaranya. Kondisi negara yang tidak kondusif karena kehidupan politik yang tak berpihak pada rakyat membuat Glenn sering menyuarakan keprihatinannya di akun twitternya.

Tak berhenti di sana, Glenn menangis ketika mengadakan konser dalam rangka 17 tahun dia berkarya di dunia musik Indonesia beberapa saat yang lalu. Dia merasakan betul betapa memprihatinkan kondisi ini. Dia serasa tak berdaya sehingga harus menitikkan air mata di depan ribuan penonton konsernya. Dia terluka!

Tapi, luka itu tak dilanjutkan dengan bersuara lantang memprotes tanpa guna. Dia tuangkan segala keprihatinannya lewat tindakan nyata dan karya seni. Dia membuat dan mempromosikan gerakan VOTE (Voice from The East). Dia ingin mengingatkan pimpinan negara ini bahwa masih ada bagian dari negara ini yang mendapat ketidakadilan, dan itu ada di bagian timur negara tercinta ini.

Keprihatinan itu pula yang ingin dia sampaikan di karya terbarunya, sebuah album yang bertajuk Luka Cinta & Merdeka.

The Album

Didukung oleh band pengiring tetapnya, Bakuucakar, album ini dibuka dengan lagu “Merdeka”. Lagu ini menjadi lagu penyapa (pembuka) atas cerita yang ingin disampaikan Glenn pada pendengarnya. Di lagu berikutnya, Glenn bercerita tentang kondisi dunia yang disebutnya sebagai era gila serta kondisi negeri yang dipenuhi politisi gila materi di antara cerita cinta indah yang dimilikinya pada lagu “Selagi Ada Waktu”. Cerita dilanjutkan tentang “Jakarta”, kota yang angkuh tempat merajut kisah indah. Glenn adalah Glenn. Kondisi seperti apapun bisa diubahnya menjadi lirik lagu bertema cinta.

Cerita berlanjut ke rasa hati yang kuat, kerinduang yang sangat, “Renjana”. Judul lagu yang jarang digunakan kecuali lagu ciptaan Guruh Sukarno Putra lewat suara Grace Simon di tahun 1976. Setelah kerinduan yang sangat, Glenn bercerita tentang “Luka Dan Cinta”. Luka dan cinta adalah rasa getir dan manis. Setelah merasakan luka dan cinta, Glenn merasa seperti orang kehilangan arah sehingga dia harus “Menanti Arah”, bertanya pada penguasa negeri.

Cerita berlanjut pada lagu yang mendayu, “Sabda Rindu”. Dengan iringan musik yang lambat, Glenn ingin menyampaikan keinginannya menempuh perjalanan pulang ke hati pujaan hatinya. Setelah menyampaikan sabda rindunya, Glenn melanjutkan ceritanya tentang sebuah kisah sedih (balada) karena hidup tak semanis yang dikira. Balada itu dia sebut sebagai blues, “Blues Untuk Asmara”. Kisah sedih tak selalu terus terjadi. Glenn bercerita bagaimana ia berharap segera berjumpa dengan orang yang dikenalnya di “Lini Masa”. Sebuah lagu yang inspirasinya datang dari interaksi di jejaring sosial Twitter.

Membuka cerita di album ini dengan pekik merdeka serta kegalauannya kondisi dunia, Glenn menutup ceritanya dengan kisah sedih atas hubungan asmara seperti yang dikisahkannya pada “Untuk Sebuah Nama” dan “Abadi”. Dia harus bersedih atas hubungan yang tak berakhir dengan indah yang bisa saja terjadi para pengagum karyanya. Dan, cerita di album ini ditutup dengan lagu “Malaikat Juga Tahu”, satu-satunya lagu ciptaan orang lain (Dewi Lestari) di album ini. Lagu ini seolah adalah pelengkap kegalauan Glenn Fredly pada karyanya di album ini.

The Packaging and Distribution

Album ini dikemas dengan bungkus tebal yang kuat. Awet untuk disimpan menjadi koleksi. Dengan kemasan yang kuat dan lux dan berisi 12 karya lagu, harga yang harus dibayar menjadi sepadan. Desain sampul berupa kepalan dua tangan yang memegang mawar. Sebuah lambang luka karena terkena duri tangkai mawar yang sekaligus melambangkan cinta sementara kepalan dua tangan bersama adalah gerakan ketika memekikkan kata merdeka. Warna-warni disekitaran tangan menambah meriahnya disain sampul, bak “rainbow cake”

Album ini diproduksi oleh RPM dan didistribusikan secara bebas, tidak ekslusif milik satu toko CD berjaringan. Tentunya, hal ini memudahkan penyebaran album yang ditunggu. Kemudahan membeli juga diberikan lewat pembelian online di Musik Plus.

Teks : Tj Singo (@singolion) : Penikmat Musik Indonesia

Editor : (@edofumikooo)

Noah, Album Seperti Seharusnya: Kharisma yang Tak Musnah

Kamarmusik.net, JAKARTA – Noah – yang dulunya adalah Peterpan – adalah sebuah kharisma dan karya. Band yang beranggotakan Ariel (vokal), David (kibor), Lukman (gitar) , Reza (drum) dan Uki (Gitar) kini menuangkan karya mereka dalam album bertajuk Seperti Seharusnya.

Noah Lahir, Setelah Ariel Kembali Hadir

Adalah Ariel sebagai garda depan band ini yang tak bisa dipungkiri memiliki kharisma tak biasa. Setelah harus dua tahun di bui dengan alasan hukum yang masih dipertanyakan, para penggemarnya seperti menemukan oase di tengah padang pasir melihatnya kembali.

Teman-temannya dengan setia menanti dan kini mereka telah menghasilkan karya setelah didahului album Suara Lainnya yang waktu itu belum menggunakan nama Noah (hanya mencantumkan nama personilnya). Sebuah album yang berisi instrumentasi karya-karya mereka di band terdahulu (hanya satu karya berisi vocal Momo Geisha).

Sebelum bernama Noah, mereka (minus David) bersama personil lama menghasilkan sebuah lagu “Mimpi Yang Sempurna”. Lagu ini terdapat di album kompilasi Kisah 2002 Malam (2002) inilah yang mengantar mereka menuju sukses, menapak dunia rekaman dan menghasilkan album Taman Langit (2003), Bintang di Surga (2004), Ost. Alexandria (2005), Hari yang Cerah (2007) dan The Best of (Sebuah Nama Sebuah Cerita) (2008).

Karya-karya mereka di album-album tersebut menghasilkan banyak penghargaan, bukan hanya karena angka penjualan yang fantastis tapi juga konser-konser mereka yang dirancang tak lazim seperti konser maraton di enam provinsi dalam waktu 24 jam. Dan kini, Ariel, David, Lukman, Reza dan Uki sebagai Noah telah siap kembali meramaikan dunia industri musik Indonesia dengan album baru mereka, Seperti Seharusnya.

The Album

Desain sampul album ini berwarna putih seakan melambangkan sebuah lembaran baru babak perjalanan karier mereka. Pemberian sedikit warna pada wajah-wajah personil Noah memberi sentuhan artistik untuk tak sekedar hitam putih.

Album yang berisi sepuluh lagu ini hanya menyisakan satu lagu yang tak bertema cinta yaitu “Raja Negeriku” di track pertama. Lagu ini nampaknya “menggugat” keberadaan negeri ini untuk sebuah perubahan.

Dan terdengar, deru suara

Sapa jiwaku, sapa seluruh bangsaku

Aaa… Perih tangismu, perih jiwamu

Tersisihkan oleh kawanan hitam

Oh semua telah lelah menanti

Mungkinkah lagu ini sebuah jeritan atas apa yang dialami Ariel?

Dari kesembilan lagu, lagu “Separuh Aku” yang diciptakan oleh anggota baru, David dan Ihsan (additional bassist), sudah akrab terdengar dimana-mana. Selain itu, terdapat lagu lama ciptaan Ryan Kyoto, “Sendiri Lagi”, yang dulu dinyanyikan sang legenda, Chrisye, di album Sendiri Lagi (1993).

Terdapat satu lagu ciptaan Rian D’MASIV berjudul “Hidup Untukmu, Mati Tanpamu” dan selebihnya ciptaan personel Noah. Lagu “Jika Engkau”, “Ini Cinta”, “Terbangun Sendiri”, “Tak Lagi Sama” selanjutnya bisa menjadi hits karena lagu-lagu ini memang ciri mereka.

Sembilan lagu di album ini bertemakan cinta dengan cerita tentang harapan, penyesalan, ketulusan sebuah hubungan. Inilah karya yang telah ditunggu banyak pendengar musik Indonesia. Lantunan vokal Ariel yang banyak membius wanita tentunya akan semakin membawa pendengarnya larut ketika membaca baris demi baris lirik-lirik lagu di album ini. Pesona dan kharisma Ariel memang istimewa. Lagu-lagu yang dihasilkan suaranya selalu ditunggu.

The Distribution

Untuk band seperti Noah, sebenarnya tak ada alasan untuk meragukan distribusi. Distribusi lewat mana saja, banyak yang mencari dan bersedia membeli. Sistem bundling dengan makanan cepat saji bisa menambah gelembung volume yang besar dalam waktu cepat.

Perlu dipikirkan cara penjualan lain dimana gerai makanan cepat saji tak memiliki outlet di kabupaten tertentu atau di kecamatan, misalnya dengan penjualan online. Jika antusiasme fans untuk memiliki produk asli tak ditanggapi dengan cepat, mereka bisa saja melirik cara cepat memiliki albumnya dengan cara membeli bajakan.

Rilis album yang dibarengi dengan rentetan konser “Born To Make History” di beberapa kota di Indonesia tentunya bisa membuat penjualan album ini semakin laris asalkan di setiap konser mereka juga menyediakan penjualan langsung karena penjualan langsung di event konser terbukti manjur mengangkat angka penjualan fisik album.

Semoga kehadiran Noah dan pesona serta kharisma Ariel yang tak musnah bisa kembali menggairahkan pendengar musik Indonesia untuk tak hanya memuji pujaannya namun juga mengapresiasi dengan cara membeli produk asli asalkan sistem distribusinya bisa mereta ke seluruh penjuru nusantara.

Teks : Tj Singo (@singolion), Penikmat Musik Indonesia

Editor : Doddy Irawan

Belajar Yuk Mengenal DI BOX oleh Ronny Gearhunter

Kamarmusik.net, JAKARTA –  Hi guys… gua di sini coba membahas seputar penggunaan DI BOX di gitar yang dijawab oleh Albert Prio. Percakapan yang terjadi di sela-sela persiapan live sebuah band di Surabaya. Semoga artikel ini bisa membantu teman-teman tentang fungsi DI Box dan penggunaannya di saat kita lagi live.

Q = Apa sih fungsi DI Box terutama untuk di gitar?

A = DI Box artinya Direct Injection Box. Fungsinya buat merubah koneksi unbalanced -10dB menjadi +4dB. Nah apaaan tuh? Gini gua jelasin.. Signal unbalanced itu signal yg berasal dari sumber / instrument ber-impedance tinggi (1megaohms) seperti: electric bass / electric gitar dengan pickup passive. Jika melewati kabel yg sangat panjang dari gitar langsung ke mixer FOH (mis: >7meter kabel) maka signal akan mengalami cacat dan di FOH akan terdengar distort dan peak. Dalam perkembangan selanjutnya maka DI Box itu dipakai dalam live performance ataupun recording dengan tujuan membuat signal balanced +4dB dengan impedance 600ohms yang menghasilkan signal audio yang terbagi menjadi signal phase +, signal phase – & ground. Connector yg digunakan adalah XLR or Cannon type or jack mic

Q = Lah terus gimana tuh ceritanya DI box dengan speaker simulator??

A = Begini loh, gua ini termasuk penggila DI box terutama yang ada Cabinet Simulatornya. Sebagai engineer live gua mau cerita2 sedikit dulu nih untuk mempermudah pengertian Cabinet Simulator. Menurut gua ada 2 cara gimana suara ampli dan gitar bisa sampe ke mixing console (mixer) dan akhirnya ke FOH speakers:

  1. Speaker gitar diberi mic atau kita kenal dengan istilah ditodong. Aplikasi selama ini menurut pengalaman the best adalah todong mic di center cone dari speaker. Beberapa mic fave gua yaitu: Shure KSM32, Sennheisser MD421, Audix i5, ADK A51
  2. Direct Injection Box, pemakaiannya ada 4 cara:
    1. Pertama dengan cara guitar –> multifx atau stomboxes —> masuk ke input DI box –> lalu jack XLR masuk ke FOH sementara direct output dari DI Box masuk input ampli. Kalo cara yg pertama ini elo pasti ga dapet tone/karakter dari ampli elo tentunya karena yang di proses ke FOH cuma bersumber dari Gitar dan efek elo doang, tapi kadang2 helpful untuk manipulasi tone guitar yg drastis di FOH.
    2. Kedua bisa juga guitar –> multifx/stomboxes –> amp input. Lalu DI boxnya diambil dari fx send amp / line recording out. Ini membantu terutama untuk aplikasi di ampli2 combo. Cuma untuk cara kedua ini kita ndak akan bisa dapet suara cabinet dari ampli nya. Yang kita dapet cuma suara preamp dari ampli nya
    3. Ketiga bisa dari speaker out ampli elo. Jadi pemasangan DI Box dari head/combo speaker out –> DI box input –> DI box XLR jack nya masuk ke FOH, lalu untuk direct outnya dari DI Box ke speaker/cabinet (untuk ampli tube jangan lupa pastikan line direct out dari DI Box betul2 connect ke speaker ya kalo ndak bisa amplinya jebol..). Cara kedua ini elo pasti dapet tone dari preamp ampli + reactance cabinet elo.
    4. Keempat dengan pake 2 channel yaitu penggabungan dari DI box + Mic dengan cara miking. Ini cara yg paling ndak gua suka sebenernya. Ada kendala out of phase antar 2 signal dari DI Box dan mic todong-nya. Sometimes elo pasti denger suara gitar elo penyek ndak ada bottom atau suara low-nya (kalo 2 channel td dicombine 50%-50%) itu OUT OF PHASE…. welcome!!

Q = Terus gimana aplikasi kalau digabung dengan pemakaian efek atau stompbox? Bisa ndak direct dari efek dll?

A = Bisa aja, itu yang gua maksud cara nomer 1 yang tadi di atas gua terangin. Cara gitu gua pernah pake buat vocal mic-nya Bams, dia pake DD-3 buat vocalnya (waktu jaman masih awal karir dia). Sebenernya DI box yg bagus itu respon freq-nya dari 20Hz-20.000Hz sama kyk peralatan audio professional lainnya (mixer, headphones, speakers,dll). Kalo elo colok stompboxes yg tanpa simulator/emulator/amp modelling ke mixer or DI box tanpa simulator dijamin suara gitar elo pasti DANGDUTZZZ….

 

Q = Loh kenapa???

A = Karena freq suara gitar elektrik yg kita denger di amplifier berkisar antara 80Hz-8000Hz. Dan memang speaker gitar di design kayak gitu. Coba aja kalo gitar kita masukin ke speaker hi-fi pasti kelebaran suaranya alias DANGDUTZZZ, kayak fuzz. Low-nya terlalu rendah, high-nya terlalu sharp. Coba aja paling gampang sekali-kali colok gtr elo ke amp keyboard. Nah, stompbox or multifx yg non-simulator dibuat dengan frekuensi yg kelebaran (20Hz-20KHz), jadi kalo elo colok langsung ke mixer or DI box yg polos tanpa Speaker / Cabinet Simulator pasti dijamin DANGDUTZZ yoooo…pasti audience bilang “man, suara gitarnya kok aneh siiihhh???”

Q = Yang bener gimana??

A = Sekarang udah ada teknologi Cabinet Simulator or DI box with Cabinet Simulator. DI box tersebut memiliki kemampuan untuk frekwensi input-nya dipersempit untuk range suara gitar / ampli gitar (80Hz-8KHz). Beberapa contoh DI Box yang ada Cabinet Simulator nya antara lain: HK Redbox (MKlll, Pro, Classic), Voodoolab Cabtone, Palmer, Behringer Ultra-G, dll. Plus sekarang jg udah ada amp modelling fx kayak: Line6 POD, Digitech GNX, ZOOM dll juga…. nah yg kayak begini kalo langsung pake DI box yg polos masih tergolong aman suaranya, karena emang udah disesuaikan frekuensinya biar ndak kelebaran. MIC100 itu juga termasuk Preamp/DI box, asik juga tuh. Gua dulu pake buat bandnya Marcell tapi yang versi benerannya yaitu ART Studio V3 kalo ga salah.

Trus ada trik lagi nih.. Kalo ada FX non simulator masuk ke DI box polos trus dari DI-nya gua lempar ke Graphic EQ 31-band trus dishape biar freq-nya ga kelebaran alias dipotong2-in aja freq yg anehnya bisa ndak??? Bisa aja kok dan prinsipnya emang begitu..

Q = Oh ya melenceng dikit nih… kadang gitaris pake 2 channel ngapain ya? Terus kadang pake 2 Mic atau 2 DI Box.. Ngapain ya ribet amet deh??

A = Gini… gua seneng ama suara gitar yang stereo waktu live mixing. Stereo beda denga Split. Kalo cuma OD/distortion polos dari 1 buah ampli masuk ke channel FOH lalu di panning Left-Right dengan 2 channel di Mixer itu namanya splitter. Beda dengan stereo ya hehe… Kenapa beda karena tetep aja karakter suaranya 1 bukan 2. Kalau yang namanya stereo itu karakter 2 suara yang secara bersamaan dibunyikan. Itu baru stereo guys…

Kenapa pake 2 mic??? Awalnya gw suka ngeliat setup live band2 metal bule, bagian simplenya mereka pake 2 channel di Mixer yang pake sistem todong 1 mic condenser dan 1 mic dynamic. So…gua ikut2-an haha… Begitu ada uang gua coba beli beberapa condenser.. ternyata enak, freq responnya lbh lebar dari SM57. Dengan berbagai pengalaman gua di live mixing akhirnya gua bisa menjawab mengenai mitos ‘condenser itu kan sensitf, ga bocor mas? Ternyata itu mitos salah besar, justru condenser covered areanya lebih bagus dari dynamic, no coil compression!! Gua waktu nanganin Gudang Garam Rock Festival di beberapa kota, sama Tony Subarkah gw dikasi tau kalo SHURE KSM32 one of the best guitar cabinet mic. Beli lagi deh heehe.. memang ternyata yg ini paling ok, ga rewel ama kabinet guitar. Terakhir gua beli Audix i5 dari temen gw. Mic dynamic yang responnya fat dan mid focused ke high nyam..nyam… hehehe….

Nah kembali ke pertanyaan awal, kena 2 channel ya untuk gitar? Kok ribet ya? Nah gini bro…  Kalo menurut gw suara gitar di FOH (untuk band rock/metal) ndak cukup 1 channel. Suara gitar elo dijamin kalah ama snare drums. Buat format band gua pasti minta 2-channel buat gitar. Gua mau ambil stereo wide-nya di FOH, variasi freq-nya jg. Trus masing2 peletakan mic-nya tetap pake cara favorit gua, selalu todong di tengah cone axis(90 derajat). Pengalaman gua nih untuk band rock kayak St.Loco, gua pake miking 2-channel yaitu 1 mic condenser Shure KSM32 + 1 mic dynamic Audix i5 or Shure SM57. Untuk Seringai treatment gw pake 2-channel DI box, Palmer PDI-03 & HughesKettner RedBox MKIII. Untuk band semi alnternative rock biasanya cukup satu channel saja hehe pake Behringer Ultra-G murah meriah bagus… Benaran loh Behringer bener2 bagus dan solusi murah untuk pemakaian DI Box terutama di gitar. Ini DI Box yang paling ndak rewel untuk dipakai dengan sistem apa pun juga hehe…..

Jadi bro saran gua adalah kalau mau main live, banyak hal  yang mesti dipikirin dan dipersiapkan dengan baik. Kalo cuma plug n play, I wish you luck ^^

(@edofumikooo)

 

Mau Tahu Seperti Apa Rahasia Sound Gitar Eross Candra?

Kamarmusik.net, JAKARTA – Siapa tak kenal Eross Candra, gitaris asal Yogyakarta yang tergabung dalam grup band Sheila on 7 ini telah memiliki banyak lagu hits. Pencipta lagu yang lahir pada 3 Juli 1979 ini salah satu gitaris yang concern dan konsisten terhadap gitar dan sound yang dihasilkan. Sejak album pertama Sheila on 7 rilis, suara gitar Eross yang cenderung bright dan overdrive mewarnai musik Indonesia.

Dalam setiap aksinya, overdrive sound selalu menjadi pilihan utama Eross Candra

Ampli gitar pun selalu dalam posisi drive. Tak ketinggalan tubescreamer pedal favorit Eross yang di gunakan untuk memboost agar mendapatkan sustain yang lebih panjang saat lead gitar.

“Posisi kob drive arah jam 10, tone jam 1 dan level jam 3 !”, tegas nya saat ditanya mengenai setting pada tubescreamernya. Sedangkan untuk mendapatkan sound clean ia mematikan tubescreamer dan menutup separuh volume di gitarnya.

Dalam pemilihan gitar untuk rekaman, Eross sangat selektif memilih gitar apa yang cocok untuk irama dan lagu yang direkamnya. Untuk isian rhytm, Eross banyak menggunakan gitar akustik. Gitar akustik andalannya saat ini ialah Gibson Western Country yang merupakan Sheryl Crow signature series.

Pada sesi gitar elektrik untuk lagu-lagu upbeat Eross lebih memilih memakai Les Paul Custom 1972 miliknya untuk menghasilkan suara gitar yang responsif. Seperti yang terdengar pada lagu “Sahabat Sejati” (album Kisah Klasik Untuk Masa Depan), “Seberapa Pantas” (07 Des), dan “Radio” (507).

Untuk lagu yang medium beat, Eross memilih gitar Fender untuk mendapat karakter bright dan crunch. Dengan gitar vintage, ia menggunakan Fender Telecaster 1967 dan Stratocaster 1971 seperti yang ada di lagu “Kita” (album Sheila on 7), “Dan” (Sheila on 7), “Bertahan di Sana” (Jalan Terus-The Best of), dan “Betapa” (Menentukan Arah).

Di “Hari Bersamanya” (Berlayar), Eross juga menggunakan gitar bariton Fender Bajo Sexto pada lead gitar lagu “Pasti Ku Bisa” (Berlayar).

Dalam setiap panggung, Eross sering menggunakan Fender Telecaster reissue 52 “Sephia” dengan pertimbangan keringanan dan body balance. Bagi fans Eross Candra yang ingin memiliki sound khas nya, bulan November 2012, Artist Endorser gitar merk Squire akan melaunching produk terbaru, “Squire Telecaster Eross Candra Series”.

Penulis : Aldy Kanda

Editor : Doddy Irawan

DUNIA BATAS: Payung Teduh, Antologi dari Puisi, Musik dan Melankolia

Kamarmusik.net, JAKARTA – Jika hari ini anda membawa payung, saya bertaruh anda tak sampai harus berbasah kuyup. Apalagi terpaksa harus terpanggang terik matahari seperti sembilu. Jika anda mendengar album kedua Payung Teduh bertajuk Dunia Batas, saya jamin anda menemukan atmosfer teduh sekaligus sendu.

Barangkali begitu saya memercayai relasi di balik makna nama kelompok musik ini. Setidaknya begitulah yang terjadi pada Payung Teduh, mengaliri diri mereka dengan warna musik yang unik, bagaimana mengutarakannya?

Saya bisa memilih kata pop, folk, dan akustik yang teramu dalam racikan retro nan pekat. Ramuan musik ini yang kemudian mampu menjadi payung yang lantas menyihir teduh hati serta indra pendengaran.

Awalnya saya berpikir, bukankah mereka terdengar seperti versi SORE dalam balutan lebih klasik? Sayangnya pemikiran itu mendadak terbenam seusai melahap habis 8 tracks dari album kedua Payung Teduh ini. Jika album debut self titled mereka hanya dimaknai sebagai sebuah sekapur sirih perkenalan, maka Dunia Batas adalah tajinya.

Tanpa basa-basi, Dunia Batas kembali membawa Payung Teduh kedalam nuansa melankolis mendayu-dayu. Delapan tembang didalamnya mengalun dalam tempo yang pelan, dimana seolah menyiratkan disitulah ‘keteduhan’ mereka sedang bekerja. Terlebih dengan lirik-lirik mereka yang terbingkai cantik oleh diksi puitis.

Track Demi Track yang Meneduhkan Dari Payung Teduh

Track pertama “Berdua Saja” dilepas dengan intro petikan gitar yang parau. Suara bersahaja meluncur dari bibir sang vokalis, membuat suasana kian syahdu. Track kedua hadir dengan inspirasi sebuah senja dan hati yang lara.

“Menuju Senja” bisa jadi track dengan kisah klise untuk para penggalau, namun nyatanya latar senja, nukilan-nukilan harapan, serta penantian adalah kombinasi sempurna untuk sebuah elegi tentang cinta.

Tak habis sampai disana, Payung Teduh memainkan harmoni kalem mereka pada tembang bertajuk “Perempuan Yang Sedang Di Pelukan”. Tembang ini bisa dikatakan sebuah kontemporer folk-pop yang dibebani nuansa sayu pada permainan gitar akustik, cajon dan contra bass mereka.

Saya tergila-gila pada intro akustik milik tembang “Rahasia”. Terlebih pemilihan diksi pada liriknya yang bergumam begini “Harum mawar membunuh bulan/ Rahasia tetap diam tak terucap/ Untuk itu semua aku mencarimu//

Sungguh terdengar cantik, romantis sekaligus ironi. Menuju ke sebuah tembang masterpiece, bagi saya di album ini ialah “Angin Pujaan Hujan”. Rasakan warna musik Indonesia tempo 60’an merasuk kedalam olahan kontemporer mereka. Ini diperkuat oleh alunan keroncong yang sayup-sayup merancang sebuah kolaborasi teduh didalamnya.

Tak salah bila tembang ini pula yang akhirnya dijadikan single pamungkas dalam Dunia Batas. Beranjak ke track “Di Ujung Malam”, sebuah lagu dengan lirik paling sedikit dibandingkan lagu-lagu lain milik mereka. meski hanya memuat lima baris, namun dirapalkan oleh Is dengan penuh makna.

“Resah” adalah tembang ketujuh dan salah satu favorit saya lantaran harmonisasinya yang dibuat bak sebuah musikalisasi puisi. Saya mendapati sebuah ketulusan dan pengharapan yang sungguh melalui lirik dan permainan instrumen yang mereka suratkan itu. Vokal Is pun terdengar lebih lirih dan berdialog.

Sebagai sebuah penutup yang manis, track semacam “Biarkan” adalah happy ending yang mengguratkan seribu kenangan pada liriknya tersebut. Dan saat saya mendengarkan kalimat Biarkan dewi malam menatap sayu/ Meratapi bulan yang memudar// Oh sungguh diksi yang sungguh menggungah relung sanubari.

Dunia Batas, Puisi yang Bermusik atau Musik yang Tengah Berpuisi?

Cover artwork album ini seolah membingkai sebuah estetika surealis penuh cita rasa. Dengan memilih warna hijau muda, terilustrasi sebuah pohon besar, rindang nan teduh namun dengan posisi merunduk, seolah usai diguncang badai hebat. Apa maknanya? Hanya pujangga dan pelukis ternama yang bisa meraba kegalauan ilustrasi mereka.

Dunia Batas itu bak antologi puisi yang bermusik atau malah musik yang tengah berpuisi. Bagaimana pun menjulukinya, Dunia Batas adalah karya revolusioner anak bangsa yang meneduhkan kembali musik Indonesia dengan sebuah kualitas sebagai akarnya.

Penulis : Putra Adnyana

Editor : Doddy Irawan

Seno M Hardjo Berbagi Tips Dalam Merawat Musik Indonesia

Kamarmusik.net, JAKARTA – Nama Seno M Hardjo banyak kita lihat dalam credit title di beberapa sampul album musisi kita.  Seno M Hardjo mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk kemajuan musik Indonesia, baik sebagai produser di perusahaan rekaman miliknya ataupun sebagai Board of Directors dari Yayasan Anugerah Musik Indonesia.

Kenapa ia melakukan itu semua? Sedikit banyak terjawab dalam wawancara bersama Kamar Musik

Boleh ditulis mas, nama lengkap dan tanggal lahir?

Suseno Muljadi Hardjo. Untuk memudahkan jadi Seno M. Hardjo. Tanggal 1 Maret (tahunnya dirahasiakan) hehehe…

Mas Seno M Hardjo telah memberikan banyak kontribusi untuk dunia musik Indonesia, baik sebagai produser maupun sebagai tokoh di belakang AMI Award. Boleh cerita apa yang mendasari mas terjun ke dunia musik?

Saya mengawali karier di industri musik dengan menjadi wartawan (Kartini Group). Terus menulis di Hai, Kompas, News Musik, dan lain lain. Setelah itu, karena dorongan magma di jiwa (eits… hehehe), saya memproduksi musik dengan gerakan ‘indie’. Pertama kali saya memproduksi album KUBIK (1999), menyusul Cherry Bomshell dan Ipang. Karena lingkungan saya musisi legenda, saya mendaur ulang karya original mereka ditambah beberapa lagu baru. Akhirnya saya rilis dalam kapasitas The Best of seperti Dian Pramana Poetra, Utha Likumahuwa, Titi DJ, Malyda, Ita Purnamasari, Fariz RM, Harvey Malaihollo hingga Elfa’s Singers dan lain lain. Saya bermimpi memiliki label musik legenda, seperti Rhino Records (USA). Tapi untuk sementara, tekad saya membuatkan album the best bagi semua musisi 80-90an, saya hentikan dulu. Karena kesibukan saya di AMI Awards sebagi BoD, senior publicist di sendratari “Matah Ati” dan berbagai aktivitas bisnis kecil lainnya. Selain investasi di musik (rekaman) saat ini kurang menguntungkan. Modal baliknya lamaaa banget…. hikksss…

Sebagai produser musik, Bagaimana pendapat mas Seno melihat kondisi musik sekarang? Bisakah ini membaik?

Nggak bisa dipungkiri, Musik di seluruh benua juga lagi ‘sakit’. Bisa diperbaiki? Tentu bisa. Tergantung pelaku industrinya juga. Di Malaysia, seorang Sheila Majid bisa merilis album the best hampir 2 tahun sekali. Record label-nya membuat paket penjualan album original-nya. Di Indonesia, record label-nya termasuk ‘cengeng’ dan pemalas. Meratapi runtuhnya RBT terus. Mereka harusnya bangun dan memberdayakan ‘harta’ yang ada untuk dirilis kembali. Album by album original Vina Panduwinata, Dian Pramana Poetra, Harvey Malaihollo, Titi DJ dan grup2 besar seperti Krakatau, Kla Project dll – harusnya masih bisa dirilis ulang. Hasilnya emang nggak seberapa. Tapi kalau kuantitas serial albumnya ratusan, besar juga margin dan keuntungannya. Selain untuk menggairahkan outlet CD yang semakin hari makin merana karena pasokan materinya juga memble. Ayolah, masak 2 album original Atiek CB dirilis di Malaysia, sementara record label-nya di Indonesia nggak tau…

Kenapa masih banyak mendapat resistensi, bahkan dari musisinya sendiri?

Seno M Hardjo Berbagi Tips Dalam Merawat Musik Indonesia

AMI Awards itu pencatat sejarah musik Indonesia. Dengan sikap yang jelas, mensupport musik yang ber ‘vitamin’. Sudah masuk gelaran yang ke XV tahun 2002. Kami nggak tergoda untuk komersial dengan melibatkan SMS, karena sistem pemilihan di AMI Awards adalah academy system. Resistensi untuk sebuah ajang awarding di mana-mana ada pro dan kontra. Kami memperbaikinya dari tahun ke tahun. AMI Awards memberikan independensi kepada Tim Kategorisasi yang dibentuk untuk mendukung hal tersebut. Dan para musisi, pengamat musik dan orang record label yang kami undang sebagai anggota tim, bekerja keras dengan kejujuran, loyalitas, dan kapabilitas yang mumpuni. Kebetulan tahun ini Tim Kategorisasinya adalah nama-nama yang prinsipal. Ada Syaharani, Pongki Barata, Beng Beng Pas Band, Makki Parikesit, Ernest Cokelat, Buddy Ace, Bens Leo, Andy Julias, Vina Prihanjono, Mohammad Akbar, Kristanto Gunawan, Octav Panggabean, Teges Prita Soraya dll.

Penyelenggaraan AMI Award 2012 ini tentunya bukan hal mudah ya mas?

AMI Awards XV/2012 kami pentaskan di RCTI tanggal 4 Juli 2012 dan berjalan sukses. Tahun ini, kami berhasil memanggungkan berbagai genre musik. Dari Keroncong, Anak-anak, dan Dangdut. Kami juga panggungkan para pemenang dalam konser AMI Awards Terbaik Terbaik, tanggal 9 Juli 2012. AMI Awards XVI/2013 akan kami gelar dengan lebih baik tentunya mulai dari sistem pendaftaran, publikasi, dan kategorisasi. Beberapa pemikiran original tentang malam Gala AMI Awards juga sudah kami dapatkan. Ajang ini memberi ruang, khususnya kepada saya dan umumnya para musisi, untuk tampil beda dan menjunjung jati diri kepemusikannya.

Sebagai pengamat musik yang lama di industri, apa yang perlu dilakukan agar musisi bertahan kariernya dan nggak “kesusahan” di masa tuanya?

Kualitas dan kemampuan membaca tren pasar, itu wajib dimiliki musisi. Hal penting lainnya adalah kolaborasi dengan lintas genre musik dan lintas generasi. Untuk menyambut masa tua, sebaiknya musisi menyisihkan penghasilannya untuk asuransi kesehatan dan pendidikan buat anak-anaknya.

Terima kasih mas Seno M Hardjo, Kamar Musik dukung perjuangannya!

Going Solo, Ari Pramundito Libatkan Kampiun Mastering Engineer Grammy

Kamarmusik.net, JAKARTA – Akhir-akhir ini orang lebih mengenalnya sebagai vokalis sebuah group band bernama Gruvi. Padahal sebelumnya, nama Ari Pramundito sudah pernah mencuat sebagai penyanyi solo.

Kehadirannya di dunia musik berawal tahun 2007 ketika ia merilis debut album solo bertajuk Funk Me dengan hits seperti “Dicintai tuk Disakiti” dan “Katakan Kau Cinta”. Lagu-lagu milik musisi kelahiran Jakarta 11 Oktober 1981 ini pernah menduduki posisi chart teratas di beberapa radio tanah air.

Eksistensi suami Karina Pudjojoko ini kembali dibuktikan ketika menjadi vokalis sekaligus gitaris Gruvi. Bersama Gruvi, Ari Pramundito kian menjulang. Ia juga menulis lagu untuk Gruvi dan menempatkannya sebagai salah satu hitsmaker tanah air. Lagu ciptaannya yang populer antara lain “Masih Mencintaimu” dan “ABC Cinta” sukses meraih jutaan donlot ring back tone. Ia sempat merilis 3 album dan tampil sebagai pembuka konser Justin Bieber.

Kolektor mobil mewah ini kembali hadir di blantika musik Indonesia sebagai solois dengan merilis album I’ll do. Ari Pramundito kembali menunjukkan spesialisasinya sebagai penyanyi jazz yang berunsurkan sweet, groove, dan funk. Sebagai singing guitarist membuatnya jadi bernilai lebih. Apalagi jika ia memamerkan scat sing (mengikuti melodi gitar dengan vokal) yang bisa dibilang belum ada lagi yang bisa melakukan itu setelah Mus Mujiono.

Dalam album terbarunya, lelaki langganan gelar best guitarist di banyak festival musik jazz ini juga bertindak sebagai executive producer, producer, composer, arranger, sekaligus musician. Untuk proses produksi album ini, Ari Pramundito hanya memerlukan waktu pengerjaan sekitar 4 bulan saja.

Kualitas Mastering Album Ari Pramundito Selevel Maroon 5 dan Black Eyed Peas

Going Solo, Ari Pramundito Libatkan Kampiun Mastering Engineer Grammy

Untuk mixing, Ari Pramudito mempercayakan kepada Moko, mixing engineer dari Brotherland Studio. Sementara untuk mastering dilakukan di Memphis, Amerika Serikat oleh Brad Blackwood, salah satu mastering engineer kelas dunia pemenang Grammy Award. Blackwood berpengalaman menangani mastering album dari artis-artis seperti Maroon 5, Will I Am, Evanesence, Black Eyed Peas, Vennessa Carlton,  SaraBareilles, P.O.D, dan banyak lagi.

Ari Pramundito menyadari kalau ingin kembali bersaing di industri musik sebagai penyanyi solo, dia harus serius.

Mastering di Amerika bukan buat keren-kerenan, saya ingin merilis album dengan kualitas terbaik,” jelas Ari lagi.

Di sini lah kontribusi seorang Ari Pramundito untuk kembali membawa musik Indonesia ke dunia internasional dan menjadi musisi yang lebih baik lagi untuk Indonesia.

“Semoga album ini dapat diterima untuk memberikan cahaya baru, warna baru yang fresh, semangat baru di musik lewat karya saya dan musisi pendukung saya, dan juga membuat bangga Indonesia di mata dunia,” tutupnya.

(@edofumikooo)